Ads block
Sejarah Peradaban Islam di Asia Tenggara
PERADABAN ISLAM DI ASIA TENGGARA Disusun Oleh M khuzaifah …
Baca selengkapnya »
SEARCH
LATEST
3-latest-65px
SECCIONS
- Artikel (2)
- dinasti syafawi (1)
- makalah (21)
- Makalah Model Bimbingan dan Konseling (1)
- Novel (2)
- Puisi Kesedihan (2)
- slide (5)
About us
Total Pageviews
Sejarah Peradaban Islam di Asia Tenggara
PERADABAN ISLAM DI ASIA TENGGARA
Disusun
Oleh
M khuzaifah
Semester/Unit :
1/2
Jurusan/Prodi :
Dakwah/BKI
Dosen Pembimbing : Yusmami, MA
SEKOLAH
TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)
ZAWIYAH
COTKALA LANGSA
2014
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Umat islam merupakan mayoritas penduduk Asia Tenggara, khususnya di
negara Indonesia, Malaysia, Thailand selatan, dan Brunei. Proses konversi massal
masyarakat dunia melayu ke dalam islam berlangsung secara damai. Konversi ke dalam Islam merupakan proses panjang, yang masih terus
berlangsung sampai sekarang. Di Asia Tenggara, Islam merupakan kekuatan sosial
yang patut diperhitungkan, karena hampir seluruh negara yang yang ada di Asia
Tenggara penduduknya baik mayoritas ataupun minoritas memeluk agama Islam.
Misalnya Islam menjadi agama resmi Negara Federasi Malaysia, kerajaan Brunei
Darussalam, negara Indonesia (penduduknya mayoritas atau sekitar 90% beragama
Islam), Burma (sebagian kecil penduduknya beragama Islam) dan seperti
negara-negara Asia Tenggara lainnya.
Asia tenggara dianggap sebagai wilayah yang paling banyak pemeluk agama
Islam. Termasuk wilayah ini adalah pulau-pulau yang terletak di sebelah timur
India sampai lautan Cina dan mencangkup Indonesia, Malaysia, dan Filipina.
Sejarah masuknya islam di asia tenggara sampai saat ini merupakan polemik panjang yang menimbulkan pro dan kontra antara sejarawan agamawan, arkeolog dan intelektual. Namun yang
menjadi referensi umum masuknya islam di Asia tenggara adalah melalui proses
perdagangan internasional yang berpusat diselat malaka melalui para pedagang muslim Persia dan
Arab.
Namun proses masuknya islam di negara-negara bagian Asia Tenggara tidak
sepenuhnya sama. Semuanya memiliki karakteristik masing-masing budaya yang sama
sekali berbeda. Ada juga Negara yang sudah menggunakan tradisi islam ala Persia
dan Islam ala Arab. Oleh karena itu muncullah beberapa hal yang
melatarbelakangi proses berkembangnya Islam di Asia Tenggara yang sangat
penting untuk ita ketahui. Islam berkembang di Asia Tenggara melalui beberapa
proses saluran, diantaranya saluran perdagangan, perkawinan, tasawuf,
pendidikan, seni, dan politik.
B.
Rumusan Masalah
Sesuai dengan latar belakang yang telah dikemukakan, dapat
dirumuskan beberapa permasalahan, diantaranya ialah :
1.
Kapan
mulai masuk dan berkembangnya agama Islam di Asia Tenggara?
2.
Bagaimana
proses masuk dan berkembangnya agama Islam di Asia Tenggara?
3.
Bagaimana
pengaruh islam di asia tenggara?
4.
Negara
apa saja yang mempunyai peradaban Islam di Asia Tenggara?
C.
Tujuan
Adapun tujuan yang diharapkan dari penulisan makalah ini adalah :
1.
Mengetahui
teori tentang kedatangan Islam di Asia Tenggara, berbagai saluran yang
digunakan dalam penyebaran Islam, dan pengaruh Islam dalam kebudayaan.
2.
Mengetahui
proses berkembangnya agama Islam di Asia Tenggara.
3.
Mengetahui
pengaruh Islam di Asia Tenggara.
4.
Mengetahui
negara-negara Islam di Asia Tenggara.
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Penyebaran
Islam di Asia Tenggara
Sejak abad
pertama, kawasan laut Asia Tenggara, khususnya Selat Malaka sudah mempunyai
kedudukan yang sangat penting dalam kegiatan pelayaran dan perdagangan
internasional yang dapat menghubungkan negeri-negeri di Asia Timur Jauh, Asia
Tenggara dan Asia Barat. Perkembangan pelayaran dan perdagangan internasional
yang terbentang jauh dari Teluk Persia sampai China melalui Selat Malaka itu
kelihatan sejalan pula dengan muncul dan berkembangnya kekuasaan besar, yaitu
China dibawah Dinasti Tang (618-907), kerajaan Sriwijaya (abad ke-7-14), dan
Dinasti Umayyah (660-749).
Mulai abad
ke-7 dan ke-8 (abad ke-1 dan ke-2 H), orang Muslim Persia dan Arab sudah turut
serta dalam kegiatan pelayaran dan perdagangan sampai ke negeri China. Pada masa pemerintahan Tai Tsung (627-650) kaisar ke-2 dari Dinasti Tang,
telah dating empat orang Muslim dari jazirah Arabia. Yang pertama,
bertempat di Canton (Guangzhou), yang kedua menetap dikota Chow, yang ketiga
dan keempat bermukim di Coang Chow. Orang Muslim pertama, Sa’ad bin
Abi Waqqas, adalah seorang muballigh dan sahabat Nabi Muhammad SAW dalam
sejarah Islam di China. Ia bukan saja mendirikan masjid di Canto, yang disebut
masjid Wa-Zhin-Zi (masjid kenangan atas nabi).
B.
Proses Masuk
dan Berkembangnya Islam di Asia Tenggara
Masuknya
agama Islam kedalam negri Melayu ini nampaknya mempunyai keistimewaan sendiri,
yaitu dengan jalan damai dan berangsur. Jarang sekali dngan kekerasan dan
diterima dengan sukarela oleh penduduk meskipun tidak dengan sekaligus.
Islam masuk
ke Asia Tenggara disebarluaskan melalui kegiatan kaum pedagang dan para sufi.
Hal ini berbeda dengan daerah Islam di Dunia lainnya yang disebarluaskan
melalui
penaklulan Arab dan Turki. Islam masuk di Asia Tenggara dengan jalan damai,
terbuka dan tanpa pemaksaan sehingga Islam sangat mudah diterima masyarakat
Asia Tenggara.
Mengenai
kedatangan Islam di negara-negara yang ada di Asia Tenggara hampir semuanya
didahului oleh interaksi antara masyarakat di wilayah kepulauan dengan para
pedagang Arab, India, Bengal, Cina, Gujarat, Iran, Yaman dan Arabia Selatan.
Pada abad ke-5 sebelum Masehi Kepulauan Melayu telah menjadi tempat
persinggahan para pedagang yang berlayar ke Cina dan mereka telah menjalin
hubungan dengan masyarakat sekitar Pesisir. Kondisi semacam inilah yang
dimanfaatkan para pedagang Muslim yang singgah untuk menyebarkan Islam pada
warga sekitar pesisir.
Penetrasi
Islam di Asia Tenggara dibagi ke dalam tiga tahap, yaitu:
· Tahap pertama dimulai dengan
kedatangan Islam yang kemudian diikuti dengan kemerosotandan akhirnya
keruntuhan Kerajaan Majapahit pada sekitar abad 14-15.
· Tahap ke dua adalah sejak datangnya
dan kemudian mapannya kekuasaan kolonialisme Barat sampai awal abad ke 19.
· Tahap ketiga adalah pada permulaan
abad 20 terjadi “liberalisasi” sebagai kebijakan pemerintah kolonial.
Proses Islamisasi dan intensifikasi
ke-Islaman banyak dipengaruhi oleh situasi dan faktor-faktor local yang menyebabkan
timbulnya perbedaan-perbedaan dalam tingkat penetrasi Islam di kawasan Asia
Tenggara yang berakibat perbedaan pandangan, penghaytan, dan pengamalan Islam
oleh penganutnya. Islamisasi dan intensifikasi merupakan proses konversi kepada
Islam dan peningkatan kesadaran serta upaya untuk memahami dan mengamalkan
Islam sesuai dengan doktrin-doktrin yang sebenarnya, yang bersih dari bid’ah
dan percampuran dengan unsure-unsur non Islam lainnya. Proses ini disebut
sebagai kembali kepada Al-Quran dan Hadits.
Pembentukan kebudayaan dan tatanan
politik Islam di dunia dapat berkembang karena adanya tasawwuf. Proses
internasionalisasi Islam tasawwuf tidaklah berjalan sendiri, karena diperlukan
adanya keterikatan tasawwuf kepada shari’ah secara sufistik.
1.
Teori Masuknya
Islam ke Asia Tenggara
Ada beberapa
teori tentang masuknya Islam ke kawasan Asia Tenggara, seperti Teori kedatangan Islam ke Asia Tenggara dari
Arab, cina dan india.
a.
Teori kedatangan Islam ke Asia
Tenggara dari Arab
Dikemukakan
oleh John Crawford. Menurutnya Islam datang dari Arab melalui pedagang. Buktinya catatan China mengatakan orang Arab
dan Persia telah mempunyai pusat perniagaan di Canton sejak tahun 300 M.
Pedagang Arab yang ke China singgah di pelabuhan Asia Tenggara tepatnya di
Selat Malaka karena posisinya yang strategis, dalam jalur perdagangan. Kemudian
Pedagang Arab ini tinggal beberapa bulan di Asia Tenggara dan ada yang menetap
serta membina perkampungan Arab. Perkampungan ini juga menjadi tempat untuk
berdagang. Ada juga pedagang Arab yang Menikah dengan wanita tempatan dan
menyebarkan Islam. Karena sebagian besar pedagang menggunakan jalur laut
sebagai sarana transportasi maka pada Masa menunggu angin muson/musim digunakan
oleh pedagang Arab untuk mengembangkan Islam.
Adapun beberapa
bukti dari teori ini yaitu :
· Kampung Arab di Sumatera Utara yaitu di Ta Shih.
· Persamaan
penulisan dan kesusasteraan Asia Tenggara dan Arab.
· Budaya dan
musik pengaruh dari arab seperti dabus dan tarian Zapin.
· Karya-karya
yang menceritakan pengislaman raja
tempatan oleh syeikh dari Tanah Arab contohnya hikayat Raja-raja samudra Pasai
mengatakan Raja Malik diislamkan oleh ahli sufi dari Arab yaitu Syeikh Ismail.
b. Teori
kedatangan Islam ke Asia Tenggara dari Cina
Dikemukakan
oleh E.G Eredia dan S.Q. Fatimi. Menurut Eredia, Canton pernah menjadi pusat
Perdagangan bagi para pedagang Arab hingga pedagang Cina memeluk Islam.Pedagang
China Islam ini kemudiannya berdagang di Asia tenggara disamping menyebarkan
Islam. Sedangkan menurut Fatimi, pedagang Cina Canton pernah berpindah
beramai-ramai ke Asia Tenggara.
Adapun Bukti
kedatangan Islam dari China ini yaitu :
· Pada Batu
Bersurat Terengganu, batu nisan yang mempunyai ayat al-Quran di Pekan, Pahang.
· Wujud
persamaan antara seni Bangunan Cina dengan seni Bangunan masjid di Kelantan,
Melaka dan Jawa yaitu seperti bumbung
pagoda, ciri khas atap genteng dari China.
c. Teori
kedatangan Islam ke Asia Tenggara dari India/Gujarat
Dikemukakan
oleh S.Hurgronje, Menurutnya Islam datang dari Gujarat/India dan pantai
Koromandel di semenanjung India. Hubungan dagang Asia Tenggara dengan India
telah terwujud sejak lama, hal ini memberikan peluang bagi pedagang Islam India
untuk menyebarkan Islam.
Adapun
beberapa bukti dari teori ini yaitu :
· Terdapat
batu marmar pada batu nisan mempunyai cirri buatan India, contohnya di batu nisan Raja Malik Pasai.
· Unsur budaya
India amat banyak kita jumpai di Negara-negara Asia Tenggara
2.
Saluran dan Cara-cara Islamisasi
Islam di Asia Tenggara
Kedatangan Islam dan penyebarannya
kepada golongan bangsawan dan rakyat umumnya dilakukan secara damai[1].
Apabila situasi politik suatu kerajaan mengalami kekacauan dan kelemahan
disebabkan perebutan kekuasaan di kalangan keluarga istana, maka islam
dijadikan alat politik bagi golongan bangsawan atau pihak-pihak yang
menghendaki kekuasaan itu. Mereka berhubungan dengan pedagang-pedagang Muslim
yang posisi ekonominya kuat karena menguasai pelayaran dan perdagangan.
Menurut Uka Tjandrasasmita,
saluran-saluran islamisasi yang berkembang ada enam[2],
yaitu :
a. Saluran Perdagangan
Pada taraf permulaan, proses masuknya Islam adalah melalui perdagangan.
Kesibukan lalu lintas perdagangan pada abad ke-7 hingga ke-16 membuat
pedagangpedagang Muslim (Arab, Persia
dan India) turut ambil bagiandalam perdagangan dari negeri-negeri bagian Barat,
Tenggara dan Timur Benua Asia. Saluran Islamisasi melaui perdagangan ini sangat
menguntungkan karena para raja dan bangsawan turut serta dalam kegiatan
perdagangan, bahkan mereka menjadi
pemilik kapal dan saham. Mereka berhasil mendirikan masjid dan mendatangkan
mullah-mullah dari luar sehingga jumlah
mereka menjadi banyak, dan karenanya anak-anak Muslim itu menjadi orang Jawa dan
kaya-kaya. Di beberapa tempat penguasa-penguasa Jawa yang menjabat sebagai Bupati
Majapahit yang ditempatka di
pesisi Utara Jawa banyak yang
masuk Islam, bukan karena hanya faktor politik dalam negeri yang sedang goyah,
tetapi karena faktor hubungan ekonomi drengan pedagang-rpedrarrgarng Muslim.
Perkembangan selanjutnya mereka kemudian mengambil alih perdagangan dan
kekuasaan di tempat-tempat tinggalnya[3].
b. Saluran Perkawinan
Dari sudut ekonomi, para pedagang
Muslim memiliki status sosial yang lebih baik daripada kebanyakan
pribumi, sehingga penduduk pribumi terutama puteri-puteri bangsawan,
tertarik untuk menjadi isteri saudagar-saudagar itu. Sebelum dikawinkan mereka
diislamkan terlebih dahulu. Setelah
mereka mempunyai keturunan, lingkungan mereka makin luas, akhirnya
timbul kampung-kampung, daerah-daerah dan kerajaan Muslim. Dalam
perkembangan berikutnya, ada pula wanita Muslim yang dikawini oleh keturunan
bangsawan, tentu saja setelah mereka masuk Islam terlebih dahulu. Jalur
perkawinan ini jauh lebih menguntungkan apabila antara saudagar Muslim
dengan anak bangsawan atau anak
raja dan anak adipati, karena raja dan adipati atau bangsawan itu
kemudian turut mempercepat proses Islamisasi. Demikianlah yang terjadi
antara Raden Rahmat atau sunan Ampel dengan Nyai Manila, Sunan Gunung
Jati dengan puteri Kawunganten, Brawijaya dengan puteri Campa yang mempunyai keturunan Raden Patah (Raja pertama Demak)
dan lain-lain.
c. Saluran Tasawuf
Tasawuf merupakan salah
satu saluran yang
penting dalam proses Islamisasi. Tasawuf termasuk kategori
yang berfungsi dan membentuk kehidupan sosial bangsa Indonesia yang meninggalkan bukti-buktimyang
jelas pada tulisantulisan antara abad
ke-13 dan ke-18. Hal itu
bertalian langsung dengan penyebaran Islam di
Indonesia. Dalam hal ini
para ahli tasawuf hidup dalam kesederhanaan, mereka selalu berusaha menghayati
kehidupan masyarakatnya dan hidup bersama di tengah-tengah masyarakatnya. Para ahli tasawuf biasanya memiliki keahlian untuk menyembuhkan
penyakit dan lain-lain. Jalur tasawuf, yaitu proses islamisasi dengan
mengajarknan teosofi dengan mengakomodir nilai-nilai budaya bahkan ajaran agama
yang ada yaitu agama Hindu ke dalam ajaran Islam, dengan tentu saja terlebih
dahulu dikodifikasikan dengan
nilai-nilai Islam sehingga mudah
dimengerti dan diterima[4].
d. Saluran Pendidikan
Islamisasi juga dilakukan melalui
pendidikan, baik pesantren maupun pondok yang diselenggarakan oleh guru-guru
agama, kiai-kiai dan ulama. Di pesantren atau pondok itu, calon ulama, guru
agama dan kiai mendapat pendidikan agama. Setelah keluar
adari pesantren, mereka
pulang ke kampung masing-masing atau berdakwak ketempat
tertentu mengajarkan Islam. Misalnya, pesantren yang didirikan oleh
Raden rahmat di Ampel Denta Surabaya, dan Sunan Giri di Giri. Kleuaran
pesantrenini banyak yang diundang ke Maluku untukmengajarkan Agama Islam[5].
e. Saluran kesenian
Saluran Islamisasi
melalui seni seperti
seni bangunan, seni
pahat atau ukir, seni tari, musik dan seni sastra.
Misalnya pada seni bangunan ini telihat pada masjid kuno Demak, Sendang Duwur
Agung Kasepuhan di Cirebon, masjid Agung Banten, Baiturrahman di Aceh, Ternate
dan sebagainya.[6]
Contoh lain dalam
seni adalah dengan pertunjukan
wayang, yang digemari oleh masyarakat. Melalui cerita-cerita wayang itu
disisipkan ajaran agama Islam. Seni gamelan juga dapat mengundang masyarakat
untuk melihat pertunjukan tersebut. Selanjutnya
diadakan dakwah keagamaan Islam. Kesenian-kesenian
lainnya juga dijadikan alat Islamisasi, seperti sastra (hikayat, babad dan
sebagainya), seni bangunan dan seni ukir.
f.
Saluran Politik
Pengaruh kekuasan raja sangat
berperan besar dalam proses Islamisasi. Ketika seorang raja memeluk agama
Islam, maka rakyat juga akan mengikuti
jejak rajanya. Rakyat memiliki kepatuhan yang sangat tinggi dan raja sebagai
panutan bahkan menjadi tauladan bagi rakyatnya. Misalnya di Sulawesi Selatan
dan Maluku, kebanyakan rakyatnya masuk Islam
setelah rajanya memeluk agama Islam terlebih dahulu. Pengaruh politik
raja sangat membantu tersebarnya Islam di daerah ini. Seperti
halnya di Maluku dan Sulawesi selatan, kebanyakan rakyat masuk Islam setelah
rajanya memeluk Islam terlebih dahulu. Pengaruh politik raja sangat membantu
tersebarnya Islam di daerah ini. Di samping itu, baik di Sumatera dan Jawa
maupun di Indonesia Bagian Timur, demi kepentingan politik, kerajaan-kerajaan
Islam memerangi kerajaan-kerajaan non Islam. Kemenangan kerajaan Islam secara
politis banyak menarik penduduk kerajaan bukan Islam itu masuk Islam[7].
C. Pengaruh Islam di Asia Tenggara
1.
Pemerintahan dan
pentadbiran
·
Sultan menjadi ketua
negara, mufti menjadi penasihat sultan. Wujud juga pegawai seperti kadi,
khatib, bilal.
·
Gelaran sultan meletakkan
raja setaraf dengan kerajaan Islam yang lain.
·
Dalam Hukum Kanun Melaka –
raja digelar Khalifatul Mukminin (pemimpim orang mukmin), perkataan ini
tercatat dalam wang syiling kerajaan melayu.
·
Gelaran Zillulah fil’Alam
(bayangan Allah di dalam alam) turut digunakan oleh raja Melaka.
·
Islam menjadi agama rasmi –
kerajaan Melaka, Aceh.
·
Contoh sultan yang
berpegang teguh kepada Islam – Sultan Malik (Samudera Pasai), Sultan Iskandar
Thani (Acheh).
·
Nama nama Islam digunakan
seperti Acheh Darus Salam (negeri), Sultan Mahmud Syah beerti sultan terpuji.
·
Undang – undang syariah
yang diperkenalkan seperti kes jenayah, harta pusaka. Ia termaktub dalam Hukum
Kanun Melaka di Melaka dan Kanun Mahkota Alam di Belanda.
·
Semangat jihad menentang
penjajah telah diterapkan – contohnya di Acheh menetang Portugis, di Jawa
menentang Portugis dan Belanda.
2.
Sistem
pendidikan
·
Sebelum Islam pendidikan
hanya untuk bangsawan.
·
Dalam Islam pendidikan
wajib kepada semua orang Islam.
·
Kesannya wujud institusi
formal seperti pondok, istana, pesantren, madrasah dan surau.
·
Pusat pendidikan terawal di
Perlak disebut dayah atau pondik, contohnya Dayah Bukit Ce Breek, Perlak.
·
Samudera-Pasai menjadi
pusat penterjemahan karya agama.
·
Di Acheh – sistem
pendidikan lebih sistematik, terdapat peringkat rendah (rangkang), menengah
(muenasah) dan tinggi atau univesiti (Jamiah Bait al-Rahman). Pelajarnya
meliputi pelajar luar Acheh. Di Acheh wanita digalakkan belajar di dayah dan
memegang jawatan pentadbiran.
3.
Bahasa dan kesusteraan
·
Tulisan jawi berasal
darpadatulisan Arab (al-Quran) yang diubahsuai dengan perkataan Melayu.
·
Tulisan ini menjadi tulisan
rasmi menggantikan tulisan Palava Dewanagari (tulisan zaman Hindu Buddha).
·
Istilah Arab digunakan
dalam tulisan jawi bahasa Melayu seperti sultan, syuur, masjid, alam.
·
Bahasa Melayu menjadi
bahasa ilmu – seperti cerita panji, sastera pengaruh Arab, sastera seperti
syair, guridam.
4.
Cara hidup
·
Sebelum Islam – cara hidup
Anismisme, Hindu dan Buddha.
·
Kedatangan Islam maka cara
hidup Islam diasimilasikan seperti bertudung dan bersongkok.
·
Islam dijadikan ‘ad – din ‘
iaitu cara hidup lengkap dan menyeluruh.
·
Kedatangan Islam turut
mengubah sistem sosial seperti konsep persaudaraan, persamaan, tolong –
menolong dan gotong – royong.
5.
Kesenian
·
Kesenian Islam contohnya
seni khat, seni bina, seni ukir.
·
Seni khat ada pada batu
nisan ( tulisan ayat al – Quran ), ukiran kayu, bilah mata keris, batu bersurat
( Terengganu ).
·
Makam di Pasai mempunyai
pengaruh Parsi ( syair Parsi ).
·
Terdapat juga seni khat yang bertatahkan emas,
perak.
·
Unsur seni kaligrafi turut mengambil contoh
huruf Arab, ayat al – Quran dan tulisan jawi.
·
Pengaruh seni bina Islam
boleh juga dilihat pada bentuk masjid, kubah, mimbar, mihrab dan menara azan
seperti masjid Ubaidiyah Kuala Kangsar.
6.
Ekonomi
·
Baitulmal diperkenalkan di Acheh
oleh Sultan Iskandar Muda yang berfungsi sebagai perbendaharaan negara (hasilnya
diperoleh daripada zakat dan sedekah).
·
Islam menggalakkan umatnya
mencari rezeki halal dan melarang mengemis.
·
Berdagang ekonomi yang
halal digalakkan.
·
Perkara dilarang seperti
riba, penindasan.
D. Kerajaan Islam di Asia Tenggara
1.
Kerajaan Samudra
Pasai
Agama Islam
yang semakin berkembang, mampu mendirikan kerajaan Islam di Samudera pasai pada tahun 1292 M dibawah seorang raja
Al-Malikus Saleh. Bukti adanya kerajaan ini ialah ditemukannya makam-makam
Raja-raja Samudra Pasai di dekat sebuah kampung yang terletak di tepi sebuah
sungai yang bernama Pase, yang bermuara ke teluk Lho’ Seumawe. Makam-makam tersebut
di nisannya berukirkan tulisan Arab huruf Riq’ah, yang tertua diantaranya ialah
bertarikh Hijrah 629, bersetuju dengan tahun 1292 Masehi[8].
Jelaslah tertulis nama raja pertama itu, yaitu Al-Malikus Saleh.
Kerajaan
Islam Samudera Pasai ada pengaruh dari kekerajaan Mamalik di Mesir. Persamaan
nama dan gelar yang dipakai tidak jauh berbeda dengan gelar yang dipakai di Masir. Gelar Al-Malikus
Saleh adalah gelar yang dipakai oleh pembangun Kerajaan Mamalik yang pertama
di Mesir yaitu ‘Al-Malikus Saleh Ayub.
Kerajaan
Pasai mengalami perkembangan pesat
dimasa pemerintahan Al-Malikuz Zahir II tahun 1326-1348 M. Al-Malikuz Zahir
mendalami ilmu agama. Ia banyak melakukan kegiatan-kegiatan untuk memajukan
agama. Keterangan yang diberikan Ibnu Batutah[9]
dalam kisah perjalanannya tentang Sultan Al-Malikuz Zahir itu sangatlah penting
didalam menyusun sejarah. Ibnu Batutah menceritakan bahwasannya sultan itu
sangatlah teguh memegang agama dan baginda bermazhab Syafi’i. Selain itu sultan
pun rupanya mempunyai armada kapal dagang yang bersar.
2.
Kerajaan
Malaka (803-917 H/1400-1511M)
Malaka
dikenal sebagai pintu gerbang Nusantara. Sebutan ini diberikan mengingat
peranannya sebagai jalan lalulintas bagi pedagang-pedagang asing yang berhak
masuk dan keluar pelabuahan-pelabuhan Indonesia. Letak geografis Malaka sangat
menguntungkan, yang menjadi jalan silang antara AsiaTimur dan asia Barat.
Dengan letak geografis yang demikian
membuat Malaka menjadi kerajaan yang berpengaruh atas daerahnya[10].
Awalnya
wilayah ini diperintah oleh para pemimpin-pemimpin hindu, hingga akhirnya
Pangeran Iskandar Syah memeluk Islam, lalu diikuti oleh rakyatnya. Setelah itu
Malaka menjadi pusat dakwah Islam, disamping juga sebagai pusat perdagangan
penting. Iskandar Syah wafat pada tahun 828 H/1424 M[11].
Malaka
kemudian berkembang menjadi kekaisaran yang memiliki wilayah yang luas,
mencangkup semenanjung Melayu seluruhnya dan sebagian besar sumatera. Bendera
islam juga dibawa keluar Malaka, lalu tersebar di kepulauan-kepulauan Asia
Selatan dan Timur. Kesultanan Malaka mempunyai pengaruh di daerah Sumatera dan
sekitarnya, dengan mempengaruhi daerah-daerah tersebut untuk masuk Islam
seperti: Rokan Kampar, India Giri dan Siak. Kesultanan Malak ajuga merupakan
pusat perdagangan.
Kerajaan
Malaka menjalin hubungan baik dengan Jawa, mengingat bahwa Malaka memerlukan
bahan-bahan pangan dari Jawa. Di mana hal ini untuk memenuhi kebutuhan kerajaannya sendiri. Persediaan dalam bidang
pangan dan rempah-rempah harus selalu cukup
untuk melayani semua pedagang-pedagang. Begitu pula pedangan-pedagang
Jawa juga membawa rempah-rempah dari Maluku ke Malaka. Selain
dengan Jawa, Malaka juga menjalin
hubungan dengan Pasai. Pedagang-pedangan Pasai membawa lada ke pasaran Malaka. Dengan kedatangan pedagang Jawa dan
Pasai, maka perdagangan di Malaka menjadi
ramai dan lebih berarti bagi para pedagang Cina. Selain dalam bidang
ekonomi, Malaka juga maju dalam bidang
keagamaan. Banyak alim ulama datang dan ikut mengembangkan agama Islam di kota ini. Penguasa Malaka dengan sendirinya sangat besar hati. Meskipun
penguasa belum memeluk agama Islam namun
pada abad ke-15 mereka telah mengizinkan agama
Islam berkembang di Malaka. Penganut-penganut agama Islam diberi hak-hak
istimewa bahkan penguasa membuatkan bangunan masjid[12].
Diantara
sultan-sultan Malaka yang terkenal adalah Muhammad Syah, Manshur Syah, dan
Mahmud Syah. Malaka jatuh ke tangan penjajah Protugis setelah ditemukannya
jalur Ro’su ar-Roja’us Salih pada tahun 917/1511 M[13].
3.
Kerajaan Aceh (920-1322
H/1514-1904 M)
Pada abad
ke-16, Aceh mulai memegang peranan penting dibagin utara pulau Sumatra, pada tahun
1521 kerajaan Samudra Pasai ditaklukan oleh portugis yang menduduki selama tiga
tahun. Pada tahun 1524 M dianeksasi oleh kerajaan Aceh yang kemudian kerajaan
Pasai berada di bawah kekuasaan Aceh. Dari Pasai dan Aceh Islam kemudian
memancar ke seluruh peloksok nusantara yang terjangkau oleh juru dakwahnya[14].
Kerajaan ini
terletak disebelah utara Sumatera[15],
wilayah ini memiliki posisi yang sangat penting karena dua hal, yaitu karena
penyebaran Islam dan perlawanan terhadap penjajah. Raja pertamanya adalah Ali
Mughit Syah ( 920-935 H / 1514-1520 M). Kebesaran kerajaan Aceh ketika diperintah oleh Alauddin Riayat Syah.
Kekuasaannya sampai ke wilayah Barus. Dua putra Alauddin Riayat Syah kemudian
diangkat menjadi Sultan Aru dan sultan Parlaman dengan nama resmi Sultan Ghori
dan Sultan Mughal. Aceh menjalin hubungan yang baik dengan Turki, hal ini
terbukti di mana ketika Aceh mengahadapi
balatentara Portugis Aceh meminta bantuan Turki tersebut. Dalam
membangun aggkatan perangnya yang baik hal ini pun berkat bantuan Turki[16].
Masa
kesultanan Iskandar Muda (1016-1047 H / 1607-1637 M) merupakan masa paling
gemilang bagi Aceh, dimana kekuasaannya meluas dan terjadi penyebaran Islam hampir
di seluruh Sumatera. Dia juga berhasil mengalahkan orang-orang Protugis.
Kemudian
kondisi negeri mulai mengalami penurunan disebabkan oleh banyaknya peperangan
dan krisis ekonomi . juga beralihnya kekuasaan ketangan ratu-ratu dalam
beberapa masa. Juga karena peperangan yang terus menerus melawan Barat, yang
menyebabkan penderitaan yang sangat berat bagi Aceh. Namun akhirnya dia
berhasil keluar dari ujian dan rintangan ini. Akhirnya negeri ini jatuh
ketangan Belanda pada tahun 1322H/1904M[17].
4.
Kerajaan
Demak (Jawa) (918-920 H / 1512-1552 M)
Di Jawa
Islam disebarkan oleh para wali songo (wali sembilan)[18],
para wali menjadikan Demak sebagai pusat penyebaran Islam dan sekaligus
menjadikannya sebagai kerajaan Islam. Demak merupakan salah satu kerajaan yang
bercorak Islam yang berkembang di pantai utara Pulau Jawa, kerajaan ini hanya
berumur pendek, namun para rajanya merupakan pahlawan-pahlawan mujahid terbaik.
Raja pertama mereka adalah Raden Fatah, yang berhasil menjadikan negerinya
sebagai sebuah negara independen pada masanya. Setelah itu anaknya Patih Yunus
berkuasa, dia berhasil mengadakan perluasan wilayah kerajaan. Dia menghilangkan
kerajaan Majapahit yang beragama Hindu, yang pada saat itu sebagian wilayahnya
menjalin kerja sama dengan orang-orang Protugis.
Setelah
wafatnya patih Yunus pada tahun 938 H / 1531 M[19],
memerintahlah raja paling terkenal dari kerajaanini yaitu Raden Trenggono. Dia
adalah seorang mujahid besar yang
diantara hasil usahanya yang terkenal adalah masuknya islam ke daerah Jawa
Barat. Dia wafat pada tahun 953 H / 1546 M.
5.
Kerajaan
Banten (960-1096 H/1552-1684 M)
Banten merupakan
kerajaan Islam yang mulai berkembang pada abad ke-16, setelah pedagang-pedagang
India, Arab, persia, mulai menghindarai Malaka yang sejak tahun 1511 telah
dikuasai Portugis. Dilihat dari geografinya, Banten merupakan pelabuhan yang
penting dan ekonominya mempunyai letak yang strategis dalam penguasa Selat Sunda,
yang menjadi urat nadi dalam pelayaran
dan perdagangan melalui lautan Indonesia dibagian selatan
dan barat Sumatera. Kepentingannya
sangat dirasakan terutama waktu selat Malaka dibawah pengawasan politik
Portugis di Malaka[20].
Kerajan ini
terpisah dari kerajaan Demak. Mencapai puncak kejayaannya pada masa Sultan
Hasanuddin, yang merupakan raja pertamanya (960-978 H / 1552-1580 M). Melalui
kekuasaan anaknya, Sultan Yusuf ( 978-988 H / 1575-1580 M), penyebaran Islam di
Jawa semakin bertambah. Kerajaan ini menjadi pusat perdagangan yang penting[21].
Raja Banten
yang paling terkemuka adalah Sultan Ageng Tirtayasa. Pada masanya pemerintah
mencapai puncak kebesaran dan kemuliaannya. Karena itulah, orang-orang Belanda
memutuskan usaha mereka dalam menghadapi kerajaan ini, hingga berhasil
mengalahkan Banten pada tahun 1096 H / 1684 M.
6.
Kerajaan
Mataram Islam
Pada tahun
1583 M kerajaan ini diperintah oleh seorang muslim yang bernama Sinopati[22].
Dia berorientasi untuk menyebarkan Islam di seluruh Jawa, juga berhasrat
membentuk sebuah kerajaan yang bersatu.
Raja Mataram
yang paling terkemuka adalah Sultan Agung, cucu sang pendiri Mataram. Masa
kekuasaannya berlangsung antara tahun 1022-1056 H / 1613-1646 M. Dia berhasil
memperluas kekuasaannya ke banyak negeri, menyebarkan islam di Jawa Tengah
serta Memantapkan kedudukannya di wilayah ini. Setelah kematian Sultan,
timbullah pertikaian di dalam pemerintahan, yang akhirnya memungkinkan belanda
mengalahkan mereka.
7.
Kerajaan
Gowa (Makassar) (1078 H / 1667 M hingga abad ke-13 H / 19 M)
Kerajaan ini
berada di kepulauan Sulawesi yang dahulu merupakan kota pelabuhan yang penting.
Kerajaan
Gowa mengadakan ekspansi ke Bone tahun 1611, namun ekspansi itu menimbulkan
permusuhan antara Goa dan Bone[23].
Penyebaran Islam yang dilakukan oleh Gowa berhasil, hal ini merupakan tradisi
yang mengharuskan
seorang raja untuk menyampaikan hal baik kepada yang lain. Oleh karena itu
kerajaan gowa menyampaikan “pesan Islam” kepada kerajaan-kerajaan lain seperti
Luwu yang lebih tua, Wajo, Sopeng, dan Bone. Raja Luwu segera menerima “pesan
Islam” it. Sementara itu tiga kerajaan: wajo, Soppeng, dan Bone yang terkait
dalam aliansi Tallumpoeco (tiga kerajaan) dalam perebutan hegemoni dengan
gowa-Tallo, Islam kemudian melalui peperangan. Wajo menerima Islam tanggal 10
Mei 1610 dan Bone tanggal 23 November 1611. Raja Bone yang pertama masuk Islam
adalah yang dikenal Sultan Adam[24].
Akhirnya kerajaan
ini terlibat peperangan melawan Belanda[25]
selama hampir kurang lebih 50 tahun, dengan dipimpin oleh rajanya Sultan
Hasanuddin. Dia berhasil membukukan kemenangan besar atas mereka serta berhasi
menggabungkan sejumlah kepulauan ke dalam kerajaannya. Pada kesempatan yang
lain Belanda sebenarnya gagal meraih kemenangan. Namun setelah melalui fitnah
yang diembuskan diantara raja dan
pengikut-pengikutnya, akhirnya belanda berhasil mengalahkan kerajaan ini.
E. Negara-Negara Islam di Asia Tenggara
1.
Perkembangan
Islam di Indonesia
Islam di
Indonesia mulai berembang mulai abad ke 1-5 H/7-8 M, cikal bakal kekuasaan
islam telah dirintis pada priode abad ini, tetapi semuanya tenggelam dalam
hegemoni maritim Sriwijaya yang berpusat di Palembang dan kerajaan Hindu-Jawa
seperti Singasari dan MajaPahit di Jawa Timur[26].
Pada priode ini para pedagang dan mubaligh muslim hanya berbentuk
komunitas-komunitas islam.
Islam
tersebar di wilayah indonesia pada pertengahan abad ke 8 H/ 14 setelah
berdirinya beberapa kerajaan Islam. Salah satunya adalah kerajaan Malaka yang
memiliki peranan besar dalam penyebaran Islam di Indonesia. Setelah itu para
dai menyebarkannya ke seluruh pulau-pulau Indonesia dan giat menyebarkannya
sehingga Islam tersebar merata. Pada abad ke-10 H/ 16 M Indonesia jatuh ke
dalam penjajahan Protugis. Kemudian dikuasai Belanda pada tahun 1230 H/1814 M.
Ilmuwan Belanda lainnya, Muquette, menyimpulkan bahwa
asal-usul Islam di Nusantara adalah Gujarat di pesisir selatan India. Dia
mendasrkan kesimpulannya setelah mempertimbangkan gaya batu nisan yang
ditemukan di Pasai, Sumatera Utara, khususnya yang bertanggal 17 Dzuhijjah 831
H / 27 September 1428 M, yang identik dengan
batu nisan yang ditemukan di makam Maulana Malik Ibrahim (1419 M) di
Gresik, Jawa timur. Dia menyatakan lebih lanjut bahwa corak batu nisan yang ada
di Pasai dan Gresik sama dengan yang ditemukan di Cambay, Gujarat. Dia
berspekulasi bahwa dari penemuanpenemuan itu, batu nisan Gujarat tidak hanya
diproduksi untuk pasar lokal, tetapi
juga untuk pasar luar negeri termasuk Sematera dan Jawa. Oleh karena itu,
berdasarkan logika linier, Moquette menyimpulkan bahwa karena mengambil batu
nisan dari Gujarat, orangorang
Melayu-Indonesia jugamengambil Islam dari wilayah tersebut. Dengan logika
linier yang lemah itu tidak heran kalau kesimpulan Muquette ditentang oleh
Fatimi yang berpendapat bahwa salah jika mengaitkan seluruh batu nisan yang ada
di Pasai, termasuk batu nisan Malik Al-Shalih, dengan Cambay. Menurut penelitiannya sendiri, gaya batu nisan Malik
Al-Shalih sangat berbeda dengan corak batu nisan Gujarat dan prototype
Indonesianya. Fatimi berpendapat
bahwa pada kenyataannya bentuk batu
nisan itu sama dengan yang ada di
Bengal. Oleh karena itu, sama dengan logika linier Moquette, Fatimi ironisnya
menyimpulkan bahwa semua batu nisan itu
pasti diimpor dari Bengl. Ini menjadi alasan utamanya untuk menyimpulkan
lebih lanjut bahwa asal-asul Islam di Kepulauan Melayu-Indonesia adalah daerah
Bengal (kini, Bangladesh).
Agaknya
teori Fatimi sangat terlambat untuk menolak teori Moquette karena ada sejumlah
pakar lain yang telah mengambil alih
kesimpulan Moquette. Yang menonjol diantara mereka adalah Kern,
Bousquet, Vlekke, Gonda, Schrieke dan Hall. Namun, sebagian diantara mereka
memberikan tambahan argumentasi untuk mendukung Moquette. Ahli sastra Melayu, William Winstedt,
misalnya menunjukkan batu nisan yang
sama di Bruas, tempat sebuah kerajaan melayu Kuno di Perlak, Semenanjung
Malaya. Dia menyatakan bahwa semua batu nisan di Barus, Pasai dan Gresik
diimpor dari Gujarat, maka Islam pasti
pula dibawa dari sana. Dia juga menulis bahwa sejarah melayu mencatat adanya
kebiasaan lama di daerah Melayu tertentu untuk mengimpor batu nisan dari India.
Sosiolog asal
Belanda, Schrieke, mendukung teori itu dengan menekankan perananpenting yang
dimainkan oleh para pedagang Muslim Gujarat dalam perdagangan di Nusantara dan sumbangan
mereka terhadap penyebaran Islam. Namun, sebagian ahli lain memandang teori
yang menyatakan asal-usul Islam di Nusantara adalah Gujarat tidak terlampau
kuat. Marison, misalnya berpendapat
bahwa beberapa batu nisan di bagian tertentu Nusantara mungkin berasal dari
Gujarat, tetapi tidak selalu berarti bahwa Islam juga dibawa dari sana ke
kawasan ini. Marison membantah teori tersebut dengan menunjukkan kenyataan
bahwa selama masa Islamisasi Samudera
Pasai, yang penguasa Muslim
pertamanya meninggal pada 698 H / 1298 M.
Gujarat masih
merupakan kerajaan Hindu yang menunjukkan sikap bermusuhan terhadap orang-orang
Muslim. Baru pada tahun 699 H / 1298 M wilayah Cambay dikuasai
oleh kaum Muslim. Jika Gujarat merupakan pusat para juru dakwah Islam
dalam melakukan perjalanan menju kepulauan Melayu-Indonesia, maka Islam pasti
telah tegak dan tumbuh subur di Gujarat
sebelum kematian Malik al-Shalih,
persisnya, sebelum 698H /1297 M. Morrison lebih jauh mencatat,bahwa
meskipun kaum Muslim menyerang Gujarat beberapa kali pada 415 H / 1024 M, 574 H
/ 1178 M dan 695 H / 1197 M, para raja Hindu mampu mempertahankan kekuasaan
disana sampai 698 H / 1297 M. Kesimpulannya, Morison mengemukakan teorinya bahwa Islam
diperkenalkan dikepulauan Melayu-Indonesia oleh parajuru dakwah Muslim
dariCoromandelpadaakhirabad ke-13.
Penting
dicatat bahwa menurut Arnold, Coromandel dan Malabar bukan satu-satunya tempat
asal kedatangan Islam, melainkan juga dari wilayah Arab. Dalam pandangannya,
padagang Arab juga membawa Islam ketika mereka menguasai perdagangan Barat-Timur semenjak awal abad ke-7 dan ke-8.
Meskipun tidak ada catatan sejarah ihwal
penyebaran Islam oleh mereka, adalah patut diduga bahwa dalam satu hal
atau lainnya mereka terlibat dalam penyebaran Islam kepada kaum pribumi. Argemen ini tampaknya lebih masuk akal
jika orang mempertimbangkan, misalnya, fakta yang disebutrkan sebuah sumber di Cina bahwa menjelang perempatan ketiga abad
ke-7 seorang Arab pernah menjadi pemimpin pemukiman Arab Muslim di pesisir Barat Sumatera. Beberapa
orang Arab ini melakukan kawin campur
dengan penduduk pribumi sehingga
kemudian membentuk nucleus sebuah komunitas Muslim yangpara anggotanya,
ungkap Arnold telah memeluk Islam.
Menurut
Hikayat raja-raja Pasai yang ditulis
setelah 1350 (Hill, 1960:58-60), seseorang bernama Syaikh Ismail datang dengan
perahu dari Makkah lewat Malabar menuju Pasai, tempat dia menonversi Merah silau,
penguasa daerah tersebut ke dalam Islam. Merah Silau kemudian
menggunakan gelar Malik Al-Shaleh, meninggal Dunia 1297 M. Kira-kira satu abad kemudian, sekitar
1414 M, menurut sejarah Melayu (yang dikompilasi setelah 1500),
penguasa Malaka juga diislamkan oleh Sayyid Abd Al-Aziz, seorang Arab berasal
dari Jeddah. Sang penguasa, Parameswara
menggunakan nama dan gelar Sultan Muhammad Syah tidak lama
setelahmasukIslam (Djajadining,1982:12).
Ada empat
hal utama yang ingin disampaikan historiografi tradisional lokal semacam ini. Pertama, Islam di Nusantara
dibawa langsung dari tanah Arab. Kedua,
Islam diperkenalkan oleh para guru atau Juru Dakwah ‘profesional”.
Ketiga, orang-orang yang pertama kali masuk Islam adalah para penguasa.
Keempat, sebagian besar para juru dakwah “professional” datang di Nusantar pada abad ke-12 dan ke-13. Orang-orang Muslim
dari luar memang telah ada di Nusantara sejak abad pertama Hijriah, sebagaimana
yang dinyatakan oleh Arnorld dan ditegaskan oleh kalangan ahli
Melayu-Indonesia, tetapi jelas bahwa hanya setelah abad ke-12 pengaruh Islam
dikepulauan Melayu menjadi lebih jelas dan kuat. Oleh karena itu, Islamisasi tampaknya baru mengalami percepatan khususnya selama abad
ke-12sampaiabad ke-16
2.
Perkembangan Islam
di negara Malaysia
Islam masuk
ke wilayah ini lewat jalan pedagang-pedagang Arab. Disebutkan bahwa mereka samai
ke Malaka pada tahun 675 H / 1276 M. Raja Malaka masuk Islam melalui tangan
mereka, dan mengganti namanya menjadi Muhammad Syah, lalu diikuti oleh
rakyatnya. Malaka merupakan kerajaan islam pertama di sana.
Islam sampai
ke Malaysia belakangan dari sampainya Islam di Indonesia yang sudah terlebih
dahulu pada abad ke tujuh[27].
Berdasarkan keterangan ini, maka asal usul masuknya Islam ke Malaysia berdasar
pada yang dikemukakan Azyumardi Azra bahwa Islam datang dari India, yakni
Gujarat dan Malabar.
Sebelum
Islam datang wilayah Asia Tenggara, Malaysia adalah berada di jalur perdagangan
dunia yang Menghubungkan kawasan-kawasan di Arab dan Indiadengan Wilayah China,
dan dijadikan tempat persinggahan sekaligus pusat perdagangan yang amat
penting. Maka tidak heran jika wilayah ini juga menjadi pusat bertemunya
berbagai keyakinan dan agama (a cross-roads of religion) yang berinteraksi
secara kompleks lengkap[28].
Pada abad
ke-10 H / 16 M, Protugis menginvansi Malaysia, kemudian diikuti oleh
orang-orang Belanda ( 1051-1210 H / 1641-1795 M). Lalu Malaysia tunduk kepada
penjajahan Inggris pada tahun 1230 H / 1814 M. Orang-orang Jepang sempat
menguasai negeri ini selama Perang Dunia II. Kemudian wilayah ini kembali
kepada Inggris setelah perang usai. Malaysia kemudian mengumumkan
kemerdekaannya pada tahun 1377 H / 1957M
dan mendirikan Federasi Malaysia yang terdiri dari 11 provinsi. Sabah dan Serawak serta
Singapura tergabung ke dalam wilayah ini. Kemudian Malaysia mengumumkan negeri
itu sebagai Monarki Konstitusional pada tahun 1383 H / 1962 M[29].
Azyumardi Azra
menyatakan bahwa tempat asal datangnya islam ke Asia Tenggara termasuk di
Malaysia, setidaknya ada tiga teori. Pertama teori yang menyatakan bahwa Islam
datang langsung dari Arab (Hadramaut). Kedua, islam datang dari india, yakni
Gujarat dan Malabar. Ketiga Islam datang dari Benggali (Banglades).
Pola pertama
Islam masuk ke Nusantara termasuk Malaysia melalui jalur perdagangan dan
ekonomi yang melibatkan orang dari berbgai etnik dan ras yang berbeda-beda
bertemu dan berinteraksi, serta bertukar pikiran tentang masalah perdagangan,
politik, sosial, dan keagamaan. Seiring itu pola kedua mulai menyebar melalui
pihak penguasa dimana istana sebagai pusat kekuasaan berperan dibidang politik
dan penataan kehidupan sosial, dengan dukungan ulama yang terlibat langsung
dalam biroksasi pemerintahan, hukum Islam dirumuskan dan diterapkan, kitab
sejarah ditulis sebagai landasan legitimasi bagi penguasa muslim.
Memasuki
abad ke-20, bertepatan dengan masa pemerintahan Inggris, urusan-urusan agama
dan adat Melayu lokal di Malaysia di bawah koordinasi sultan-sultan dan hal itu
diatur melalui sebuah departemen , sebuah dewan ataupun kantor sultan. Setelah
tahun 1984, setiap negara bagian dalam federasi Malaysia telah membentuk sebuah
departemen urusan agama. Orang-orang muslim di Malaysia juga tunduk pada hukum
Islam yang ditetapkan sebagai hukum status pribadi, dan tunduk pada yurisdiksi
pengadilan agama (mahkamah syariah) yang diketua hakim agama. Bersamaan dengan
itu, juga ilmu pengetahuan semakin mengalami perkembangan dengan didirikannya
perguruan tinggi Islam dan dibentuk fakultas dan jurusan agama[30].
Perguruan tinggi kebanggaan Malaysia adalah Universitas Malaya yang kini kita
kenal Universitas Kebangsaan Malaysia.
Memasuki
masa pasca kemerdekaan, jelas sekali bahwa pola perkembangan Islam tetap
dipengaruhi oleh pihak penguasa (top down). Sebab, penguasa atau pemerintah
Malaysia menjadikan Islam sebagai agama resmi negara. Warisan undang-undang
Malaka yang berisi tentang hukum Islam yang berdasarkan konsep Qur’aniy berlaku
di Malaysia. Malaysia merupakan negara yang multi etnis, terdiri atas orang
Melayu, Cina, India, dan Pakistan. Mayoritas penduduknya beragama Islam, dan
bahkan Islam merupakan agama resmi negara. Namun agama-agama lain dapat
diamalkan dengan aman di Malaysia.
Dengan
adanya perhatian pemerintahan terhadap Islam dan konstitusi negara yang banyak
menguntungkan kepentingan umat Islam dan dengan adanya lembaga-lembaga dan
organisasi Islam, pendidikan-pendidikan Islam serta kegiatan-kegiatan dakwah
Islam, maka perkembangan Islam di Malaysia memiliki prospek yang sangat cerah.
3.
Perkembangan
Islam di Negara Thailand
Di Muangthai
(Thailand) terdapat sekitar 2,2 juta kaum muslimin atau 4% dari penduduk
umumnya. Muangthai dibagi menjadi 4 propinsi, yang paling banyak menganut Islam
yaitu di propinsi bagian selatan tepatnya di kota Satun, Narathiwat, Patani dan
Yala. Pekerjaan kaum muslimin Muangthai cukup beragam, namun yang paling
dominan adalah petani, pedagang kecil, buruh pabrik, dan pegawai pemerintahan.
Agama Islam di Muangthai merupakan minoritas yang paling kuat di daerah Patani
pada awal abad ke-17 pernah menjadi salah satu pusat penyebaran Islam di Asia Tenggara dan menghasilkan ulama besar
seperti Daud bin Abdillah bin Idrisal-Fatani.
Umat Islam
memiliki sejarah yang panjang dalam kerajaan thailand. Hubungan mereka dengan
masyarakat Thailand serta peran mereka dalam negara dapat ditelusuri kezaman
kerajaan ayyuthaya. Kedatangan Islam di negri Mughtai telah terasa pada
masa kerajaan Sukhathai diabad ke-13, yang merupakan buah dari hubungan dagang
yang dibagun oleh para saudagar muslim. Hal ini bermula dari dua orang
bersaudara dari persia yaitu Syeikh Ahmad dan Muhammad syaid yang juga disebut
Khaek Chao Sen (satu cabang mazhab syiah), menetap di kerajaan tersebut yang
terus melakukan perdagangan sekaligus menyebarkan agama Islam. Sebelum
berdirinya kerajaan Ayyuthaya sebagai pengganti kerajaan Shukhotai setelah yang
terakhir ini runtuh pada abad ke-14, Islam telah memiliki kekuatan politik yang
sangat besar. Perdagangan merupakan perintis proses islamisasi dan perkembangan
politik kerajaan-kerajaan martim diwilayah kepulauan di abad ke-15, 16, dan 17.
Perdagangan juga pulalah yang merupakan faktor dominan yang mendekatkan Islam
dengan kerajaan Ayyuthaya.
Sekelompok
Islam lainnya, yang menjadi penduduk mayoritas di negeri ini sekarang tinggal
di empat provinsi bagian selatan, yaitu Pattani, Yala, Naratiluat, dan Satul.
Juga termasuk bagian dari provinsi Shongkala. Seluruh provinsi ini dahulunya
masuk wilayah kerajaan Pattani pada abad ke-12, sebelum kerajaan Sukhotaiberdiri.
Daerah ini merupakan wilayah muda di negara Thailand, baik secara politik
maupun administratif. Pencaplakan yang dilakukan oleh kerajaan Thailand telah
melahirkan masalah utama mengenai minoritas muslim di Thailand. Orang-orang
muslim yang berasal dari pattani yang dibawa ke Bangkok oleh tentara Thailand
sebagai tawanan perang pada awal masa perang pertama dan kedua. Dan orang-orang
ini lah kemudian menjadi bagian utama dari masyarakat Islam di Thailand Tengah
dan sebagian dari mereka tetap memelihara budaya dan bahasa mereka[31].
Secara
historis kelompok masyarakat muslim telah ada sejak awal berdirinya negara
Thailand dan memiliki peran penting dalam masyarakat. Pada perkembangan
selanjutnya Mughtai ikenal secara luas sebagai negara yang mengalami
perkembangan yang sangat cepat dibidang ekonomi sosial, budaya. Sementara itu,
komunitas muslim merupakan komunitas minoritas yang secara umum dianggap salah
satu yang paling konservatif dan tradisional dari masyarakat Thai sehubungan
dengan lingkungan yang sedang mengalami perubahan. Unyuk itu relegio kultural
merupakan identitas yang paling penting dalam jaringan hubungan umat Islam dan Budha
di Thailand. Karena perkembangan dan dinamisasi masyarakat muslim Thailand
banyak diwarnai oleh masalah tersebut.
4.
Perkembangan
Islam di Negara Filipina
Hampir semua
silsilah bermula pada masa raja sipad (Bahasa Sansekerta: Raja Shiripaduka).
Pada masa pemerintahan di pulau Jolo, datanglah seorang muslim bernama Tuanku
Masha’ika kee suatu tempat yang disebut Maimbuang (bagian selatan pulau Jolo).
Sebuah batu nisan atas nama Maqhealhe ditemukan di Badatto, tidak jauh dari
Jolo pulau Sulu. Penemuan batu nisan inilah yang dijadikan salah satu bukti
Arkeologis masuk dan berkembangnya Islam di Filipina, pada waktu itu masyarakat
pulau Jolo masih mengatut Animisme dan Dinamisme.
Masuknya
agama Islam di pulau Mindanao adalah di dalam abad kelima belas juga. Yang
mula-mula membawanya ialah ‘Syarif’ Kebungsuan yang datang dari negeri Johor.
Kapten Thomas Forst, yang menulis ceritanya dalam tahun 1775 M. Mengakui bahwa
orang Arab yang mula-mula masuk pulau Mindanao 300 tahun yang lalu, adalah
keturunan-keturunan syarif dari Mekah[32].
Dalam
catitan sejarah pulau Sulu (Filipina) memeluk islam, yang datang ke sana ialah
Sayid Abdul Aziz yang dahulu telah mengislamkan Sultan Muhammad Syah di Melaka
(permaisura itu juga). Kemudian itu datanglah penyair Islam yang kedua, orang
Arab juga, namanya Abu Bakar. Dia datang kesana sudah melalui Palembang dan
Brunei. Sesudah dia barulah datang seorang bangsawan dari Minangkabau, bernama
Rajo Bagindo.
Para
peneliti sejarah menyebutkan bahwa Islam masuk ke wilayah Filipina melalui
jalan Sumatra dan Melayu, ini dimulai Sekitar Tahun 270 H / 883 M[33].
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Berdasarkan
uraian tulisan mengenai masuk dan berkembangnya kebudayaan Islam di Asia
Tenggara, maka dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya Islam masuk ke Asia
Tenggara melalui jalur perdagangan yang di bawa oleh para pedagang muslim Arab,
India maupun dari Cina.
Islam masuk
ke Asia tenggara mulai dari abad ke 1 H/ 7 M yang dibawa oleh pedagang-pedagang
muslim yang berlayar ke Asia Tenggara, yang pertama kali berlabuh di pesisir
pulau Sumatra tepatnya di Pesisir Pasai (Aceh). Islam kemudian berkembang
menjdi kerajaan kerajaan islam pada abad ke 8 H / 14 M. Diantara
kerajaan-kerajaan Islam di Asia Tenggara yang memiliki peranan besar dalam
perkembangan Islam di Asia Tenggara ialah kerajaan Samudra Pasai, kerajaan
Malaka, kerajaan Aceh Darussalam, kerajaan Demak, kerajaan Banten, kerajaan
Mataram Islam, kerajaan Gowa (Gowa-Tallo), serta kerajaan semenanjung melayu.
Islamisasi di Asia Tenggara dengan cara damai dan berangsur, melaui beberapa
saluran Islamisasi, diantaranya saluran perdagangan, saluran perkawinan,
saluran tasauf, saluran pendidikan, saluran kesenian, dan saluran politik.
Islam mudah diterima dalam masyarakat Asia tenggara karena islam memiliki
keistimewaan diantaranya adalah Konsep Tuhan yang esa, keadilan hak individu
dan masyarakat, kehidupan yang harmoni, menyinggung akhlak mulia, berfikir
secara rasional, memandang derajat sesama makhluk tanpa perbedaan derajat,
serta tidak bersifat memaksa. Kedatangan islam membawa pengaruh yang sangat
besar dalam kehidupan sosial, ekonomi maupun politik di kawasan Asia Tenggara.
B.
Saran
Berdasarkan
pemaparan kesimpulan diatas, penulis memberikan beberapa uraian saran untuk
dijadikan bahan pertimbangan, diantaranya ialah
1.
Untuk mengetahui asal-muasal agama
Islam di Asia tenggara maka perlu diketahui sejarah dan bukti-bukti dari
peradaban isam.
2.
Untuk melestarikan sejarah Islam, maka
perlu sekali diketahui dan dipelajari dan mencari informasi tentang sejarah
peradaban islam.
DAFTAR
PUSTAKA
Al-Usairy, Ahmad. (2013). Sejarah Islam Sezak Zaman
Nabi Adam Hingga Abad XX. Jakarta: Akbar Media.
Hamka, Prof.Dr. (2006). Sejarah Umat Islam. Singapura:
Pustaka Nasional Pte Ltd.
Yatim, Badri. (2008). Sejarah Peradaban Islam. Jakarta:
PT RajaGrafindo Persada.
Tjandrasasmita,
Uka, (Ed.). (1984). Sejarah Nasional
Indonesia III. Jakarta: PN
Balai Pustaka.
Supriyadi,
Dedi. (2008). Sejarah Peradaban Islam. Bandung: Pustaka Setia.
Zuhairini. (1986). Sejarah pendidikan Islam. Jakarta: Proyek
Prasarana dan Sarana Perguruan Tinggi Agama, Direjen Pembinaan Kelembagaan
Agama Islam.
Hasbullah. (2001). Sejarah
Pendidikan Islam. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.
Thohir, Ajid. (2002). Perkembangan Peradaban Islam di Kawasan
Dunia Islam. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.
Ilaihi,
Wahyu, dan Hefni, Harjani. (2007). Pengantar Sejarah Dakwah. Jakarta: PT
RajaGrafindo Persada.
[1] Dr.
Badri Yatim, M.A,sejarah peradaban Islam dirasah Islamiyah II,(Jakarta:PT
RajaGrafindo Persada,2008),hlm. 200.
[2] Ibid.,
hlm. 201
[3] Ibid.,
hlm. 201.
[4]
Kedatangan ahli tasawuf di Indonesia diperkirakan terutama
sejak abad ke-13 yaitu masa perkembangan dan persebaran ahli-ahli tasawuf
dariPersia dan India. Perkembangan tasawuf yang paling nyata adalah di Sumatra
dan Jawa yaitu
abad ke-16 dan
ke-17. (Uka Tjandrasasmita (Ed.), Sejarah Nasional Indonesia III, (Jakarta:
PN Balai Pustaka, 1984), hlm. 218)
[5] Dr.
Badri Yatim, M.A, op.cit., hlm. 203.
[6] Uka
Tjandrasasmita (Ed.), op.cit., hlm. 205.
[7] Dr.
Badri Yatim, M.A, op.cit., hlm. 203-204.
[8] Prof.
Dr. Hamka, op.cit., hlm. 703.
[9] Ibid,
hlm.704.
[10]
Daerah yang berada di bawah kekuasaan Malaka kebanyakan terletak di Sumatera
diantaranya: Kampar, Minangkabau, Siak, dan kepulauan Riau-Lingga. (Uka
Tjandrasasmita (Ed.), op.cit., hlm. 18).
[11] Ahmad
Al-Usairy, Sejarah Islam sejak zaman Nabi Adam hingga abad xx, (Cet, XI;
Jakarta: AKBAR MEDIA, 2013), hlm. 337.
[12] Uka
Tjandrasasmita (Ed.), op.cit., hlm. 19.
[13] Ahmad
Al-Usairy, op.cit., hlm. 337.
[14] Dedi
Supriyadi, Sejarah Peradaban Islam,
(Bandung: Pustaka Setia, 2008), hlm. 195.
[15] Ahmad
Al-Usairy, op.cit., hlm. 449.
[16] Badri
Yatim, op.cit., hlm. 209.
[17] Ahmad
Al-Usairy, op.cit., hlm. 449.
[18]
Di Jawa berdasarkan cerita tradisional dan babad-babad, yang mendapat gelar
wali dianggap sebagai pembawa dan penyebar Islam di daerah-daerah pesisir.
Tidaklah semua wali yang tergolong Wali sango atau wali sembilan berasal dari
negeri luar. Bahkan sebagian besar dari wali sango menurut cerita dalam
babad-babad berasal dari Jawa sendiri. (Uka Tjandrasasmita (ED.), op.cit.,
hlm. 197.)
[19] Ahmad
Al-Usairy, op.cit., hlm. 450.
[20] Uka Tjandrasasmita
(Ed.), op.cit., hlm. 9.
[21] Ahmad
Al-Usairy, op.cit., hlm. 450.
[22] Ibid.,
hlm. 451.
[23]
Ada dua kemungkinan mengapa Kerajaan
Goa-Tallo mengadakan ekspansi diantaranya
:1) kemungkinan diakibatkan oleh dorongan agama Islam yang baru masuk.
2) kemungkinan karena kekayaan yang
diperoleh dari perdagangan yang ramai di
pelabuhannya yang merupakan pelabuhan transit. (Uka Tjandrasasmita (Ed.), op.cit.,
hlm. 31.
[24] Dr.
Badri Yatim, op.cit., hlm. 224.
[25] Ahmad
Al-Usairy, op.cit., hlm. 451.
[26] Dr.
Badri Yatim, op.cit,. hlm. 194.
[27]
Zuhairini, Sejarah pendidikan Islam (Cet. II; Jakarta: Proyek Prasarana dan
Sarana Perguruan Tinggi Agama, Direjen Pembinaan Kelembagaan Agama Islam,
1986), hlm. 133.
[28]
Hasbullah, Sejarah Pendidikan Islam, (Cet, IV; Jakarta: PT RajaGrafindo
Persada, 2001), hlm. 17
[29] Ahmad
Al-Usairy, op.cit., hlm. 507.
[30]
Ajid Thohir, Perkembangn Pradaban Islam di Kawasan Dunia Islam, (Cet. I;
Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2002), hlm. 268-269.
[31] Wahyu
Ilahi dan Harjani Hefni, “Pengantar Sejarah Dakwah” (Jakarta: PT
RajaGrafindo Persada, 2007), hlm. 161-164.
[32] Prof.
Dr. Hamka, op.cit., hlm. 678.
[33] Ahmad
Al-Usairy, op.cit., hlm. 337.
Langganan:
Postingan (Atom)
Cari Blog Ini
- September 2021 (6)
- Juni 2019 (12)
- April 2017 (1)
- Januari 2017 (2)
- Desember 2016 (2)
- September 2016 (1)
- Mei 2016 (8)
- April 2016 (7)
- Maret 2016 (2)
- November 2015 (3)
- Juli 2015 (1)
- April 2015 (2)
- Maret 2015 (2)
- Februari 2015 (1)
- November 2014 (1)
- Februari 2014 (1)
Translate
Popular Posts
-
PERADABAN ISLAM DI ASIA TENGGARA Disusun Oleh M khuzaifah ...
-
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setelah khilafah Abbasiyah di Baghdad runtuh akibat serangan tentara Mongol, kekuatan po...
-
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kepribadian pada hakikatnya merupakan gambaran sikap dan perilaku manusia secara ...