IMPLEMENTASI MANAJEMENT LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING
(Materi Disajikan dalam Seminar Kelas)
Jurusan Bimbingan dan Konseling Islam
Fakultas Ushuluddin Adab dan Dakwah
IAIN Zawiyah Cot Kala Langsa
BAB I
PENDAHULUAN
Manajemen merupakan suatu
sistem tingkah laku manusia yang koperatif dalam melaksanakan tugas dan
tanggung jawabnya dengan kepemimpinan yang tertatur melalui usaha yang terus
menerus dilandasi tindakan yang rasional. Manajemen bimbingan dan
konseling merupakan
salah satu kompetensi dasar yang harus dikuasai oleh konselor. Hal tersebut
dikarenakan dalam kegiatannya seorang konselor harus merencanakan,
mengorganisasikan, melaksanakan dan mengevaluasi kegiatan bimbingan dan konseling.
Melalui perencanaan yang baik akan memperoleh kejelasan arah pelaksanaan
kegiatan bimbingan dan konseling serta memudahkan untuk mengontrol kegiatan
yang dilaksankan.
Didalam
manajemen bimbingan konseling pastinya ada fungsi dan peran tertentu yang
sangat penting. Manajemen memiliki peran fungsi sebagai
alat untuk menjadikan pelaksanaan program bimbingan dan konseling lebih
terarah, teratur, terorganisir dengan baik. Sehingga bimbingan dan konseling
mampu mencapai tujuan yang efektif dan efesien. Oleh karena dalam kesempatan kali ini pemakalah akan menjelaskan lebih
lanjut bagaimana fungsi manajemen bimbingan konseling dan implementasai
Manajemen dalam Layanan Bimbingan Konseling.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Manajemen Bimbingan Konseling
1. Manajemen
Manajemen
berasal dari kata managio yaitu pengurusan atau managiare atau
melatih dalam mengatur langkah-langkah. Manajemen sering diartikan sebagai
ilmu, kiat dan profesi. Manajemen merupakan suatu sistem tingkah laku manusia
yang koperatif dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya dengan
kepemimpinan yang tertatur melalui usaha yang terus menerus dilandasi tindakan
yang rasional. Inti dari manajemen adalah leadership yaitu kepemimpinan
menggerakkan orang-orang mengikuti pemimpin.[1]
Manajemen
dapat berarti pencapaian tujuan melalui pelaksanaan fungsi-fungsi tertentu. Ada
lima fungsi manajemen yang paling penting, yaitu planning,
organizing, staffing, leading
dan controlling kegiatan-kegiatan organisasi.[2]Manajemen
bimbingan dan konseling merupakan
salah satu kompetensi dasar yang harus dikuasai oleh konselor. Hal tersebut
dikarenakan dalam kegiatannya seorang konselor harus merencanakan,
mengorganisasikan, melaksanakan dan mengevaluasi kegiatan bimbingan dan
konseling. Melalui perencanaan yang baik akan memperoleh kejelasan arah
pelaksanaan kegiatan bimbingan dan konseling serta memudahkan untuk mengontrol
kegiatan yang dilaksankan.
2. Bimbingan dan Konseling
Bimbingan
dan konseling merupakan terjemahan dari istilah bahasa Inggris “Guidance and
Counseling”. Istilah ini terbentuk dari dua kata yang menjadi satu. Antara kata yang satu
mengendung pengertian yang berbeda dengan kata yang lainnya, tetapi tujuannya
sama. Kata guidance adalah kata dalam bentuk masdar yang berasal dari
kata kerja “to guida” artinya
menunjukkan, membimbing orang lain ke jalan yang benar. Guidance berarti
pemberian petunjuk, pemberian bimbingan atau pemberian tuntunan. Sedangkan
counseling merupakan masdar dari “to counsel” yang berarti
memberi nasihat. Counseling
mengandung pengertian pemberian nasihat secara tatap muka secara
langsung atau face to face. Kemudian
dikenal dengan istilah konseling.[3]
Samsul
Munir Amin menguraikan secara umum dan
luas tujuan bimbingan dan konseling adalah membantu individu mencapai
kebahagiaan hidup pribadi, membantu individu mencapai kehidupan yang efektif
dan produktif dalam masyarakat serta hidup bersama dengan individu-individu
lain, dan membantu individu mencapai harmoni antara cita-cita dan kemampuan
yang dimilikinya.[4] Bimbingan
dan konseling juga merupakan bagaian integral dari upaya pendidikan, oleh sebab itu, tujuan bimbingan dan konseling
pada hakikatnya adalah untuk mencapai tujuan pendidikan.
Dari
kedua definisi tersebut maka penulis menyimpulkan bahwasannya pengertian
manajemen bimbingan dan konseling
merupakan suatu proses penerapan konsep manajemen yang meliputi; pleaning,
organizing, actualizing dan controling, ke dalam program pelaksanaan layanan
bimbingan dan konseling, agar pelaksanaan dan penerapan bimbingan konseling
dapat terarah dan mencapai tujuan yang efektif dan efesien.
B. Fungsi Manajemen Bimbingan dan Konseling
Terry (dalam Saidah) merumuskan
fungsi-fungsi manajerial sebagai berikut, antara lain: Planning
(perencanaan) yaitu menetapkan pekerjaan yang harus dilaksanakan oleh kelompok
untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Planning mencakup
kegiatan pengambilan keputusan,
karena termasuk pemilihan
alternatif-alternatif keputusan. Organizing (pengorganisasian) mencakup
membagi komponen-komponen kegiatan yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan dalam
kelompok-kelompok, membagi tugas kepada seorang manajer untuk mengadakan
pengelompokan, dan menetapkan wewenang di antara kelompok atau unit-unit
organisasi. Pengorganisasian melahirkan perananan kerja dalam struktur formal
dan dirancang untuk memungkinkan manusia bekerja sama secara efektif guna
mencapai tujuan bersama. Actuiting, atau disebut juga “gerakan aksi” mencakup
kegiatan yang dilakukan seorang manajer untuk mengawali dan melanjutkan
kegiatan yang ditetapkan. Staffing mencakup mendapatkan, menempatkan dan
mempertahankan anggota pada posisi
yang dibutuhkan oleh pekerjaan organisasi yang bersangkutan. Directing
merupakan pengarahan yang diberikan kepada bawahan sehingga mereka menjadi
pegawai yang berpengetahuan dan akan bekerja efektif menuju sasaran yang telah
ditetapkan. Controlling mencakup
kelanjutan tugas untuk
melihat apakah kegiatan-kegiatan
yang dilaksanakan sesuai dengan rencana.[5]
Manajemen
memiliki peran fungsi sebagai alat untuk menjadikan pelaksanaan program
bimbingan dan konseling lebih terarah, teratur, terorganisir dengan baik.
Sehingga bimbingan dan konseling mampu mencapai tujuan yang efektif dan
efesien.
C. Impelementasi Manajemen dalam Layanan Bimbingan
Konseling
Aktualisasi
pelaksanaan kegiatan bimbingan dan konseling perlu disadari bahwa berbeda
dengan guru bidang studi yang lain yang sudah terjadwal secara rinci dan jelas,
sedangkan pada konselor kegiatan dapat dilakukan di dalam kelas dan diluar
kelas, sehingga konselor dituntut mampu mengalokasikan kegiatan – kegiatan yang
ada di dalam kelas dan di luar kelas sehingga kegiatan berjalan dengan baik dan
dapat mencapai tujuan yang telah ditentukan. Selanjutnya semua kegiatan yang
telah dilaksankan dievaluasi secara komprehensif yang mencakup penilaian
personil, program dan penilaian dampak/hasil, baik dalam jangka pendek,
menengah maupun jangka panjang.
Manajemen
bimbingan dan konseling yang terarah dan sistematis merupakan manifestasi dan
akumulasi pelayanan bimbingan dan konseling sehingga merupakan salah satu
indikator kerja konselor. Selanjutnya dengan manajemen bimbingan dan konseling
yang sistematis dan terarah yang baik pada gilirannya akan memberikan panduan
pelaksanaan kegiatan bimbingan konseling sekaligus menghilangkan kesan bahwa
konselor bekerja sifatnya isedental dan bersifat kuratif semata – mata.
Sehubungan dengan konsep manajemen maka penerapan atau implementasi manajemen
bimbingan dan konseling merupakan salah satu manifestasi suatu kegiatan yang
sistematis tentang bagaimana merencanakan suatu aktifitas bimbingan dan
konseling, bagaimana menggerakkan sumber daya manusia yang ada dalam organisasi
bimbingan dan konseling untuk mencapai tujuan, mengawasi bagaimana kegiatan
bimbingan dan konseling berjalan dan menilai kegiatan bimbingan dan koseling.
1. Planning (Perencanaan)
Perencanaan
(planning) adalah pemilihan atau penetapan tujuantujuan organisasi, penentuan
strategi, kebijaksanaan, proyek, program, prosedur, metode,
sistem, anggaran dan
standar yang dibutuhkan
untuk mencapai tujuan.[6]Perencanaan (planning) dalam pelayanan
bimbingan dan konseling yaitu melalui program layanan. Program layanan
bimbingan dan konseling meliputi: program
tahunan, program semesteran, program bulanan, program mingguan dan
program harian. Program harian (program layanan dan program kegiatan pendukung) merupakan wujud
implementasi manajemen bimbingan dan konseling.
Tohirin
menjelaskan, secara umum program bimbingan dan konseling merupakan suatu rancangan atau rencana kegiatan yang akan
dilaksanakan dalam jangka waktu tertentu. Rancangan atau rencana kegiatan
tersebut disusun secara sistematis, terorganisasi, dan terkoordinasi dalam
jangka waktu tertentu.[7] Planning atau perencanaan adalah proses
penentuan tujuan atau sasaran yang hendak dicapai dan menetapkan jalan serta
sumber yang untuk mencapai tujuan itu seefektif mungkin dan seefesien mungkin.
Dalam perencanaan ini konselor sekolah rata – rata telah melakukan perencanaan
yang baik, yaitu dengan memperhatikan sebagai berikut:
· Analisis
kebutuhan/permasalahan siswa.
· Penentuan
tujuan yang ingin dicapai.
· Analisis
situasi dan kondisi sekolah.
· Penentuan
jenis kegiatan yang akan dilakukan.
· Penentuan
teknik dan strategi kegiatan.
· Penentuan
personil – personil yang akan melaksanakan.
· Perkiraan
biaya dan fasilitas yang digunakan.
· Mengantisipasi
kemungkinan hambatan dalam pelaksanaan kegiatan bimbingan dan
konseling.
· Waktu
dan tempat artinya kapan kegiatan itu akan dilaksanakan dan dimana kegiatan itu
akan dilakukan.
Perencanaan
yang dilakukan oleh konselor sekolah telah dilakukan dengan matang, hal
tersebut terbukti dengan banyaknya pertimbangan yang harus diperhatikan oleh
konselor untuk merencakan program bimbingan dan konseling. Perencanaan yang
telah matang ini bertujuan untuk menunjukkan eksistensi bahwa konselor itu
benar – benar bekerja sistematis dalam pembuatan program, bukan isidental.
Karena didapati banyak guru yang masih menganggap konselor itu sebagai guru
yang tidak memiliki perencanaan yang baik. Dengan adanya perencanaan yang baik
yang dilakukan konselor, maka kesan buruk itupun sedikit demi sedikit telah
mulai berkurang. Adapun bentuk layanan bimbingan dan konseling adalah
sebagai berikut:
a. Layanan Orientasi
Layanan
orientasi adalah layanan bimbingan yang dilakukan untuk memperkenalkan siswa
baru atau seseorang terhadap lingkungan yang baru dimasukinya[8].
Yang bertujuan untuk membantu individu agar mampu menyesuaikan diri terhadap
lingkungan atau situasi yang baru. Isi layanan orientasi adalah berbagi hal
berkenaan dengan suasana, lingkungan, dan objek-objek yang baru bagi individu.
Hal tersebut melingkupi bidang-bidang layanan bimbingan konseling
b. Layanan Informasi
Menurut
Winkel (1991) dalam Tohirin layanan informasi merupakan suatu layanan yang
berupa memenuhi kekurangan individu akan informasi yang mereka perlukan[9].
Layanan orientasi sangat perlu diselenggarakan karena tiga hal. Pertama, membekali
individu dengan pengetahuan tentang lingkungan yang diperlukan untuk memecahkan
masalah yang dihadapi berkenaan dengan lingkungan sekitar, pendidikan, jabatan,
maupun sosial budaya. Kedua, memungkinkan individu dapat menentukan ara
hidupnya. Ketiga, setiap individu adalah unik, keunikan itu akan
membawakan pola-pola pengambilan keputusan dan bertindak yang berbeda-beda
disesuaikan dengan aspek-aspek kepribadian masing-masing individu. Dengan
ketiga alasan itu, layanan informasi merupakan kebutuhan yang amat tinggi
tingkatannya.
c. Layanan Penempatan dan Penyaluran
Layanan
penempatan adalah usaha-usaha membantu siswa merencanakan masa depannya selama
masih seolah dan sesudah tamat, memilih program studi lanjutan sebagai
persiapan untuk kelak memangku jabatan tertentu. Yang bertujuan supaya siswa
bisa menempatkan diri dalam program studi akademik dan lingkup kegiatan
nonakademik yang menunjang perkembangannya serta semakin merealisasikan rencana
masa depan.
d. Layanan Pembelajaran
Layanan pembelajaran merupakan layanan yang memungkinan pesertadidik
mengembangkan sikap dan kebiasaan belajar yang baik dalam menguasai materi
belajar atau penguasaan kompetensi yang cocok dengan kecepatan dan kemampuan
dirinya serta berbagai aspek tujuan dan kegiatan belajar lainnya, dengan tujuan
agar peserta didik dapat mengembangkan sikap dan kebiasaan belajar yang baik.
Layanan pembelajaran berfungsi untuk pengembangan, menambah wawasan dan
pemahaman, serta mengarahkan penilaian dan sikap, dalam rangka memenuhi
kebutuhan dan mengatasi masalah-masalahnya.
e. Layanan Konseling Perorangan
Layanan konseling perorangan merupakan layanan yang memungkinan peserta didik mendapatkan layanan langsung
tatap muka (secara perorangan) dengan guru pembimbing untuk membahas dan mengentaskan permasalahan yang dihadapinya dan perkembangan dirinya.
Tujuan layanan konseling perorangan adalah agar peserta didik dapat mengentaskan
masalah yang dihadapinya, yang bertujuan agar klien memahami kondisi dirinya
sendiri, lingkungannya, permasalahan-permasalahan yang dialami, kekuatan dan
kelemahan dirinya sehingga klien mampu mengatasinya.
f. Layanan
Konseling Kelompok
Apabila konseling
perorangan menunjukan layanan kepada individu atau klien orang-perorangan, maka
bimbingan dan konseling kelompok mengarahkan layanan kepada sekelompok
individu. Dengan satu kali kegiatan, layanan kelompok itu memberikan manfaat
atau jasa kepada sejumlah orang . Layanan bimbingan kelompok merupakan layanan
yang memungkinan sejumlah peserta didik secara bersama-sama melalui dinamika
kelompok memperoleh bahan dan membahas pokok bahasan (topik) tertentu untuk
menunjang pemahaman dan pengembangan kemampuan sosial, baik sebagaiindividu
maupun sebagai pelajar, kegiatan belajar, karir/jabatan, serta untuk
pengambilan keputusan atau tindakan tertentu melalui dinamika kelompok. Yang
bertujuan untuk pengembangan kemampuan bersosialisasi, khususnya kemampuan
berkomunikasi peserta layanan.
Layanan konseling kelompok merupakan layanan yang memungkinan peserta didik
(masing-masing anggota kelompok) memperoleh kesempatan untuk pembahasan dan
pengentasan permasalahan pribadi melalui dinamika kelompok. Masalah yang
dibahas itu adalah maalah-masalah pribadi yang dialami oleh masing-masing
anggota kelompok, dengan konselor sebagai pemimpin dari kegiatan kelompok.
Layanan ini mengaktifkan dinamika kelompok untuk membahas berbagai hal yang
berguna bagi pengembangan pribadi dan pemecahan masalah individu yang menjadi
peserta layanan. Yang bertujuan untuk berkembangnya kemampuan bersosialisasi
dan komunikasi individu.
g. Layanan Konsultasi
Layanan Konsultasi merupakan layanan yang
membantu peserta didik dan pihak lain dalam memperoleh wawasan, pemahaman, dan cara-cara yang perlu
dilaksanakan dalam menangani kondisi dan atau masalah peserta didik. Pengertian
konsultasi dalam program BK adalah sebagai suatu proses penyediaan bantuan
teknis untuk konselor, orang tua, administrator dan konselor lainnya dalam
mengidentifikasi dan memperbaiki masalah yang membatasi efektivitas peserta
didik atau sekolah konseling atau psikoterapi sebab konsultasi tidak merupakan
layanan yang langsung ditujukan kepada klien, tetapi secara tidak langsung
melayani klien melalui bantuan yang diberikan orang lain. Layanan ini bertujuan
agar konsulti memiliki kemampuan diri yang berupa wawasan, pemahaman, dan
cara-cara bertindak yang terkait langung dengan suasana atau permasalahan pihak
ketiga. Pihak ketiga adalah orang yang mempunyai hubungan baik dengan konsulti,
sehingga permasalahan yang dialami oleh pihak ketiga setidak-tidaknya
sebahagian menjadi tanggung jawab konsulti[10].
h.
Layanan Mediasi
Istilah
mediasi terkait dengan istilah media yang berasal dari kata medium yang
berarti perantara. Dalam literatur Islam
istilah mediasi sama dengan wasilah yang juga berarti perantara[11].
Berdasarkan arti diatas, mediasi bisa dimaknai suatu kegiatan yang mengantarai
atau menjadi wasilah atau menghubungkan yang semula terpisah. Layanan mediasi merupakan layanan yang membantu peserta
didik menyelesaikan permasalahan ataupun perselisihan dan memperbaiki hubungan
antar peserta didik dengan konselor sebagai mediator. Layanan mediasi juga
berarti layanan atau bantuan terhadap dua pihak atau lebih yang sedang dalam
kondisi bermusuhan. Yang bertujuan agar tercapai kondisi hubungan yang positif
dan kondusif di antara para klien atau pihak-pihak yang bertikai atau
bermusuhan.
2. Organizing (Pengorganisasian)
Perencanaan
yang matang saja tidaklah cukup untuk membuat progaram bimbingan dan koseling.
Selanjutnya tahap yang harus dikerjakan oleh konselor adalah organizing atau
pengorganisasian, yaitu proses untuk merancang, mengelompokan, dan mengatur
serta membagi – bagi tugas atau pekerjaan diantara anggota organisasi bimbingan
dan konseling, agar tujuan dari organisasi bimbingan dan konseling dapat
dicapai dengan efisien.
Organizing
mencakup membagi komponen-komponen kegiatan
yang dibutuhkan untuk
mencapai tujuan ke dalam kelompok-kelompok; membagi ugas kepada
seorang manajer untuk
mengadakan pengelompokan; menetapkan wewenang di antara kelompok atau
unit-unit organisasi.[12]
Konselor
sekolah menentukan siapa saja pihak – pihak yang dilibatkan, sarana dan
prasarana apa saja yang dibutuhkan. Biasanya konselor sekolah
melibatkan semua stakeholder sekolah untuk membantu pembuatan dan pelaksanaan
program bimbingan dan konseling, yaitu dari penjaga sekolah/satpam, ibu kantin,
cleaning servis, guru mata pelajaran, wali kelas, wakil kepala sekolah, sampai
dengan kepala sekolah.
Adapun
sarana dan fasilitas yang diperlukan dalam mengimplementasi manajemen bimbingan
dan konseling meliputi ruang bimbingan dan konseling dan fasilitas lainnya.
Ruang bimbingan dan konseling meliputi ruang konseling perorangan, ruang
konseling kelompok, dan ruang Guru Bimbingan dan Konseling. Fasilitas bimbingan
dan konseling mencakup kursi konseling, lemari (file), majalah dinding,
kalender pendidikan, brosur, perangkat bimbingan dan konseling seperti program
bimbingan dan konseling, satuan layanan dan satuan kegiatan pendukung, dan lain
sebagainya.
Pengorganisasian
ini sendiri bertujuan untuk meningkatkan efektifitas dan efesiensi pelaksanaan
bimbingan dan konseling, meningkatkan pemahaman terhadap stakeholder dalam
pelaksanaan bimbingan dan konseling, membangun komunikasi dari berbagai petugas
bimbingan dan konseling sehingga terjadi persepsi yang sama, dan membangun dan
menetapkan akuntabilitas dalam layanan bimbingan dan konseling. Pengergonisasian
ini sering kali menemui banyak kendala, yaitu sebagai berikut:[13]
a. Kurangnya pengetahuan
mereka mengenai pentingnya bimbingan dan konseling.
b. Terjadinya
banyak kesalahpahaman mengenai bimbingan dan koneling disekolah.
c. Kurangnya
pengetahuan mereka mengenai peran konselor dan kedudukan bimbingan dan
konseling disekolah.
d. Masih
banyaknya pihak yang menganggap bahwa bimbingan dan konseling adalah tidak
penting.
e. Banyak
guru mata pelajaran yang menganggap guru BK/Konselor sekolah adalah guru yang
suka mengganggu pelajaran, karena sering memanggil siswa disaat jam pelajaran.
Banyaknya
kendala tersebut tidak menyurutkan semangat para konselor sekolah untuk
melakukan pengorganisasian. Mereka para konselor sekolah yang asalnya banar-benar dari jurusan bimbingan dan
konseling akan melakukan pendekatan-pendekatan
untuk membenahi kesalahpahaman yang terjadi. Tetapi jika dalam sekolah tersebut
konselor sekolahnya berasal bukan dari jurusan bimbingan dan konselinng, maka
mereka akan tetep membiarkan hal ini berlanjut. Hal tersebut dikarenakan, untuk
menjelaskan kesalahpahaman tersebut, dia tidak memiliki dasar yang kuat.
Untuk
mengatasi kendala-kendala
dalam pengorganisasian, konselor sekolah menjalin komunikasi yang baik dengan
stakeholder lainnya. Menjelaskan peran stakeholder dalam kaitannya pelaksanaan
pemberian layanan bimbingan dan konseling. Dengan komunikasi yang terjalin
dengan baik diantara stakeholder, maka kendala – kendala yang sebelumnya
terjadi akan sedikit demi sedikit teratasi. Dengan seperti itu, stakeholder
lainnya akan mengerti tugas dan peran mereka dalam membantu pelaksanaan layanan
bimbingan dan konseling. Manurut konselor sekolah yang panulis
ketemui, intinya dari pengorganisasian ini adalah harus membina hubungan komunikasi
yang baik diantara stakeholder, dengan seperti itu akan membuat tujuan yang
ingin dicapai dapat terpenuhi.
3. Actuiting (Pengarahan atau Penggerakan)
Actuiting
atau disebut juga “gerakan aksi” mencakup kegiatan yang dilakukan seorang
manajer untuk mengawali dan melanjutkan kegiatan yang ditetapkan dalam
perencanaan dan pengorganisasian agar
tujuantujuan tercapai.[14]
Actuating atau penggerakkan adalah fungsi fundamental dalam pelaksanaan
manajemen bimbingan dan konseling disekolah. Diakui bahwa usaha-usaha
perencanaan dan pengorganisasian bersifat sangat vital , tetapi tidak akan
terjadi output secara konkrit yang dihasilkan tanpa ditindak lanjuti kegiatan
untuk menggerakkan stakeholder sekolah untuk melakukan tindakan.
Pengarahan sangat diperlukan dalam
pelaksanaan pelayanan bimbingan dan konseling. Tohirin menjelaskan, pengarahan
dan kepemimpinan diperlukan agar aktivitas pelayanan bimbingan dan konseling
terarah pada pencapaian tujuan yang telah ditetapkan. Fungsi ini dilaksanakan
oleh kepala sekolah dan madrasah terutama apabila sekolah dan madrasah hanya
memiliki satu oranga guru BK.[15]
Implementasi
bimbingan dan konseling selanjutnya setelah dirancang program bimbingan dan
konseling adalah melaksanakan pelayanan bimbingan dan konseling. Pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling melibatkan
semua pihak yang
terkait, serta mempergunakan sarana dan fasilitas yang ada dan dibutuhkan. Guru BK sebagai pelaksana utama/tenaga inti
bimbingan dan konseling berkewajiban penuh melaksanakan pelayanan bimbingan dan
konseling kepada semua peserta didik di sekolah dan/atau madrasah. Sejalan
dengan itu, kepala sekolah dan madrasah tetap menjalankan fungsi pengarahan dan
kepemimpinan.
4. Controlling (Pengawasan)
Pengawasan
(controlling) adalah penemuan dan penerapan cara dan peralatan untuk menjamin
bahwa rencana telah dilaksanakan sesuai dengan yang telah ditetapkan.[16]
Controlling atau pengawasan adalah proses pengamatan dari seluruh kegiatan
bimbingan dan konseling guna menjamin bahwa semua layanan yang sedang dilakukan
sesuai dengan rencana yang telah ditentukan sebelumnya.
Controlling
dalam bimbingan dan konseling yaitu bagaimana mengawasi, mensupervisi dan
menilai aktivitas layanan bimbingan dan konseling apakah bimbingan dan
konseling sesuai dengan program yang telah direncanakan. Pengawasan dalam
bimbingan dan konseling dilakukan pengawas yang berasal dari Dinas Pendidikan
dimasing – masing kabupaten serta kepala sekolah. Pengawasan ini dalam
kenyataannya hanya digunakan sebagai formalitas saja. Pengawasan yang dari
Dinas Pendidikan hanya terjadi sekali dalam satu semester. Itupun yang
diperiksa hanya administrasi saja. Bukan mengawasi dari pelaksanaannya. Hal
tersebut menyebabkan banyak konselor sekolah sibuk melakukan administrasi,
tetapi tidak melakukan layanan. Karena mereka kebanyakan hanya dituntut dengan
administrasi dan administrasi. Tetapi ada juga konselor sekolah yang benar –
benar selalu melakukan layanan, tetapi malah melupakan administrasi. Hal
tersebut dalam saat penilaian juga akan menyulitkan.
Sedangkan penilaian
atau pengawasan yang dilakukan oleh kepala sekolah hanya terbatas dari
pengamatan saja. Kepala sekolah mengamati apakah bimbingan dan konseling
disekolah berjalan dengan baik atau tidak, bagaimana tanggapan siswa mengenai kegiatan
yang dilakukan oleh guru bimbingan dan konseling dan bagaimana tanggapan guru
mengenai pelaksanaan yang dilakukan oleh guru bimbingan dan konseling. Jadi
dalam melakukan pengawasan ini, kepala sekolah tidak melihat administrasi.
Kepala sekolah hanya bisa pengamati yang bisa dilihat saja. Hal tersebut
dikarenakan banyak administrasi dalam bimbingan dan konseling sehingga tidak
memungkinkan untuk melihat secara keseluruhan, disamping itu juga kurangnya
pengetahuan kepala sekolah mengenai peran dan tugas konselor
sekolah.Jadi dalam pelaksanaan controling ini, kebanyakan tidak dilakukan
dengan secara maksimal. Pelaksanaan hanya dilakukan untuk formalitas saja.
Pengawasan
(controlling) penting dalam pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling agar tidak terjadi penyimpangan-penyimpangan
dalam pelaksanaannya. Implementasi program
dalam bentuk aktivitas layanan bimbingan dan konseling perlu pengawasan
dan penilaian agar tidak terjadi penyimpangan-penyimpangan
dan hasilnya dapat diketahui.[17]
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Manajemen
bimbingan dan konseling
merupakan suatu proses penerapan konsep manajemen yang meliputi; pleaning,
organizing, actualizing dan controling, ke dalam program pelaksanaan layanan
bimbingan dan konseling, agar pelaksanaan dan penerapan bimbingan konseling
dapat terarah dan mencapai tujuan yang efektif dan efesien.
Implementasi
manajemen pelayanan bimbingan dan konseling yaitu melalui program layanan.
Program layanan bimbingan dan konseling meliputi: program tahunan, program semesteran, program bulanan,
program mingguan dan program harian. Program harian (program layanan dan program kegiatan pendukung) merupakan wujud
implementasi manajemen bimbingan dan konseling.
B. Saran
Manajemen
dalam bimbingan konseling memiliki peran penting dalam mewujudkan kesuksesan
pelaksanaan bimbingan konseling. Maka direkomendasikan bagi para mahasiswa
bimbingan dan konseling untuk mengkaji dan memahami lebih luas lagi mengenai
manajemen bimbingan konseling.
DAFTAR PUSTAKA
Erman ,Amti Prayitno, Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling, Jakarta:
PT Rineka Cipta, 2004.
Handoko,T. Hani Manajemen, Edisi 2, Yogyakarta:
BPFE Yogyakarta, 2003.
M. Arifin, Pokok-Pokok Pikiran tentang Bimbingan
dan penyuluhan Agama, Jakarta: Bulan Bintang, 1976.
Munir Amin,
Samsul, Bimbingan dan Konseling Islam, Jakarta: Amzah, 2010.
Sagala, Saiful Manajemen Strategik dalam
Peningkatan Mutu Pendidikan, Bandung: Alfabeta, 2007.
Tohirin, Bimbingan dan
Konseling di Sekolah dan Madrasah Berbasis Integrasi, Jakarta: Rajawali
Pers, 2011.
http://Muteung-kyoto.blogspot.com/2015/03/pengorganisasian-dan-dukungan-bimbingan.html
[1] Saiful Sagala, Manajemen
Strategik dalam Peningkatan Mutu Pendidikan, (Bandung: Alfabeta, 2007),
hlm. 50.
[2] T. Hani Handoko, Manajemen,
Edisi 2, (Yogyakarta: BPFE Yogyakarta, 2003), hlm. 23.
[3] M. Arifin, Pokok-Pokok
Pikiran tentang Bimbingan dan penyuluhan Agama, (Jakarta: Bulan Bintang,
1976), hlm. 18.
[4] Samsul Munir Amin, Bimbingan
dan Konseling Islam, (Jakarta: Amzah, 2010 ), hlm. 38.
[5] Saidah, Implementasi
Manajemen Layanan Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah, (https://www.google.co.id/search?q=terri+implementasi+manajemen+layanan+konseling+pdf&oq=terri+implementasi+manajemen+layanan+konseling+pdf&aqs=chrome..69i57.20646j0j9&sourceid=chrome&ie=UTF-8 PDF diakses
pada 23 Maret 2017), hlm. 4.
[6] T. Hani Handoko, Op.cit.,
hlm. 23.
[7] Tohirin, Bimbingan
dan Konseling di Sekolah dan Madrasah Berbasis Integrasi, (Jakarta:
Rajawali Pers, 2011), hlm. 259.
[8] Prayitno, Erman Amti, Dasar-dasar
Bimbingan dan Konseling, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2004), hlm. 255)
[9]Tohirin, op.cit.,
147.
[10] Tohirin, op.cit., hlm. 188.
[11] Ibid., hlm. 195.
[13] http://Muteung-kyoto.blogspot.com/2015/03/pengorganisasian-dan-dukungan-bimbingan.html
(Diakses Pada 23 Maret 2017)
[15] Tohirin, Op.cit., hlm. 275.
[16] T. Hani Handoko, Op.cit.,
hlm. 25.
[17] Tohirin, Op.cit., hlm. 277.
1 komentar:
Makalah anda cukup membantu. thanks, kalau mau informasi tentang Jogja cek disini ya http://www.jogjadestination.com/
Posting Komentar