Ads block
Hubungan Interpersonal
By
Aile Pixel
Artikel
·
makalah
Psikologi Komunikasi: Hubungan Interpersonal HUBUNGAN INTERPERSONAL (Psikologi Komunikasi) (Materi Disajikan dalam Seminar Kelas) Oleh: M Khuza…
Baca selengkapnya »
Kualitas dan Pendidikan Konselor
By
Aile Pixel
Artikel
·
makalah
Konseling: Kualitas dan Pendidikan Konselor KUALITAS DAN PENDIDIKAN KONSELOR (Makalah Disajikan dalam Seminar Kelas) Oleh: M. Khuzaifah Program S…
Baca selengkapnya »
Tuhan Asingkah Aku?
By
Aile Pixel
Novel
Tuhan Asingkah Aku? Bagian 1: Terompet Tahun Baru Writen: Huzai “05:00 AM” mata ku menatap tajam kearah sebuah jam dinding, tak ada satu suara di …
Baca selengkapnya »
Tuhan Asingkah Aku? Part 1: Terompet Tahun Baru
By
Aile Pixel
Novel
Tuhan Asingkah Aku? Bagian 1: Terompet Tahun Baru Penulis: Huzai
Baca selengkapnya »
SEARCH
LATEST
3-latest-65px
SECCIONS
- Artikel (2)
- dinasti syafawi (1)
- makalah (21)
- Makalah Model Bimbingan dan Konseling (1)
- Novel (2)
- Puisi Kesedihan (2)
- slide (5)
About us
Total Pageviews
Hubungan Interpersonal
Psikologi Komunikasi: Hubungan Interpersonal
HUBUNGAN INTERPERSONAL
(Psikologi Komunikasi)
(Materi
Disajikan dalam Seminar Kelas)
Oleh: M Khuzaifah
ABSTRAK
Hubungan interpersonal dapat
meningkatkan sebuah komunikasi yang efektif. Pada tahap awal hubungan
interpersonal seseorang memperoleh stimulasi dari orang lain. Dari rangsangan yang
diterima baik secara mental, emosi maupun fisik dapat menimbulkan daya tarik
untuk berinteraksi sehingga terciptanya sebuah keakraban. Dari segi psikologi
komunikasi, hubungan yang baik akan meningkatkan komunikasi yang baik pula.
Melalui hubungan dengan orang lain, seseorang dapat memperoleh pemahaman diri
yang lebih baik. Dengan membina interaksi dengan orang lain, seseorang dapat
lebih meningkatkan kesadaran tentang siapa dirinya yang tidak dapat dilepaskan
dari cara bagaimana orang lain memandang dan memperlakukan dirinya. Hubungan
interpersonal menumbuhkan kepekaan dan keterampilan untuk dapat berkomunikasi
secara efektif.
Kata kunci: Hubungan Interpersonal, Interaksi, komunikasi
Hubungan
Interpersonal
Manusia
merupakan makhluk sosial yang saling melakukan interaksi dengan manusia lainnya.
Sesuai dengan yang dijelaskan oleh Larson, Csikszantmihalyi, dan Graef yang
dikutip dari Dian Wisnuwardhani (2012:1) bahwa 70 persen dari 197 remaja dan
orang dewasa melakukan aktivitas bersama orang lain setidaknya dua kali dalam
sehari. Hal ini menunjukkan bahwa melakukan hubungan dengan orang lain
merupakan aspek yang signifikan dan sangat penting bagi kehidupan kita. Hubungan
interpersonal merupakan hubungan yang terdiri dari dua orang yang saling
tergantung satu sama lain dan menggunakan pola interaksi yang konsisten.
Hubungan ini dapat disebut juga sebagai hubungan timbal balik yang dapat
memberikan pengaruh antara satu dengan yang lainnya.
A.
Teori Hubungan Interpersonal
Melihat
pentingnya hubungan interpersonal ini, maka akan dibahas teori tentang hubungan
interpersonal. Siapapun yang mengemukakan penjelasan tentang mengapa manusia
ingin mempunyai sebuah hubungan dengan manusia lain atau bagaimana terjadinya
sebuah hubungan interpersonal, maka dapat dikatakan bahwa ia sedang berteori tentang
hubungan interpersonal. Dalam tulisan ini penulis akan mengemukakan beberapa
teori hubungan interpersonal
Atraction Theory
Berdasarkan attraction
Theory, dasar bagi seseorang dalam membentuk sebuah hubungan adalah
ketertarikan (Devito 2003) dikutip dari (Dian wisnuwardhani 2012:12). Teori ini
menjelaskan bahwa ketertarikan atau tidak ketertarikan kita terhadap orang lain
atau sebaliknya merupakan proses pembentukan hubungan interpersonal. Timbulnya
ketertarikan ini dipicu oleh empat faktor yang meliputi:
1.
Similarity
(kesamaan), seseorang akan memilih hubungan dengan orang lain yang
memiliki kesamaan dengan dirinya dalam berbagai aspek, seperti ras, kebangsaan,
penampilan, pola pikir, dan lainnya. Meskipun ada sebagian orang justru
tertarik dengan orang yang berkebalikan dengan dirinya yang disebut dengan complementarity.
2.
Proximity
(kedekatan), seseorang akan mudah tertarik dengan orang-orang yang
memiliki kedekatan secara fisik dengan dirinya, seperti teman kerja atau teman
kuliah yang pada umumnya adalah orang-orang yang tinggal disekitarnya.
Kedekatan secara fisik memberikan kemungkinan seseorang untuk mudah bertemu,
berkomunikasi, dan pada akhirnya timbul ketertarikan. Kedekatan merupakan
faktor terpenting dalam membentuk sebuah hubungan atau terjadinya interaksi.
Seperti halnya teman seasrama yang lebih memiliki hubungan dekat dengan teman
yang sekamar dengannya.
3.
Reinforcement
(hadiah), seseorang akan tertarik kepada orang lain yang memberikan
hadiah, pujian, atau semacamnya.
4.
Physical
attractivennes and personality (daya tarik
fisik), seseorang akan tertarik untuk membina interaksi dengan orang yang
memiliki fisik dan kepribadian menarik.
Relationship Rules Apporoach
Pada teori ini,
kajian tentang sebuah hubungan atau relationship ditinjau dari sudut
pandang aturan-aturan yang ada di dalam hubungan tersebut. terciptanya sebuah
hubungan baik itu hubungan pertemanan ataupun percintaan, apabila individu yang
terlibat mematuhi aturan-aturan yang ada di dalam hubungan tersebut. Begitu
sebaliknya hubungan akan memudar dan berakhir apabila aturan-aturan yang ada di
dalamnya dilanggar. Dengan mengetahui beberapa tingkah laku dari hubungan yang
berhasil maupun gagal, maka dapat
diketahui mengapa hubungan itu putus dan bagaimana memperbaikinya.
Social Penetration Theory
Konsep yang
penting pada teori penetrasi sosial yang dikembangkan oleh Irwin Altman dan
Dalman Taylor (1987) adalah keluasan (breadth) dan kedalaman (depth)
dalam sebuah hubungan. Bila sebuah hubungan memudar, keluasan dan kedalaman
akan berbalik arah dengan sendirinya yang diistilahkan dengan depenetrasi. Seiring
dengan memudarnya sebuah hubungan, kita
akan mengurangi pengungkapan perasaan yang terdalam dari diri kita kepada pasangan.
Hubungan sebelumnya yang diwarnai dengan kedekatan secara fisik dan emosi, kini
berjarak baik secara emosi maupun fisik.
Social Exchange Theory
Dalam social
exchange theory dikatakan bahwa alasan kita mengembangkan sebuah hubungan
adalah untuk mendapatkan manfaat yang sebesar-besarnya. Seseorang akan sukarela
mengembangkan sebuah hubungan sosial hanya selama hubungan tersebut cukup
memuaskan ditinjau dari segi ganjaran dan biya (Thibault dan Kelley) dikutip
dari (Jalaluddin Rakhmat, 2007:121). Dengan menggunakan model ekonomi
(untung-rugi) ini, social exchange theory mengatakan bahwa sebuah hubungan akan
dibangun, baik hubungan pertemanan maupun percintaan bila hubungan tersebut
mendatangkan manfaat yang besar bagi seseorang, yang dimana rewards yang
didapat lebih besar dari cost yang diberikan.
Equity Theory
Teori ini
merupakan pengembangan dari teori social exchange. Dijelaskan
bahwasannya dalam sebuah hubungan akan dibangun atau dipertahankan apabila
perbandingan antara manfaat dan biaya pada seseorang sama dengan perbandingan
manfaat dan biaya dari orang lain. Berbagai penelitian telah mendukung bahwa
seseorang menginginkan keadilan dalam sebuah hubungan interpersonal (Ueleke et
al, 1983) dikutip dari (Dian Wisnuwrdhani, 2012:17).
Jadi, di dalam
sebuah hubungan seseorang akan tidak puas dalam hubungan interpersonal apabila
hasil tidak sesuai dengan usaha dan pengorbanan, rewards yang didapatkan
tidak seimbang dengan cost
yang diberikan. seperti contohnya dalam hubungan pertemanan kita akan merasa
kesal dengan seorang teman bila dalam kesehariannya kita lebih sering membantu
teman tersebut sementara teman tersebut hanya sekali-kali saja membantu atau
sama sekali tidak. Adanya ketidak adilan dalam suatu hubungan interpersonal
yang terus berlanjut tanpa adanya perbaikan dapat menyebabkan memudarnya sebuah
hubungan.
Games People Play Theory
Teori
yang berasal dari Eric Berne (1972) dikutip dari (Jalaluddin Rakhmat, 2007:123)
memandang orang-orang berhubungan dalam bermacam-macam permainan, yang didasari
oleh tiga kepribadian manusia yaitu; orang tua (parent), orang dewasa (adult),
dan anak (child). Dalam hubungan interpersonal kita menampilkan salah
satu aspek kepribadin kita dari ketiga aspek tersebut, dan orang lain
membalasnya dengan salah satu aspek itu juga.
Interactional
Theory
Teori
interaksional ini mencoba menggabungkan teori exchange, role dan games.
Yang memandang hubungan interpersonal sebagai suatu sistem, setiap sistem
memiliki sifat-sifat struktural, integratif dan medan yang bertindak sebagai
satu kesatuan.
B.
Tahap-tahap Hubungan Interpersonal
Sebuah
hubungan tidak terjadi begitu saja melainkan melewati tahapan. Seseorang tidak
langsung menjadi akrab begitu saja setelah pertemuan terjadi antara Ia dengan
orang lain yang Ia jumpai, melainkan
adanya sebuah proses sehingga terjadinya sebuah keakraban. Sebuah hubungan
bersifat sekuensial, yakni mengikuti suatu tahap yang berurutan dengan sedikit
kesempatan untuk lompat dari tahap yang satu ke tahap berikutnya. Tahapan dalam
hubungan interaksional dapat berupa tahapan yang maju atau tahapan yang mundur
. Seseorang dapat berkenalan lalu menjadi teman akrab bahkan dapat menjadi
pasangan hidup, namun ada juga terjadi sebaliknya, setelah akrab dapat
merenggang karena adanya masalah atau hal lain.
Adapun
tahap-tahap tersebut adalah contact (kontak), involvement
(keterlibatan), intimacy (keakraban), deterioration (pemudaran),
repair (pemulihan) dan dissolution (pemutusan).
Pada
setiap tahap hubungan memiliki peran yang berbeda. Tahap-tahap awal hubungan
biasanya ditandai dengan adanya komunikasi-komunikasi ringan yang ditujukan
untuk saling mengenal satu dengan yang lainnya. Bila berlanjut, maka tahap
komunikasi berikutnya lebih ditujukan untuk memelihara, mengembangkan dan
meningkatkan hubungan, hal ini terjadi karena adanya daya tarik untuk mengenal
lebih jauh dan pembicaraan bercorak personal dan lebih mendalam. Pada sebuah
hubungan yang semakin melemah, waktu dan hubungan komunikasi yang sering
dilakukan semakin sedikit, merupakan tahap pemudaran dalam sebuah hubungan.
Pada tahap pemudaran, masing-masing pihak dpat melakukan usaha pemulihan agar
hubungan dapat membaik seperti semula. Pada sebuah hubungan yang tidak dapat
dipertahankan, maka tahap tahap akhir komunikasi ditujukan untuk mengakhiri
hubungan diantara kedua belah pihak. Umumnya pada tahap ini kedalaman
pembicaraan mulai memudar dan hubungan menjadi dangkal kembali.
C.
Faktor-Faktor yang Menumbuhkan Hubungan Interpersonal
Ada
beberapa faktor-faktor yang menumbuhkan hubungan interpersonal yang baik,
diantaranya ialah trust, sportive attitude, dan open mindedness
(Jalaluddin Rakhmat, 2007:129).
Trust
(percaya) merupakan salah satu faktor yang sangat berpengaruh dalam
hubungan interpersonal. Percaya dapat meningkatkan komunikasi interpersonal,
karena membuka dan memperluas peluang
komunikan untuk mencapai maksudnya. Percaya menentukan efektivitas komunikasi,
memberikan daya tarik untuk komunikasi yang ditujukan untuk pengenalan lebih
lanjut hingga ke tahap intimacy. Sikap suportif merupakan sikap yang
mengurangi sikap defensif, menumbuhkan sikap menghargai, penerimaan, jujur,
serta empatis dalam komunikasi. Selanjutnya ialah sikap terbuka yang merupakan
faktor yang besar pengaruhnya dalam menumbuhkan komunikasi interpersonal yang
efektif. Sikap terbuka mendorong timbulnya saling pengertian, saling menghargai
dan saling mengembangkan kualitas hubungan interpersonal kepada kedua pihak
yang menjalin hubungan.
D.
Memelihara Hubungan Interpersonal
Hubungan
interpersonal tidak selalu stabil. Walaupun pada awal perkembangannya sebuah
hubungan berjalan dengan stabil, namun selanjutnya sebuah hubungan bisa saja
mengalami pemudaran, bahkan sebuah hubungan yang sudah terikat dalam status
perkawinan dapat bermasalah. Beragam penyebab memburuknya sebuah hubungan dapat
terkait dengan sudah tidak terpenuhinya lagi apa yang diharapkan dari seseorang
dari sebuah hubungan. Secara umum, bila dalam sebuah hubungan lebih banyak
diperoleh penderitaan dari pada kesenangan, maka hubungan dapat memburuk dan
bila tidak diperbaiki dapat putus.
Sebelum
sebuah hubungan menjadi semakin buruk, yang berakibat pada rusak atau putusnya
sebuah hubungan, ada beberapa strategi yang dapat dipakai untuk memulihkan
hubungan (Devito, 2003) dikutip dari (Dian Wisnuwardhani, 2012:129):
1.
Mengenali
masalah. Dalam menyelesaikan sebuah konflik, harus diketahui apa yang menjadi
akar permasalahannya. Seseorang harus mengemukakan secara terbuka apa yang ia
pikirkan, inginkan atau yang ia rasakan secara jelas, sehingga identifikasi
terhadap masalah menjadi lebih mudah.
2.
Menyelesaikan
konflik secara konstruktif. Penyelesaian konflik secara konstruktif adalah
penyelesaian masalah yang bertujuan untuk win-win solution yaitu
pemecahan masalah mementingkan kedua belah pihak.
3.
Ajukan
alternatif pemecahan masalah. Setelah masalah dapat diidentifikasikan, ajukan
alternatif pemecahannya yang mementingkan kepentingan kedua belah pihak. Dan
selanjutnya diintegrasikan kedalam tingkah laku sehari-hari.
4.
Saling
mendukung.
KESIMPULAN
Hubungan
interpersonal yang baik sangat mempengaruhi komunikasi yang efektif. Semakin
kuat sebuah hubungan interpersonal maka semakin terbuka seseorang mengungkapkan
dirinya, semakin cermat persepsinya tentang orang lain dan persepsi dirinya,
sehingga semakin efektif komunikasi yang berlangsung di antara komunikan.
Tahap-tahap
terbentuknya sebuah hubungan interpersonal meliputi; kontak, keterlibatan,
keakraban (penguatan), jika dalam sebuah hubungan tidak terpenuhinya atau
dilanggarnya aturan yang telah disepakati bersama dalam hubungan maka hubungan
akan berlanjut kepada tahap pemudaran, jika tidak ada perbaikan di dalam
hubungan maka hubungan dapat dangkal seperti semula (putus).
DAFTAR PUSTAKA
Rakhmat, Jalaluddin. 2007. Psikologi Komunikasi, Bandung: PT
Remaja Rosdakarya
Wisnuwardhani, Dian., & Fatmawati Mashoedi, Sri. 2012. Hubungan
Interpersonal, Jakarta: Selemba Humantika
Kualitas dan Pendidikan Konselor
Konseling: Kualitas dan Pendidikan Konselor
KUALITAS DAN
PENDIDIKAN KONSELOR
(Makalah Disajikan dalam Seminar Kelas)
Oleh: M. Khuzaifah
Program Studi Bimbingan dan Konseling Islam IAIN Langsa
ABSTRAK
Kualitas kepribadian dan kualifikasi pendidikan, pengetahuan, serta
penguasaan atas berbagai teori dan teknik konseling, merupakan modal utama yang
harus dimiliki oleh seorang konselor. Dua modal tersebut sangat menentukan
efektifitas dan keberhasilan aktifitas konseling. Kualitas konselor adalah
semua kriteria keunggulan termasuk pribadi, pengetahuan, wawasan, keterampilan,
dan nilai-nilai yang dimiliki konselor, yang akan menentukan keberhasilan
(efektivitas) proses bimbingan dan konseling.
PENDAHULUAN
Aktivitas bimbingan dan konseling, pada dasarnya
merupakan interaksi timbal-balik, yang di dalamnya terjadi hubungan saling
mempengaruhi antara konselor sebagai pihak yang membantu dan klien sebagai
pihak yang dibantu. Konselor diasumsikan sebagai pribadi yang akan membimbing
konseli dalam mencapai tujuan tertentu, maka dalam relasi ini sangat dibutuhkan
adanya kapasitas tertentu yang harus dimiliki oleh seorang konselor. Kapasitas
tertentu inilah yang menentukan kualitas konselor.
Masih banyak
orang yang memandang bahwa pekerjaan bimbingan dan konseling dapat dilakukan
oleh siapa juga, asalkan mampu berkomunikasi dan berwawancara. Pelayanan
bimbingan dan konseling tidak semata-mata diarahkan kepada pemecahan masalah
saja, tetapi mencakup berbagai jenis layanan dan kegiatan yang mengacu kepada
terwujudnya fungsi-fungsi yang luas. Berbagai jenis bantuan dan kegiatan itu
menuntut adanya unjuk kerja profesional tertentu, yang mana rumusan unjuk kerja
profesional itu mengacu kepada wawasan dan keterampilan yang hendaknya dapat
ditampilkan oleh para lulusan program studi bimbingan konseling.
PEMBAHASAN
A.
Kualitas Konselor
Willis Sofyan S
(2007:79) menjelaskan kualitas konselor adalah semua kriteria keunggulan
termasuk pribadi, pengetahuan, wawasan, keterampilan, dan nilai nilai yang
dimiliki konselor, yang akan menentukan keberhasilan (efektivitas) proses
bimbingan dan konseling. Salah satu kualitas yang kurang dibicarakan adalah
kualitas pribadi konselor, yang menyangkut segala aspek kepribadian yang amat
penting dan menentukan efektivitas konseling.
Efektivitas
proses konseling akan sangat dipengaruhi oleh besar modal yang dimiliki oleh
kon selor. Modal ini meliputi dua aspek, yaitu aspek personal dan profesional.
Modal personal adalah hal- hal yang menyangkut kualitas kepribadian yang
dimiliki oleh konselor, sementara modal profesional lebih mengarah pada
persoalan kualifikasi pendidikan, pengetahuan, serta penguasaan konselor atas
berbagai teori dan teknik konseling. modal personal dapat dimaknai sebagai
kecerdasan emosional dan spiritual, sementara modal profesional lebih
berorientasi pada intelektualitas (kecerdasan intelektual).
Samsul Munir
Amin (2010:269) menjelaskan bahwasannya kriteria atau ciri kepribadian konselor
secara islami meliputi:
1.
Konselor
harus menjadi cermin bagi klien, keberhasilan (efektivitas) bimbingan dan
konseling terletak pada sejauh mana seorang konselor dapat menanamkan nilai
(sikap dan perilaku) pada klien. Persoalannya adalah bagaimana hal itu bisa
dilakukan? Prinsipnya adalah keteladanan.
2.
Konselor
islami hendaklah orang yang menguasai materi khususnya dalam masalah keilmuan
agama Islam, sehingga pengetahuannya mencakupi dalam hal-hal yang berkaitan
dengan masalah keagamaan.
3.
Konselor
islami hendaklah orang yang mengamalkan nilai-nilai agama Islam dengan baik dan
konsekuen.
4.
Konselor
islami hendaknya menguasai metode dan strategi yang tepat dalam menyampaikan
bimbingan dan konseling kepada klien, sehingga klien dengan tulus akan menerima
nasehat konselor.
5.
Konselor
islami memiliki pribadi yang terpuji sebagai teladan dalam perilaku baik di
tempatnya bekerja maupun di luar tempat bekerja.
6.
Konselor
islami hendaknya menguasai bidang psikologi secara integral, sehingga dalam
tugasnya melaksanakan bimbingan dan konseling akan dengan mudah menyampaikan
nasihat dengan pendekatan psikologi.
Sementara itu,
ABKIN (Asosiasi Profesi Bimbingan dan Konseling Indonesia) merumuskan bahwa
salah satu komponen standar kompetensi yang harus dijiwai dan dimiliki oleh
konselor adalah mengembangkan pribadi dan profesionalitas secara berkelanjutan,
yang di dalamnya meliputi:
1.
Beriman
dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.
2.
Menunjukkan
integritas dan stabilitas kepribadian yang kuat.
3.
Memiliki
kesadaran diri dan komitmen terhadap etika profesional.
4.
Mengimplementasikan
kolaborasi intern di tempat tugas dan secara eksternal antarprofesi.
5.
Berperan
dalam organisasi dan kegiatan profesi bimbingan dan konseling.
Dalam konteks
bimbingan dan konseling kualitas pribadi konselor dalam hal sikap dan perilaku sehari-hari akan
menjadi modal utama dan pertama dalam menjalankan bimbingan dan konseling yang
efektif. Hal itu terjadi karena hanya dengan kualitas pribadi yang tinggilah
setengah tujuan konseling akan tercapai, setengah yang lainnya ditentukan oleh
teknik yang digunakan. Hal ini
menunjukkan bahwa betapa pentingnya kualitas pribadi yang harus dimiliki oleh
konselor.
B.
Pendidikan
Konselor
Untuk bisa memenuhi standar kompetensi konselor
yang telah dipaparkan di atas, diperlukan model pendidikan profesional konselor
yang terintegrasi, artinya penyelenggaraan program pendidikan S-1 Bimbingan dan Konseling
terintegrasi dengan program pendidikan profesi konselor (PPK). LPTK yang
diberikan izin menyelenggarakan pendidikan S-1 Bimbingan dan Konseling dan
memiliki peringkat Akreditasi minimal B dilakukan evaluasi, bila layak dari
aspek ketenagaan, infrastruktur, dan manajemen pengelolaan secara langsung
diberikan wewenang untuk menyelenggarakan PPK. Dengan demikian, para
guru pembimbing (guru BK) di sekolah-sekolah yang memiliki kualifikasi akademik
S-1 Bimbingan dan Konseling dapat mengikuti PPK di LPTK terdekat, sehingga
harapan sebagaimana yang diatur di dalam pasal 2 Peraturan Menteri Pendidikan
Nasional Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 2008 tentang Standar Kualifikasi
Akademik dan Kompetensi Konselor, segera bisa diwujudkan.
Pendidikan S-1
Bimbingan dan Konseling di tanah air saat ini diselenggarakan secara terpisah
dengan Pendidikan Profesi Konselor (PPK) oleh beberapa LPTK atas izin dari
Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan Nasional, dan
dilakukan akreditasi oleh Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi (BAN PT).
Kurikulum pendidikan S-1 Bimbingan dan Konseling yang dikembangkan berdasarkan
Kepmendiknas Nomor 232/U/2000 dan Nomor 045/U/2002 yang mengacu kepada konsep
pendidikan tinggi abad XXI UNESCO, yang semula disusun dan ditetapkan oleh
pemerintah lewat sebuah Konsorsium (Kurikulum Nasional), diubah menjadi
kurikulum inti yang disusun oleh perguruan tinggi bersama dengan pemangku
kepentingan dan kalangan profesi, dan ditetapkan oleh perguruan tinggi yang
bersangkutan.
Pendidikan
Profesional Konselor menerima mahasiswa dari lulusan SMA dan atau sederajat.
Pendidikan ini diselenggarakan dengan beban minimal 144 SKS, dan maksimal 160
SKS berdasarkan Kepmendiknas Nomor 232/U/2000 dan Nomor 045/U/2002, dengan masa
studi antara 4-4,5 tahun. Kurikulum ditetapkan oleh LPTK masing-masing yang pengembangannya dilakukan dengan melibatkan
Asosiasi Bimbingan dan Konseling Indonesia (ABKIN) dan pemangku kepentingan,
dengan menggunakan paradigma KBK (Kurikulum Berbasis Kompetensi). Pendekatan
pembelajaran menggunakan Students Centered Learning (SCL) yang ditunjang dengan
metode:
1.
Small Group
Discussion.
2.
Role-Play &
Simulation.
3.
Case Study.
4.
Discovery
Learning.
5.
Self-Directed Learning.
6.
Cooperative Learning.
7.
Collaborative
Learning.
8.
Contextual Instruction.
9.
Project Based
Learning.
10.
Problem
Based Learning and Inquiry.
Dosen pengampu
mata kuliah adalah para dosen profesional yang memenuhi tuntutan pasal 1 ayat
(2) dan pasal 8 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang
Guru dan Dosen. Para dosen adalah
pendidik profesional dan ilmuwan yang bertugas melakukan transformasi,
mengembangkan, dan menyebarluaskan IPTEKS melalui pendidikan, penelitian dan
pengabdian kepada masyarakat, yang memiliki kompetensi pedagogik, kepribadian,
profesional, dan sosial, serta mampu mewujudkan tujuan pendidikan nasional.
Lulusan Program
S-1 Bimbingan dan Konseling dapat langsung mengikuti PPK selama 2 (dua) semester. Kurikulum PPK ditetapkan
oleh LPTK, yang pengembangannya melibatkan ABKIN dan pemangku kepentingan. PPK
memberikan pengalaman belajar bagi para mahasiswa berupa kemampuan dalam
menerapkan kompetensi akademik yang diperolehnya pada program S-1 Bimbingan dan
Konseling. Lulusan PPK dianugrahi Sertifikat keahlian Bimbingan dan Konseling
sebagai Konselor profesional, dengan sebutan Konselor (Kons). Konselor adalah sosok profesional dalam bidang bimbingan dan
konseling yang ahli memberikan pelayanan bimbingan dan konseling baik pada
lembaga pendidikan formal maupun di masyarakat. Konselor yang praktik di
masyarakat harus mendapatkan izin praktik dari ABKIN sebagai organisasi profesi
Bimbingan dan Konseling.
Prayitno
(2004:340) mengemukakan bahwa pelayanan bimbingan dan konseling adalah suatu
profesi yang dapat memenuhi ciri-ciri dan persyaratan sebagai profesi.
Pengembangan profesi bimbingan dan konseling antara lain melalui; standardisasi
unjuk kerja profesional konselor, standarisasi penyiapan konselor, akreditasi,
stratifikasi dan lisensi, serta pengembangan organisasi profesi.
KESIMPULAN
Kualitas
konselor menyangkut dua hal, yaitu; personal yang merupakan hal-hal yang menyangkut
kualitas kepribadian yang dimiliki oleh konselor, yang dapat dimaknai sebagai
kecerdasan emosional dan spiritual, dan profesional yang merupakan hal yang lebih
mengarah pada persoalan kualifikasi pendidikan, pengetahuan, serta penguasaan
konselor atas berbagai teori dan teknik konseling, yang lebih berorientasi pada
intelektualitas (kecerdasan intelektual).
Penyelenggaraan
program pendidikan S-1 Bimbingan dan Konseling terintegrasi dengan program
pendidikan profesi konselor (PPK). LPTK yang diberikan izin menyelenggarakan
pendidikan S-1 Bimbingan dan Konseling dan memiliki peringkat Akreditasi
minimal B, dilakukan evaluasi, bila
layak dari aspek ketenagaan,
infrastruktur, dan manajemen
pengelolaan secara langsung diberikan wewenang untuk menyelenggarakan PPK.
DAFTAR RUJUKAN
Hartono.
2011. Program Pendidikan Profesional Konselor masa Depan dan Tantangan di Era
Globalisasi, Jurnal PPB. Vol. 12. No. 2. Universitas PGRI Adi Buana Surabaya
Mukhsinul
Fuad. 2009. Kualitas Pribadi Konselor: Urgensi dan Pengembangannya, Jurnal
Dakwah dan Komunikasi, Vol.3 No.2. Jurusan Dakwah STAIN Purwokerto.
Prayitno,
Erman Amti. 2004. Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling, Jakarta: PT
Rineka Cipta
Samsul Munir Amin. 2010. Bimbingan
Konseling Islam, Jakarta: Amzah
Willis Sofyan S. 2007. Konseling
Individual Teori dan Praktek, Bandung: Alfabeta
Tuhan Asingkah Aku?
Tuhan Asingkah Aku?
Bagian 1: Terompet Tahun Baru
Writen: Huzai
“05:00 AM” mata ku menatap tajam kearah sebuah
jam dinding, tak ada satu suara di heningnya pagi selain suara jarum jam itu. Rasa
dingin membelai sekujur tubuh ku. Perlahan ku turunkan kaki ku dari tempat
tidur, lemas dan ngantuk masih melekat pada ku. Sejenak aku terdiam,
menghentikan gerakan ku. Pandangan ku kini
terarah ke sudut ruangan, pintu yang terbuka memperlihatkan gelapnya ruang
dalam kamar mandi. Meskipun mata ku terbuka, remangnya lampu ruangan mengurangi pandangan ku melihat ke arah itu.
Sejenak ku kembali menggerakkan tubuh ku, kaki ku mulai meraba mencari sendal
dibawah tempat tidur. Aku mulai melangkah ke arah kamar mandi itu, selangkah ku
melangkah terdengar suara dering handphone di atas ranjang. Kaki ku kembali
melangkah ke tempat tidur. Aku pun duduk sejenak di pinggiran kasur untuk
membaca pesan masuk itu. ‘Lisa’ mata ku melihat nama pengirim pesan itu, salah
seorang teman kuliah ku. “Jangan lupa ya, entar malem. Awas kalo ga ada”. Dalam
heningnya suasana aku mulai mengingat tanggal hari ini. “31 Desember”. Ya, 31 Desember, aku mulai
sadar jika hari ini adalah hari penghujung tahun. Ternyata pesta yang dimaksud
Lisa adalah pesta perayaan tahun baru. Aku merasa baru saja melewati perayaan
ritual itu, ritual yang dilakukan banyak manusia disetiap akhir Desember. Tidak
terasa besok adalah awal tahun 2016.
“Umaaam...” panggilan dengan nada keras itu
membuat aku terkejut. Ternyata aku ketiduran stelah membaca pesan dari Lisa,
mungkin karena memikirkan pesta itu. Aku bergegas bangun untuk mandi dan
menghampiri meja makan untuk sarapan pagi, namun hari ini suasana meja makan
terasa berbeda dari biasanya. Kini hanya ada aku dan ibu ku saja, mungkin karna
aku terlambat bangun sehingga ayah dan adik ku sudah sarapan dan berangkat
duluan. Kami hanya tinggal berempat di rumah. Aku mempunyai adik perempuan
berusia 16 tahun yang sekarang duduk di bangku kelas 2 SMA. Seperti biasa
setelah sarapan pagi aku segera berangkat pergi kuliah. Aku seorang mahasiswa
teknik disalah satu perguruan tinggi di daerah ku. Suara keras mesin motor tua selalu
mengawali pagi ku, menjadi pertanda bahwa aku akan berangkat pergi. Perlahan
aku keluar dari garasi menuju gerbang depan rumah, tercium oleh ku wanginya
aroma parfum wanita. “Angel Heart”. Ya Angel Heart, seperti aroma parfum yang
sering dipakai oleh ibu ku. Aroma itu sepertinya berasal dari wanita yang mengenakan
dress putih dan celana hitam yang sedang berdiri di depan gerbang, ternyata itu
memang ibu ku. “pagi gini udah rapi mau kemana bu?” tanya ku. “ibu mau belanja,
hari ini lebih awal kan buat persiapan acara nanti malam”. “yauda yok, bareng
Umam aja sekalian mau pergi kuliah”. “ga usah, ibuk bareng tante kamu perginya,
tu dia udh nongol”. “yaudah Umam pergi duluan ya”. Karna sudh agak terlambat
aku langsung bergegas berangkat dengan motor ku. Dalam perjalannan menuju
kampus aku memikirkan hal yang tidak sempat aku tanyakan tadi, acara apa yang
akan dibuat ibuk?. Ah mungkin perayaan tahun baru, nanti malamkan malam tahun
baru. Keluarga ku tidak pernah ketinggalan mengadakan perayaan untuk menyambut
tahun baru, biasanya kami membuat acara makan-makan bersama keluarga dan
tetangga, yang kebetulan di kompleks perumahan itu hampir seluruhnya keluarga
ku semua. Kecuali tetangga sebelah kanan depan rumah ku.
Setiba dikampus aku langsung masuk ke ruang
kelas, ternyata mata kuliah telah dimulai 15 menit yang lalu. “komesaris.. sini
kamu”. Panggil pak Tohang, ya pak Ardi Sitohang, salah seorang dosen mata kuliah Pengantar Teknelogi Informasi.
Orang asli Medan yang mempunyai ukuran badan lebih besar dari ku, orangnya
keras, namun lucu dan ramah. “lambat kali kau datang, banyak kali anak kau
rupanya”. Dengan rasa malu aku perlahan masuk ke kelas, semua teman satu
ruangan menatap dan menertawai ku. “sudah cepat kau ambil dulu projector sana,
sudah mau pulang tadi kami, kau datang tak jadi lah kami pulang, belajarlah
kita”. Ujarnya. Ya itulah resiko menjadi seorang komesaris, mempersiapkan keperluan
belajar di ruang kelas sudah menjadi tugas harian di kampus. Entah mengapa aku yang
terpilih menjadi komesaris diantara 18 orang mahasiswa di kelas itu.
Tidak terasa waktu berjalan begitu cepat,
ya mungkin karena aku yang terlambat sehingga perkuliahan terasa cepat selesai.
Satu-persatu mahasiswa sudah mulai meninggalkan ruangan kelas. Dalam sekejap
ruangan sudah kosong, hanya tinggal aku yang sedang merapikan kabel projector,
dan seorang lelaki yang sedang cengar-cengir yang sudah lama berdiri di depan
pintu. ya, itu Alfajri salah seorang teman ku. Ku rasa ia memang sedang
menunggu ku. “Buruan, cepat lah”. “iya, udah ni”. Kami mulai turun dari lantai
3. “nanti malam pergi bareng ya !”. “pergi kemana?” jawab ku. “new year party
lah, kyaknya tahun ini lebih meriah deh”. “ke tempatnya Lisa aja Al, sekalian
pesta ulang tahunnya nanti malam”. “terserahlah, yang penting happy” .
Dalam perjalanan pulang aku memikirkan
anehnya tahun baru. Ya “Tahun Baru” itu selalu menjadi pertanyaan kecil dalam
fikiran ku, apa istimewanya malam 31 Desember itu, menjadi moment yang tak
pernah terlewatkan oleh kalangan pemuda, bahkan orang tua juga tak kalah
ketinggalan. Padahal hanya malam biasa seperti malam-malam lainnya. Ledakan
kembang api, tiupan terompet, topi keruncut, itu sudah menjadi ciri khas dan
menjadi isyarat akan datangnya malam pergantian tahun. Semua orang berkumpul
hanya untuk menantikan waktu tengah malam. Suara terompet dan teriakan
mempertandakan waktu telah menunjukkan pukul 00:00 am. Ya “1 Januari”, satu malam
yang paling ribut dari 365 hari. Semua orang berantusias dalam menyemarakkan
malam 31 Desember, ya termasuk aku. Mungkin berawal dari ikut-ikutan sehingga
menjadi kebiasaan.
“20:30 wib”. aku sudah bersiap-siap untuk
pergi. Malam ini aku sengaja tidak membawa motor tua ku, karena akan pergi
bareng si Al yang sudah menunggu di depan gerbang rumah ku. Malam yang meriah.
Ya, sangat meriah. Setiap halaman rumah di kompleks ini menyalakan api, termasuk
rumah ku. Bakar ayam, ikan, kambing, sudah mentradisi di malam tahun baru.
Kecuali tetangga sebelah kanan depan rumah. Ya, hanya rumah itu yang terlihat
sepi, suasana rumah yang berbeda dari rumah yang lain. Tak pernah ada kembang
api, apa lagi bakar ayam di malam tahun baru. Hanya terdengar suara orang
mengaji dari dalam. Entah bagi ku, suara itu kesannya seperti ada kematian. Aku
segera berangkat pergi ke tempat tujuan ku malam ini. Seperti tahun sebelumnya,
sepanjang lalulintas terlihat ramai. Tua, muda, dewasa, remaja bahkan anak-anak
semua orang keluar untuk menyaksikan pesta tahun baru.
Semua teman-teman ku sudah berkumpul. Aku
dan Al berencana mengahdiri pesta di rumah Lisa hanya sampai pukul 23:30 saja.
Kami selanjutnya berencana menghabiskan sisa malam tahun baru untuk prayaan
yang diadakan di kota. Tak terasa waktu sudah hampir tengah malam. Tidak seperti
rencana, malam ini aku merasa begitu lelah. Mungkin karna seharian ini aku
kurang istirahat. Aku berniat untuk pulang, namun Al mengajak ku meninggalkan
pesta.
Suara keras kenalpot motor menambah ricuh
suasana malam ini. Waktu semakin larut malam, namun suasana kota semakin ramai.
Kini kami menepi ke sebuah kedai di persimpangan jalan untuk membeli rokok. Rasa
ngantuk semakin kuat, aku mengambil kesempatan ini untuk menghilangkan rasa
lelah ku. Aku duduk di kursi depan kedai itu. Kini pandanagan ku mengarah pada
anak yang sedang menemani ayahnya berjualan. Duduk tenang dengan tatapan
mengarah kepada orang yang melintas melewati jalan itu. Pandangannya tidak
tertuju pada orang yang sedang melintasi jalan. Pandangannya hanya mengikuti
setiap orang yang membawa terompet dan topi kerucut. Ya, mungkin topi dan
terompet itu yang menarik perhatiannya. Sekali-kali ia menundukkan pandangannya
saat pelintas jalan menatap balik kearahnya. Hal itu terjadi berulang-ulang.
Diam-diam ternyata sang ayah memperhatikannya. Setelah selesai melayani pembeli
sang ayah menghamirinya. “anak ayah kok masih disini, Umam belum nagntuk?”. Anak
itu bernama umam, ternyata banyak juga orang yang memiliki nama seperti ku.
“belum Abi”, anak itu tersenyum sambil mengoyangkan kakinya. “Kita masuk yuk”.
“Nanti dulu Abi”. Anak itu masi menikmati suasana malam itu. Sang ayah hanya
tersenyum dan ikut duduk menemani anaknya. Kini matanya kembali tertuju kepada
pengguna jalan. Kini tidak lagi pemakai topi kerucut dan terompet yang ia
lihat. Pandangannya mengarah pada penjual topi dan terompet yang sedang
melintasi jalan itu. “Umam mau terompet ya?” sang ayah bertanya sambil mengelus
kepala anaknya. “tidak Abi, kata Umi itu bukan untuk kita Abi”. Dengan polos
anak itu menjawab tawaran ayahnya. Ayahnya hanya tersenyum kembali dan
merangkul anaknya. “Ma’afkan ayah ya nak, jika ayah tidak membelikan mu
terompet. Mungkin orang akan bersenag-senang dengan terompet. Tapi kita harus
tau jika terompet itu akan menjadikan kita sama dengan orang-orang kafir.
Jangan pernah malu ya nak, jika kamu tidak sama dan terlihat asing dengan mereka.
Sesungguhnya Islam itu muncul dalam keadaan asing. Dan di akhir zaman akan
menjadi asing pula”. “iya Abi”, jawab anak itu.
Pembicaraan ayah dan anak itu seakan
menampar keras batin ku. Rasa malu dan bersalah tiba-tiba muncul dalam benak
ku. Aku tak pernah memikirkan apa yang pernah aku lakukan setiap tahun. Mungkin
karna melihat banyak orang yang merayakannya hingga aku juga ikut merayakannya,
tanpa mempedulikan ada apa dibalik hari itu.
“oy.. Malah bengong lagi, yok lah cabut
kita”. Suara si Al mengejutkan ku. Kini kami melanjutkan perjalanan. Rasa
kantuk yang amat tadinya kurasakan, kini sudah hilang entah kemana. Kini
pikiran ku terus dirasuki perkataan si bapak dan anak itu tadi. Kamipun
akhirnya tiba di alun-alun kota. Malam ini banyak manusia yang berkumpul
merayakan malam tahun baru. Ledakan kembang api mewarnai langit malam ini.
Ditambah lagi meriahnya kongser musik band yang menyemarakkan malam ini. “Itukan
bukan punya kita Abi...Jangan malu jika kamu tidak sama dengan orang lain..”
lagi-lagi kata-kata itu berbisik di telinga ku. Aku tak mengerti mengapa aku
terus terbayang perkataan si Umam kecil. Aku merasa dalam kepala ku seakan-akan
ada sound player yang terus memperdengarkan suara si Umam kecil. Kini waktu
menunjukkan pukul 23:55. 5 menit lagi orang-orang yang ada di sini,
masing-masing akan meniup terompetnya. Namun yang kurasakan sekarang aku mulai
mengantuk kembali. Aku berusaha menemukan si Al, entah kemana perginya anak
itu. Kepalaku pun semakin pusing, aku memutuskan untuk meninggalkan suasana
ricuh itu dan mencari angkutan untuk pulang. ‘apa ada angkutan jam segini,
malah malam tahun baru lagi’ pikir ku. Dari pada semakin bingung mencari
Alfajri, aku mulai berjalan kaki meninggalkan tempat itu, dengan harapan ada
angkutan yang satu arah dengan ku.
Setelah 10 menit berjalan kaki, akhirnya
ada angkutan umum yang lewat dan menepi. ‘Untung masih ada angkutan jam segini’
pikir ku. “BL 5799 UB” sempat ku melihat nomor plat kendaraan itu. Tanpa peduli
aku langsung masuk dan duduk di sebelah wanita, mungkin dia berusia 25 tahun.
Akhirnya aku bisa tenang bersandar di bangku mobil angkutan merasakan badan ku
yang pegel semua. “Kata Umi itu bukan untuk kita Abi.. tdiak apa-apa Abii.....
Abiii..” suara si Umam kecil kembali mengejutkan ku. Kini aku terpaku memandang
seluruh dalam mobil. “Kemana semua orang, kok tiba-tiba aku tinggal sendiri”
pikir ku aneh. Aku berusaha bangun dari tempat duduk. Tapi usaha ku nihil. Kaki
ku terasa berat sekali untuk digerakkan. Aku memandang kearah luar jendela.
Sunyi. Tak ada seorang manusiapun yang kulihat. Aku tak tahu kemana semua orang
dalam mobil ini pergi. Bahkan sopir mobil ini pun entah kemana. Aku mengenali
jalan ini, tiang listrik dengan lampu remang itu adalah jalan menuju rumah ku.
Ternyata mobil ini sudah menepi di sebrang jalan depan gang kompleks perumahan
ku. Aku kembali berusaha menggerakkan kakiku, amat sulit untuk diangkat. Aku
berusaha bangun dengan memegang head rest, akhirnya aku dapat berdiri. Aku
terjatuh saat mengankan kaki kiri ku untuk berjalan. “Itu bukan untuk kita
Abi..” suara itu muncul kembali. Kini suara itu semakin jelas ku dengar.
“Abi..”. ya, suara itu sangat dekat. Seakan suara itu bersumber dari pintu
depan mobil. Aku berusaha berdiri. Tapi badan ku sangat berat sekali untuk
digerakkan. Kini tangan ku mulai bergetaran. Aku mulai memaksakan diri untuk
berdiri. “Gbreek” bunyi keras muncul dari belakang mobil. Suara itu seperti
suara pintu mobil yang dibanting. Aku mulai takut dengan situasi ini. Akhirnya
aku dapat eluar dari mobil aneh ini, setelah bersusah payah untuk keluar. Aku
berlari menjauhi mobil aneh itu, ya aneh. ‘Mobil berhantu’ itu kata yang tepat
untuk menamakan mobil itu. Aku berhenti sejenak melihat mobil itu dari
kejauhan. Tak ada orang yang memainkan pintu, atau anak kecil di depannya.
Tubuh ku semakin merinding. Aku melanjutkan langkah kaki ku untuk pulang
kerumah. Rumah ku sudah tidak jauh lagi dari jalan ini, mungkin sekitar 50 M
lagi.
Langkah demi langkah aku melewati jalan
kompleks perumahan. Tidak hanya di jalan, bahkan gang ini pun juga terlihat
sepi. Aneh pikir ku, biasanya selalu ramai pemuda yang bermain gitar, tapi
malam ini tak ada satu orangpun yang terlihat di gang ini. “Tidak apa-apa Abi”,
suara itu kembali lagi, aku mulai risih dengan suara yang terus mengikuti ku.
Aku mempercepat langkah ku agar cepat sampai ke rumah. Dari kejauhan aku sudah
dapat melihat rumah ku, akhirnya aku dapat kembali melihat orang ramai. Ya,
depan rumah ku terlihat ramai. ‘Mungkin semua orang di kompleks ini berkumpul
dirumah ku untuk merayakan malam tahun baru’, pikir ku. Aku mulai melangkah
dengan tenang, kini aku sudah hampir sampai. Tidak ada panggangan api yang
menyala, tidak ada kembang api atau terompet yang aku lihat. Mereka hanya
berdiri di halaman rumah ku. “kok mereka berdiri diam gitu saja ya, apa ayam
bakarnya kehabisan” pikir ku. Kini aku sudah sampai di depan gerbang. Tak ada
suara terompet atau ledakan yang ku dengar, kali ini aku mendengar orang
mengaji. Suara itu bersumber dari dalam rumah ku. Banyak hal yang membuat aku
heran malam ini. Bukankah malam ini dirumah ku sedang merayakan malam tahun
baru. Apa mereka punya cara baru untuk merayakan malam tahun baru, tidak lagi
dengan terompet, tapi dengan doa dan mengaji. Bagus juga pikir ku ada orang
mengaji, tapi kesannya seperti ada kematian. Aku semakin penasaran dengan suara
yang jarang ku dengar di rumah ku. Aku segera masuk dan menutup gerbang, kini
tidak hanya suara orang mengaji, aku mulai mendengar suara isak tangis. ‘siapa
yang menangis’ pikir ku. Aku terus berjalan menuju pintu masuk rumah ku, aku
sempat menyapa orang-orang yang ada di halaman rumah ku, tetapi semua yang ku
sapa terlihat acuh pada ku. Mungkin mereka asik mengobrol. Tanpa
memperdulikannya aku langsung masuk kerumah. Aku terkejut melihat si Al ada di
rumah ku. ‘Pantesan aku tidak menemukannya di keramaian kota, ternyata dia yang
meninggalkan aku di sana. Cepat juga dia sampai kemari’ pikir ku. Aku melihat
adik ku sedang berjalan cepat dari luar masuk ke rumah. “ada apa sih Ra? Kok
pada ramai” tanya ku. Namun dia juga acuh pada ku, dia terus berjalan tanpa
menjawab sepatah katapun pertanyaan ku. Bahkan tidak menatap ku. “ni anak ga
ada sopannya sih, ditanyain juga..” kata ku. Aku mengampiri si Al yang lagi
termenung duduk di kursi. “oy songong, hebat kali kau ya, ninggalin aku segala
lagi”.. “oooy, denger ga sih”. “kuping lu abis kena petasan ya?”. “yee, malah
bengong lagi, mirip orang bego lo kalo gitu songong”. Aku mulai kesal dengan
situasi malam ini, semua orang pada abaikan aku. Belum puas dengan kejadian
aneh yang ku alami di luar, malah ditambah dengan tingkah orang-orang yang pada
aneh di rumah ini. Adik ku kembali mendatangi aku, “ada apa sih” tanya ku. “kok
bisa bang, gimana kejadiannya? Bukannya tadi dia pergi sama abang?” tanya adik
ku gak nyambung dengan tangisannya. “bisa apanya sih, pergi siapa apanya coba?”
kata ku agak keras. “abang juga gak tau dek, tadi abang cariin dia di sana,
abang gak tau kalo dia pulang duluan”, perkataan si Al semakin membuat aku
bingung. Mereka semakin membuat aku kesal, aku langsung pergi meninggalkan
mereka berdua. Aku mencari ibu ku. Ternyata dia ada di kamar ku. Aku terkejut,
kamar ku dipenuhi orang yang sedang mengaji. Dari luar pintu kamar aku melihat
orang tidur yang ditutupi selendang dan kain putih. Aku sudah tidak tahan
dengan semua yang ku alami malam ini. Rasanya inging ku teriak sekeras mungkin
di rumah ini. Ada apa lagi ini. Mengapa semuanya tidak ada yang mendengarkan
aku. Aku perlahan masuk dan menghampiri ibu ku yang duduk di samping pemuda
yang tidur itu. “Siapa itu” kata ku. Perlahan aku mendekat, betapa terkejutnya
aku ketika melihat wajah di balik kain selendang itu. Wajah itu seperti diri
ku, siapa dia. Apakah itu aku. Aku menangis karena tidak tahan dengan
kebingungan yang kurasakan. Aku menatap lama ke arah pemuda itu, “apakah itu
aku, kenapa dengan dia, mengapa kepalanya berdarah. Apakah itu aku”. Aku terus
mempertanyakan itu.
Perlahan aku meninggalkan kamar.
“Umaam....” suara lembut ibu memanggil ku. Kembali aku menoleh ke belakang. Ibu
ku terus memanggil nama ku sembari memegang pemuda itu. Aku lemas dan berlutut
menyaksikan semua itu, aku mulai yakin bahwa pemuda itu memang aku. Aku tak
mengerti dengan semua ini. Aku tak tau apa yang telah terjadi pada ku. Aku
hanya bisa menangis menyaksikan semua ini.
“Oooy Umam, tidur ko. Jatoh nanti kita
ini”. Teriakan si Al mengejutkan ku, aku menoleh kiri dan kanan. Ternyata aku
masih di atas motor bersama si Al. “untung cuma mimpi”. Kata ku dalam hati. Aku
tak mengerti apa yang telah aku mimpikan. Meskipun di atas motor, mimpi itu
sukses membuat aku berkeringat. “anget dah, orang malam tahun baru pada dipeluk
cewek. Ni aku malah Umam yang peluk, pakek ngiler lagi” ocehan si Al. “bacrit
lo Al. Balik yok balik, ngantuk gua”. Pinta ku untuk pulang. Aku merasa sangat
tidak nyaman malam ini. “jadi gini doang ni, cuman muter-muter? Payah lo Mam..”
“udaah, yok ah. Nagntuk ni gua”. Aku memaksa si Al untuk pulang. Akhirnya kami
putar arah untuk pulang, dalam hening suasana aku terus memikirkan apa yang
telah aku mimpikan tadi. Aku mengingat apa yang telah aku lakukan hari ini,
entah kesalahan apa yang aku lakukan sehingga aku ditimpa mimpi buruk.
Kini kami melewati jalan yang sama sperti
saat pergi tadi. Al memperlambat jalan motornya, di depan kami terlihat banyak
orang yang sedang berkrumun di persimpangan jalan. “ada kecelakaan ya tu?”
tanya ku. “iya tu mungkin”. Ketika sudah sangat dekat aku mengingat tempat ini.
Ya, tempat kami berhenti untuk membeli rokok beberapa jam yang lalu. “umaaam,
umam”, teriak bapak yang memiliki kedai itu. Sebuah mobil angkutan hilang
kendali dan menabrak bagian depan kedai itu dan mengenai anaknya. Aku ingat
anak itu. Ya, anak itu yang ada dalam mimpi ku. Aku menyaksikan kejadian itu
dengan sangat prihatin. Darah terus mengalir di bagian kepala anak itu. “umam,
umam” teriak orang tuanya. “loh, kau tu Mam dipanggilnya” oceh si Al. “namanya
sama bego”. Jawab ku kesel. Kami perlahan melewati keramaian itu, “BL 5799 UB”
sepintas aku melihat nomor plat kendaraan itu. Sepertinya aku pernah mengingat
nomor itu. Nomor yang sama dengan mimpi aneh ku. Kejadian malam ini sangat
membuat ku takut. Aku terus mengingat kata-kata yang pernah diucapkan si Umam
kecil dan bapaknya.
Aku akhirnya sampai depan gerbang rumah,
acara bakar-bakar ayam ternyata belum berakhir. “ga nginap di sini saja Al?”
“gak lah Mam, lain kali aja, aku pulang ya”. “ok, terimakasih”. Aku langsung
berjalan menuju rumah ku. “bang, mau kemana, gak mau ikutan?” sapa Mura, adik
ku. “gak. Abang mau tidur, udah ngantuk”.
Sesampai di kamar, aku merenungkan apa yang
sudah aku alami malam ini, aku tak mengerti atas apa yang telah aku mimpikan,
aku tak tau mengapa aku mengalaminya. Aku mencoba mengingat kesalahan apa yang
telah aku perbuat. Mungkinkah karena dosa ku selama ini. Aku mencoba berwudhu
untuk shalat malam, aku berharap agar bisa lepas dari kegelisahan. Usai shalat
aku merasa ada yang sedang melihat ku diam-diam di balik pintu kamar yang
berada di belakang ku. Ya, dia Mura adik ku. Mungkin dia melihat suatu hal yang
tak biasa di lihatnya. Begitu juga dengan ku, suatu hal yang tak biasa ku alami
malam ini.
“Kata umi itu bukan untuk kita abi...”
tobe continued....
Langganan:
Postingan (Atom)
Cari Blog Ini
- September 2021 (6)
- Juni 2019 (12)
- April 2017 (1)
- Januari 2017 (2)
- Desember 2016 (2)
- September 2016 (1)
- Mei 2016 (8)
- April 2016 (7)
- Maret 2016 (2)
- November 2015 (3)
- Juli 2015 (1)
- April 2015 (2)
- Maret 2015 (2)
- Februari 2015 (1)
- November 2014 (1)
- Februari 2014 (1)
Translate
Popular Posts
-
PERADABAN ISLAM DI ASIA TENGGARA Disusun Oleh M khuzaifah ...
-
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setelah khilafah Abbasiyah di Baghdad runtuh akibat serangan tentara Mongol, kekuatan po...
-
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kepribadian pada hakikatnya merupakan gambaran sikap dan perilaku manusia secara ...