Sejarah Peradaban Islam di Asia Tenggara





PERADABAN ISLAM DI ASIA TENGGARA
 
Disusun Oleh
M khuzaifah
                                                            
                       Semester/Unit           : 1/2
                       Jurusan/Prodi            : Dakwah/BKI

                       Dosen Pembimbing : Yusmami, MA


SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)
ZAWIYAH COTKALA LANGSA
2014






BAB I
PENDAHULUAN

A.           Latar Belakang
Umat islam merupakan mayoritas penduduk Asia Tenggara, khususnya di negara Indonesia, Malaysia, Thailand selatan, dan Brunei. Proses konversi massal masyarakat dunia melayu ke dalam islam berlangsung secara damai. Konversi ke dalam Islam merupakan proses panjang, yang masih terus berlangsung sampai sekarang. Di Asia Tenggara, Islam merupakan kekuatan sosial yang patut diperhitungkan, karena hampir seluruh negara yang yang ada di Asia Tenggara penduduknya baik mayoritas ataupun minoritas memeluk agama Islam. Misalnya Islam menjadi agama resmi Negara Federasi Malaysia, kerajaan Brunei Darussalam, negara Indonesia (penduduknya mayoritas atau sekitar 90% beragama Islam), Burma (sebagian kecil penduduknya beragama Islam) dan seperti negara-negara  Asia Tenggara lainnya.
Asia tenggara dianggap sebagai wilayah yang paling banyak pemeluk agama Islam. Termasuk wilayah ini adalah pulau-pulau yang terletak di sebelah timur India sampai lautan Cina dan mencangkup Indonesia, Malaysia, dan Filipina.
Sejarah  masuknya islam di asia tenggara  sampai saat ini merupakan polemik  panjang yang menimbulkan pro dan kontra  antara sejarawan agamawan,  arkeolog dan intelektual. Namun yang menjadi referensi umum masuknya islam di Asia tenggara adalah melalui proses perdagangan internasional yang berpusat diselat malaka  melalui para pedagang muslim Persia dan Arab.
Namun proses masuknya islam di negara-negara bagian Asia Tenggara tidak sepenuhnya sama. Semuanya memiliki karakteristik masing-masing budaya yang sama sekali berbeda. Ada juga Negara yang sudah menggunakan tradisi islam ala Persia dan Islam ala Arab. Oleh karena itu muncullah beberapa hal yang melatarbelakangi proses berkembangnya Islam di Asia Tenggara yang sangat penting untuk ita ketahui. Islam berkembang di Asia Tenggara melalui beberapa proses saluran, diantaranya saluran perdagangan, perkawinan, tasawuf, pendidikan, seni, dan politik.


B.       Rumusan Masalah
Sesuai dengan latar belakang yang telah dikemukakan, dapat dirumuskan beberapa permasalahan, diantaranya ialah :
1.         Kapan mulai masuk dan berkembangnya agama Islam di Asia Tenggara?
2.         Bagaimana proses masuk dan berkembangnya agama Islam di Asia Tenggara?
3.         Bagaimana pengaruh islam di asia tenggara?
4.         Negara apa saja yang mempunyai peradaban Islam di Asia Tenggara?

C.      Tujuan
Adapun tujuan yang diharapkan dari penulisan makalah ini adalah :
1.        Mengetahui teori tentang kedatangan Islam di Asia Tenggara, berbagai saluran yang digunakan dalam penyebaran Islam, dan pengaruh Islam dalam kebudayaan.
2.        Mengetahui proses berkembangnya agama Islam di Asia Tenggara.
3.        Mengetahui pengaruh Islam di Asia Tenggara.
4.        Mengetahui negara-negara Islam di Asia Tenggara.



BAB II
PEMBAHASAN

A.      Penyebaran Islam di Asia Tenggara
Sejak abad pertama, kawasan laut Asia Tenggara, khususnya Selat Malaka sudah mempunyai kedudukan yang sangat penting dalam kegiatan pelayaran dan perdagangan internasional yang dapat menghubungkan negeri-negeri di Asia Timur Jauh, Asia Tenggara dan Asia Barat. Perkembangan pelayaran dan perdagangan internasional yang terbentang jauh dari Teluk Persia sampai China melalui Selat Malaka itu kelihatan sejalan pula dengan muncul dan berkembangnya kekuasaan besar, yaitu China dibawah Dinasti Tang (618-907), kerajaan Sriwijaya (abad ke-7-14), dan Dinasti Umayyah (660-749).
Mulai abad ke-7 dan ke-8 (abad ke-1 dan ke-2 H), orang Muslim Persia dan Arab sudah turut serta dalam kegiatan pelayaran dan perdagangan sampai ke negeri China. Pada masa pemerintahan Tai Tsung (627-650) kaisar ke-2 dari Dinasti Tang, telah dating empat orang Muslim dari jazirah Arabia. Yang pertama, bertempat di Canton (Guangzhou), yang kedua menetap dikota Chow, yang ketiga dan keempat bermukim di Coang Chow. Orang Muslim pertama, Sa’ad bin Abi Waqqas, adalah seorang muballigh dan sahabat Nabi Muhammad SAW dalam sejarah Islam di China. Ia bukan saja mendirikan masjid di Canto, yang disebut masjid Wa-Zhin-Zi (masjid kenangan atas nabi).

B.       Proses Masuk dan Berkembangnya Islam di Asia Tenggara
Masuknya agama Islam kedalam negri Melayu ini nampaknya mempunyai keistimewaan sendiri, yaitu dengan jalan damai dan berangsur. Jarang sekali dngan kekerasan dan diterima dengan sukarela oleh penduduk meskipun tidak dengan sekaligus.
Islam masuk ke Asia Tenggara disebarluaskan melalui kegiatan kaum pedagang dan para sufi. Hal ini berbeda dengan daerah Islam di Dunia lainnya yang disebarluaskan

melalui penaklulan Arab dan Turki. Islam masuk di Asia Tenggara dengan jalan damai, terbuka dan tanpa pemaksaan sehingga Islam sangat mudah diterima masyarakat Asia Tenggara.
Mengenai kedatangan Islam di negara-negara yang ada di Asia Tenggara hampir semuanya didahului oleh interaksi antara masyarakat di wilayah kepulauan dengan para pedagang Arab, India, Bengal, Cina, Gujarat, Iran, Yaman dan Arabia Selatan. Pada abad ke-5 sebelum Masehi Kepulauan Melayu telah menjadi tempat persinggahan para pedagang yang berlayar ke Cina dan mereka telah menjalin hubungan dengan masyarakat sekitar Pesisir. Kondisi semacam inilah yang dimanfaatkan para pedagang Muslim yang singgah untuk menyebarkan Islam pada warga sekitar pesisir.
Penetrasi Islam di Asia Tenggara dibagi ke dalam tiga tahap, yaitu:
·      Tahap pertama dimulai dengan kedatangan Islam yang kemudian diikuti dengan kemerosotandan akhirnya keruntuhan Kerajaan Majapahit pada sekitar abad 14-15.
·      Tahap ke dua adalah sejak datangnya dan kemudian mapannya kekuasaan kolonialisme Barat sampai awal abad ke 19.
·      Tahap ketiga adalah pada permulaan abad 20 terjadi “liberalisasi” sebagai kebijakan pemerintah kolonial.
Proses Islamisasi dan intensifikasi ke-Islaman banyak dipengaruhi oleh situasi dan faktor-faktor local yang menyebabkan timbulnya perbedaan-perbedaan dalam tingkat penetrasi Islam di kawasan Asia Tenggara yang berakibat perbedaan pandangan, penghaytan, dan pengamalan Islam oleh penganutnya. Islamisasi dan intensifikasi merupakan proses konversi kepada Islam dan peningkatan kesadaran serta upaya untuk memahami dan mengamalkan Islam sesuai dengan doktrin-doktrin yang sebenarnya, yang bersih dari bid’ah dan percampuran dengan unsure-unsur non Islam lainnya. Proses ini disebut sebagai kembali kepada Al-Quran dan Hadits.
Pembentukan kebudayaan dan tatanan politik Islam di dunia dapat berkembang karena adanya tasawwuf. Proses internasionalisasi Islam tasawwuf tidaklah berjalan sendiri, karena diperlukan adanya keterikatan tasawwuf kepada shari’ah secara sufistik.

1.        Teori Masuknya Islam ke Asia Tenggara
Ada beberapa teori tentang masuknya Islam ke kawasan Asia Tenggara, seperti Teori kedatangan Islam ke Asia Tenggara dari Arab, cina dan india.
a.       Teori kedatangan Islam ke Asia Tenggara dari Arab
Dikemukakan oleh John Crawford. Menurutnya Islam datang dari Arab melalui pedagang.  Buktinya catatan China mengatakan orang Arab dan Persia telah mempunyai pusat perniagaan di Canton sejak tahun 300 M. Pedagang Arab yang ke China singgah di pelabuhan Asia Tenggara tepatnya di Selat Malaka karena posisinya yang strategis, dalam jalur perdagangan. Kemudian Pedagang Arab ini tinggal beberapa bulan di Asia Tenggara dan ada yang menetap serta membina perkampungan Arab. Perkampungan ini juga menjadi tempat untuk berdagang. Ada juga pedagang Arab yang Menikah dengan wanita tempatan dan menyebarkan Islam. Karena sebagian besar pedagang menggunakan jalur laut sebagai sarana transportasi maka pada Masa menunggu angin muson/musim digunakan oleh pedagang Arab untuk mengembangkan Islam.
Adapun beberapa bukti dari teori ini yaitu :
·      Kampung  Arab di Sumatera Utara yaitu di Ta Shih.
·      Persamaan penulisan dan kesusasteraan Asia Tenggara dan Arab.
·      Budaya dan musik pengaruh dari arab seperti dabus dan tarian Zapin.
·      Karya-karya yang  menceritakan pengislaman raja tempatan oleh syeikh dari Tanah Arab contohnya hikayat Raja-raja samudra Pasai mengatakan Raja Malik diislamkan oleh ahli sufi dari Arab yaitu Syeikh Ismail.
b.      Teori kedatangan Islam ke Asia Tenggara dari Cina
Dikemukakan oleh E.G Eredia dan S.Q. Fatimi. Menurut Eredia, Canton pernah menjadi pusat Perdagangan bagi para pedagang Arab hingga pedagang Cina memeluk Islam.Pedagang China Islam ini kemudiannya berdagang di Asia tenggara disamping menyebarkan Islam. Sedangkan menurut Fatimi, pedagang Cina Canton pernah berpindah beramai-ramai ke Asia Tenggara.
Adapun Bukti kedatangan Islam dari China ini yaitu :
·      Pada Batu Bersurat Terengganu, batu nisan yang mempunyai ayat al-Quran di Pekan, Pahang.
·      Wujud persamaan antara seni Bangunan Cina dengan seni Bangunan masjid di Kelantan, Melaka dan Jawa  yaitu seperti bumbung pagoda, ciri khas atap genteng dari China.
c.       Teori kedatangan Islam ke Asia Tenggara dari India/Gujarat
Dikemukakan oleh S.Hurgronje, Menurutnya Islam datang dari Gujarat/India dan pantai Koromandel di semenanjung India. Hubungan dagang Asia Tenggara dengan India telah terwujud sejak lama, hal ini memberikan peluang bagi pedagang Islam India untuk  menyebarkan Islam.
Adapun beberapa bukti dari teori ini yaitu :
·      Terdapat batu marmar pada batu nisan mempunyai cirri buatan India,  contohnya di batu nisan Raja Malik Pasai.
·      Unsur budaya India amat banyak kita jumpai di Negara-negara Asia Tenggara

2.        Saluran dan Cara-cara Islamisasi Islam di Asia Tenggara
Kedatangan Islam dan penyebarannya kepada golongan bangsawan dan rakyat umumnya dilakukan secara damai[1]. Apabila situasi politik suatu kerajaan mengalami kekacauan dan kelemahan disebabkan perebutan kekuasaan di kalangan keluarga istana, maka islam dijadikan alat politik bagi golongan bangsawan atau pihak-pihak yang menghendaki kekuasaan itu. Mereka berhubungan dengan pedagang-pedagang Muslim yang posisi ekonominya kuat karena menguasai pelayaran dan perdagangan.
Menurut Uka Tjandrasasmita, saluran-saluran islamisasi yang berkembang ada enam[2], yaitu :
a.       Saluran Perdagangan
Pada taraf permulaan, proses masuknya Islam adalah melalui perdagangan. Kesibukan lalu lintas perdagangan pada abad ke-7 hingga ke-16 membuat pedagangpedagang Muslim   (Arab, Persia dan India) turut ambil bagiandalam perdagangan dari negeri-negeri bagian Barat, Tenggara dan Timur Benua Asia. Saluran Islamisasi melaui perdagangan ini sangat menguntungkan karena para raja dan bangsawan turut serta dalam kegiatan perdagangan,   bahkan mereka menjadi pemilik kapal dan saham. Mereka berhasil mendirikan masjid dan mendatangkan mullah-mullah dari  luar sehingga jumlah mereka menjadi banyak, dan karenanya anak-anak Muslim itu menjadi orang Jawa dan kaya-kaya. Di beberapa tempat penguasa-penguasa Jawa yang menjabat sebagai Bupati Majapahit yang ditempatka di   pesisi  Utara Jawa banyak yang masuk Islam, bukan karena hanya faktor politik dalam negeri yang sedang goyah, tetapi karena faktor hubungan ekonomi drengan pedagang-rpedrarrgarng Muslim. Perkembangan selanjutnya mereka kemudian mengambil alih perdagangan dan kekuasaan di tempat-tempat tinggalnya[3].
b.      Saluran Perkawinan
Dari sudut ekonomi, para pedagang Muslim memiliki status sosial yang lebih baik daripada kebanyakan pribumi, sehingga penduduk pribumi terutama puteri-puteri bangsawan, tertarik untuk menjadi isteri saudagar-saudagar itu. Sebelum dikawinkan mereka diislamkan   terlebih dahulu. Setelah mereka mempunyai keturunan, lingkungan mereka makin luas, akhirnya timbul kampung-kampung, daerah-daerah dan kerajaan Muslim. Dalam perkembangan berikutnya, ada pula wanita Muslim yang dikawini oleh keturunan bangsawan, tentu saja setelah mereka masuk Islam terlebih dahulu. Jalur perkawinan ini jauh lebih menguntungkan apabila antara saudagar Muslim dengan anak bangsawan atau anak   raja dan anak adipati, karena raja dan adipati atau bangsawan itu kemudian turut mempercepat proses Islamisasi. Demikianlah yang terjadi antara Raden Rahmat atau sunan Ampel dengan Nyai Manila, Sunan Gunung Jati dengan puteri Kawunganten, Brawijaya   dengan puteri Campa yang mempunyai  keturunan Raden Patah (Raja pertama Demak) dan lain-lain.
c.       Saluran Tasawuf
Tasawuf merupakan  salah  satu  saluran  yang  penting  dalam  proses Islamisasi. Tasawuf termasuk kategori yang berfungsi dan membentuk kehidupan sosial bangsa  Indonesia yang meninggalkan bukti-buktimyang jelas pada tulisantulisan antara abad  ke-13  dan ke-18. Hal itu bertalian langsung  dengan  penyebaran Islam  di  Indonesia. Dalam hal  ini para ahli tasawuf hidup dalam kesederhanaan, mereka selalu berusaha menghayati kehidupan masyarakatnya dan hidup bersama di tengah-tengah masyarakatnya. Para ahli  tasawuf biasanya memiliki keahlian untuk menyembuhkan penyakit dan lain-lain. Jalur tasawuf, yaitu proses islamisasi dengan mengajarknan teosofi dengan mengakomodir nilai-nilai budaya bahkan ajaran agama yang ada yaitu agama Hindu ke dalam ajaran Islam, dengan tentu saja terlebih dahulu dikodifikasikan dengan  nilai-nilai  Islam sehingga mudah dimengerti dan diterima[4].
d.      Saluran Pendidikan
Islamisasi juga dilakukan melalui pendidikan, baik pesantren maupun pondok yang diselenggarakan oleh guru-guru agama, kiai-kiai dan ulama. Di pesantren atau pondok itu, calon ulama, guru agama dan kiai mendapat pendidikan agama. Setelah   keluar   adari pesantren,  mereka pulang  ke kampung masing-masing  atau berdakwak   ketempat  tertentu mengajarkan Islam. Misalnya, pesantren yang didirikan oleh Raden rahmat di Ampel Denta Surabaya, dan Sunan Giri di Giri. Kleuaran pesantrenini banyak yang diundang ke Maluku untukmengajarkan Agama Islam[5].
e.       Saluran kesenian
Saluran  Islamisasi  melalui  seni  seperti  seni  bangunan,  seni  pahat  atau  ukir, seni tari, musik dan seni sastra. Misalnya pada seni bangunan ini telihat pada masjid kuno Demak, Sendang Duwur Agung Kasepuhan di Cirebon, masjid Agung Banten, Baiturrahman di Aceh,  Ternate  dan  sebagainya.[6] Contoh  lain  dalam  seni  adalah dengan pertunjukan wayang, yang digemari oleh masyarakat. Melalui cerita-cerita wayang  itu  disisipkan  ajaran agama  Islam. Seni gamelan juga dapat mengundang masyarakat untuk melihat pertunjukan  tersebut.  Selanjutnya  diadakan  dakwah keagamaan Islam. Kesenian-kesenian lainnya juga dijadikan alat Islamisasi, seperti sastra (hikayat, babad dan sebagainya), seni bangunan dan seni ukir.
f.       Saluran Politik
Pengaruh kekuasan raja sangat berperan besar dalam proses Islamisasi. Ketika seorang raja memeluk agama Islam, maka rakyat juga  akan mengikuti jejak rajanya. Rakyat memiliki kepatuhan yang sangat tinggi dan raja sebagai panutan bahkan menjadi tauladan bagi rakyatnya. Misalnya di Sulawesi Selatan dan Maluku, kebanyakan  rakyatnya  masuk Islam  setelah rajanya memeluk agama Islam terlebih dahulu. Pengaruh politik raja sangat membantu tersebarnya Islam di daerah ini. Seperti halnya di Maluku dan Sulawesi selatan, kebanyakan rakyat masuk Islam setelah rajanya memeluk Islam terlebih dahulu. Pengaruh politik raja sangat membantu tersebarnya Islam di daerah ini. Di samping itu, baik di Sumatera dan Jawa maupun di Indonesia Bagian Timur, demi kepentingan politik, kerajaan-kerajaan Islam memerangi kerajaan-kerajaan non Islam. Kemenangan kerajaan Islam secara politis banyak menarik penduduk kerajaan bukan Islam itu masuk Islam[7].
C.      Pengaruh Islam di Asia Tenggara
1.             Pemerintahan dan pentadbiran
·      Sultan menjadi ketua negara, mufti menjadi penasihat sultan. Wujud juga pegawai seperti kadi, khatib, bilal.
·      Gelaran sultan meletakkan raja setaraf dengan kerajaan Islam yang lain.
·      Dalam Hukum Kanun Melaka – raja digelar Khalifatul Mukminin (pemimpim orang mukmin), perkataan ini tercatat dalam wang syiling kerajaan melayu.
·      Gelaran Zillulah fil’Alam (bayangan Allah di dalam alam) turut digunakan oleh raja Melaka.
·      Islam menjadi agama rasmi – kerajaan Melaka, Aceh.
·      Contoh sultan yang berpegang teguh kepada Islam – Sultan Malik (Samudera Pasai), Sultan Iskandar Thani (Acheh).
·      Nama nama Islam digunakan seperti Acheh Darus Salam (negeri), Sultan Mahmud Syah beerti sultan terpuji.
·      Undang – undang syariah yang diperkenalkan seperti kes jenayah, harta pusaka. Ia termaktub dalam Hukum Kanun Melaka di Melaka dan Kanun Mahkota Alam di Belanda.
·      Semangat jihad menentang penjajah telah diterapkan – contohnya di Acheh menetang Portugis, di Jawa menentang Portugis dan Belanda.
2.             Sistem pendidikan
·      Sebelum Islam pendidikan hanya untuk bangsawan.
·      Dalam Islam pendidikan wajib kepada semua orang Islam.
·      Kesannya wujud institusi formal seperti pondok, istana, pesantren, madrasah dan surau.
·      Pusat pendidikan terawal di Perlak disebut dayah atau pondik, contohnya Dayah Bukit Ce Breek, Perlak.
·      Samudera-Pasai menjadi pusat penterjemahan karya agama.
·      Di Acheh – sistem pendidikan lebih sistematik, terdapat peringkat rendah (rangkang), menengah (muenasah) dan tinggi atau univesiti (Jamiah Bait al-Rahman). Pelajarnya meliputi pelajar luar Acheh. Di Acheh wanita digalakkan belajar di dayah dan memegang jawatan pentadbiran.
3.              Bahasa dan kesusteraan
·      Tulisan jawi berasal darpadatulisan Arab (al-Quran) yang diubahsuai dengan perkataan Melayu.
·      Tulisan ini menjadi tulisan rasmi menggantikan tulisan Palava Dewanagari (tulisan zaman Hindu Buddha).
·      Istilah Arab digunakan dalam tulisan jawi bahasa Melayu seperti sultan, syuur, masjid, alam.
·      Bahasa Melayu menjadi bahasa ilmu – seperti cerita panji, sastera pengaruh Arab, sastera seperti syair, guridam.
4.             Cara hidup
·      Sebelum Islam – cara hidup Anismisme, Hindu dan Buddha.
·      Kedatangan Islam maka cara hidup Islam diasimilasikan seperti bertudung dan bersongkok.
·      Islam dijadikan ‘ad – din ‘ iaitu cara hidup lengkap dan menyeluruh.
·      Kedatangan Islam turut mengubah sistem sosial seperti konsep persaudaraan, persamaan, tolong – menolong dan gotong – royong.
5.             Kesenian
·      Kesenian Islam contohnya seni khat, seni bina, seni ukir.
·      Seni khat ada pada batu nisan ( tulisan ayat al – Quran ), ukiran kayu, bilah mata keris, batu bersurat ( Terengganu ).
·      Makam di Pasai mempunyai pengaruh Parsi ( syair Parsi ).
·       Terdapat juga seni khat yang bertatahkan emas, perak.
·       Unsur seni kaligrafi turut mengambil contoh huruf Arab, ayat al – Quran dan tulisan jawi.
·      Pengaruh seni bina Islam boleh juga dilihat pada bentuk masjid, kubah, mimbar, mihrab dan menara azan seperti masjid Ubaidiyah Kuala Kangsar.
6.             Ekonomi
·      Baitulmal diperkenalkan di Acheh oleh Sultan Iskandar Muda yang berfungsi sebagai perbendaharaan negara (hasilnya diperoleh daripada zakat dan sedekah).
·      Islam menggalakkan umatnya mencari rezeki halal dan melarang mengemis.
·      Berdagang ekonomi yang halal digalakkan.
·      Perkara dilarang seperti riba, penindasan.

D.      Kerajaan Islam di Asia Tenggara

1.             Kerajaan Samudra Pasai
Agama Islam yang semakin berkembang, mampu mendirikan kerajaan Islam di Samudera   pasai pada tahun 1292 M dibawah seorang raja Al-Malikus Saleh. Bukti adanya kerajaan ini ialah ditemukannya makam-makam Raja-raja Samudra Pasai di dekat sebuah kampung yang terletak di tepi sebuah sungai yang bernama Pase, yang bermuara ke teluk Lho’ Seumawe. Makam-makam tersebut di nisannya berukirkan tulisan Arab huruf Riq’ah, yang tertua diantaranya ialah bertarikh Hijrah 629, bersetuju dengan tahun 1292 Masehi[8]. Jelaslah tertulis nama raja pertama itu, yaitu Al-Malikus Saleh.
Kerajaan Islam Samudera Pasai ada pengaruh dari kekerajaan Mamalik di Mesir. Persamaan nama dan gelar yang dipakai tidak jauh berbeda dengan gelar   yang dipakai di Masir. Gelar Al-Malikus Saleh adalah gelar yang dipakai  oleh pembangun Kerajaan Mamalik yang pertama di Mesir yaitu ‘Al-Malikus Saleh Ayub.
Kerajaan Pasai mengalami perkembangan  pesat dimasa pemerintahan Al-Malikuz Zahir II tahun 1326-1348 M. Al-Malikuz Zahir mendalami ilmu agama. Ia banyak melakukan kegiatan-kegiatan untuk memajukan agama. Keterangan yang diberikan Ibnu Batutah[9] dalam kisah perjalanannya tentang Sultan Al-Malikuz Zahir itu sangatlah penting didalam menyusun sejarah. Ibnu Batutah menceritakan bahwasannya sultan itu sangatlah teguh memegang agama dan baginda bermazhab Syafi’i. Selain itu sultan pun rupanya mempunyai armada kapal dagang yang bersar.
2.             Kerajaan Malaka (803-917 H/1400-1511M)
Malaka dikenal sebagai pintu gerbang Nusantara. Sebutan ini diberikan mengingat peranannya sebagai jalan lalulintas bagi pedagang-pedagang asing yang berhak masuk dan keluar pelabuahan-pelabuhan Indonesia. Letak geografis Malaka sangat menguntungkan, yang menjadi jalan silang antara AsiaTimur dan asia Barat. Dengan letak geografis yang  demikian membuat Malaka menjadi kerajaan yang berpengaruh atas daerahnya[10].
Awalnya wilayah ini diperintah oleh para pemimpin-pemimpin hindu, hingga akhirnya Pangeran Iskandar Syah memeluk Islam, lalu diikuti oleh rakyatnya. Setelah itu Malaka menjadi pusat dakwah Islam, disamping juga sebagai pusat perdagangan penting. Iskandar Syah wafat pada tahun 828 H/1424 M[11].
Malaka kemudian berkembang menjadi kekaisaran yang memiliki wilayah yang luas, mencangkup semenanjung Melayu seluruhnya dan sebagian besar sumatera. Bendera islam juga dibawa keluar Malaka, lalu tersebar di kepulauan-kepulauan Asia Selatan dan Timur. Kesultanan Malaka mempunyai pengaruh di daerah Sumatera dan sekitarnya, dengan mempengaruhi daerah-daerah tersebut untuk masuk Islam seperti: Rokan Kampar, India Giri dan Siak. Kesultanan Malak ajuga merupakan pusat perdagangan.
Kerajaan Malaka menjalin hubungan baik dengan Jawa, mengingat bahwa Malaka memerlukan bahan-bahan pangan dari Jawa. Di mana hal ini untuk memenuhi kebutuhan  kerajaannya sendiri. Persediaan dalam bidang pangan dan rempah-rempah harus selalu cukup  untuk melayani semua pedagang-pedagang. Begitu pula pedangan-pedagang Jawa juga membawa rempah-rempah dari Maluku ke Malaka. Selain dengan Jawa, Malaka juga  menjalin hubungan dengan Pasai. Pedagang-pedangan Pasai membawa lada ke pasaran  Malaka. Dengan kedatangan pedagang Jawa dan Pasai, maka perdagangan di Malaka menjadi  ramai dan lebih berarti bagi para pedagang Cina. Selain dalam bidang ekonomi, Malaka juga  maju dalam bidang keagamaan. Banyak alim ulama datang dan ikut mengembangkan agama  Islam di kota ini. Penguasa  Malaka dengan sendirinya sangat besar hati. Meskipun penguasa  belum memeluk agama Islam namun pada abad ke-15 mereka telah mengizinkan agama  Islam berkembang di Malaka. Penganut-penganut agama Islam diberi hak-hak istimewa bahkan penguasa membuatkan bangunan masjid[12].
Diantara sultan-sultan Malaka yang terkenal adalah Muhammad Syah, Manshur Syah, dan Mahmud Syah. Malaka jatuh ke tangan penjajah Protugis setelah ditemukannya jalur Ro’su ar-Roja’us Salih pada tahun 917/1511 M[13].
3.             Kerajaan Aceh (920-1322 H/1514-1904 M)
Pada abad ke-16, Aceh mulai memegang peranan penting dibagin utara pulau Sumatra, pada tahun 1521 kerajaan Samudra Pasai ditaklukan oleh portugis yang menduduki selama tiga tahun. Pada tahun 1524 M dianeksasi oleh kerajaan Aceh yang kemudian kerajaan Pasai berada di bawah kekuasaan Aceh. Dari Pasai dan Aceh Islam kemudian memancar ke seluruh peloksok nusantara yang terjangkau oleh juru dakwahnya[14].
Kerajaan ini terletak disebelah utara Sumatera[15], wilayah ini memiliki posisi yang sangat penting karena dua hal, yaitu karena penyebaran Islam dan perlawanan terhadap penjajah. Raja pertamanya adalah Ali Mughit Syah ( 920-935 H / 1514-1520 M). Kebesaran kerajaan Aceh  ketika diperintah oleh Alauddin Riayat Syah. Kekuasaannya sampai ke wilayah Barus. Dua putra Alauddin Riayat Syah kemudian diangkat menjadi Sultan Aru dan sultan Parlaman dengan nama resmi Sultan Ghori dan Sultan Mughal. Aceh menjalin hubungan yang baik dengan Turki, hal ini terbukti di mana ketika Aceh mengahadapi  balatentara Portugis Aceh meminta bantuan Turki tersebut. Dalam membangun aggkatan perangnya yang baik hal ini pun berkat bantuan Turki[16].
Masa kesultanan Iskandar Muda (1016-1047 H / 1607-1637 M) merupakan masa paling gemilang bagi Aceh, dimana kekuasaannya meluas dan terjadi penyebaran Islam hampir di seluruh Sumatera. Dia juga berhasil mengalahkan orang-orang Protugis.
Kemudian kondisi negeri mulai mengalami penurunan disebabkan oleh banyaknya peperangan dan krisis ekonomi . juga beralihnya kekuasaan ketangan ratu-ratu dalam beberapa masa. Juga karena peperangan yang terus menerus melawan Barat, yang menyebabkan penderitaan yang sangat berat bagi Aceh. Namun akhirnya dia berhasil keluar dari ujian dan rintangan ini. Akhirnya negeri ini jatuh ketangan Belanda pada tahun 1322H/1904M[17].
4.             Kerajaan Demak (Jawa) (918-920 H / 1512-1552 M)
Di Jawa Islam disebarkan oleh para wali songo (wali sembilan)[18], para wali menjadikan Demak sebagai pusat penyebaran Islam dan sekaligus menjadikannya sebagai kerajaan Islam. Demak merupakan salah satu kerajaan yang bercorak Islam yang berkembang di pantai utara Pulau Jawa, kerajaan ini hanya berumur pendek, namun para rajanya merupakan pahlawan-pahlawan mujahid terbaik. Raja pertama mereka adalah Raden Fatah, yang berhasil menjadikan negerinya sebagai sebuah negara independen pada masanya. Setelah itu anaknya Patih Yunus berkuasa, dia berhasil mengadakan perluasan wilayah kerajaan. Dia menghilangkan kerajaan Majapahit yang beragama Hindu, yang pada saat itu sebagian wilayahnya menjalin kerja sama dengan orang-orang Protugis.
Setelah wafatnya patih Yunus pada tahun 938 H / 1531 M[19], memerintahlah raja paling terkenal dari kerajaanini yaitu Raden Trenggono. Dia adalah seorang  mujahid besar yang diantara hasil usahanya yang terkenal adalah masuknya islam ke daerah Jawa Barat. Dia wafat pada tahun 953 H / 1546 M.
5.             Kerajaan Banten (960-1096 H/1552-1684 M)
Banten merupakan kerajaan Islam yang mulai berkembang pada abad ke-16, setelah pedagang-pedagang India, Arab, persia, mulai menghindarai Malaka yang sejak tahun 1511 telah dikuasai Portugis. Dilihat dari geografinya, Banten merupakan pelabuhan yang penting dan ekonominya mempunyai letak yang strategis dalam penguasa Selat Sunda, yang  menjadi urat nadi dalam pelayaran dan perdagangan melalui lautan Indonesia dibagian  selatan  dan  barat Sumatera. Kepentingannya sangat dirasakan terutama waktu selat Malaka dibawah pengawasan politik Portugis di Malaka[20].
Kerajan ini terpisah dari kerajaan Demak. Mencapai puncak kejayaannya pada masa Sultan Hasanuddin, yang merupakan raja pertamanya (960-978 H / 1552-1580 M). Melalui kekuasaan anaknya, Sultan Yusuf ( 978-988 H / 1575-1580 M), penyebaran Islam di Jawa semakin bertambah. Kerajaan ini menjadi pusat perdagangan yang penting[21].
Raja Banten yang paling terkemuka adalah Sultan Ageng Tirtayasa. Pada masanya pemerintah mencapai puncak kebesaran dan kemuliaannya. Karena itulah, orang-orang Belanda memutuskan usaha mereka dalam menghadapi kerajaan ini, hingga berhasil mengalahkan Banten pada tahun 1096 H / 1684 M.
6.             Kerajaan Mataram Islam
Pada tahun 1583 M kerajaan ini diperintah oleh seorang muslim yang bernama Sinopati[22]. Dia berorientasi untuk menyebarkan Islam di seluruh Jawa, juga berhasrat membentuk sebuah kerajaan yang bersatu.
Raja Mataram yang paling terkemuka adalah Sultan Agung, cucu sang pendiri Mataram. Masa kekuasaannya berlangsung antara tahun 1022-1056 H / 1613-1646 M. Dia berhasil memperluas kekuasaannya ke banyak negeri, menyebarkan islam di Jawa Tengah serta Memantapkan kedudukannya di wilayah ini. Setelah kematian Sultan, timbullah pertikaian di dalam pemerintahan, yang akhirnya memungkinkan belanda mengalahkan mereka.
7.             Kerajaan Gowa (Makassar) (1078 H / 1667 M hingga abad ke-13 H / 19 M)
Kerajaan ini berada di kepulauan Sulawesi yang dahulu merupakan kota pelabuhan yang penting. Kerajaan Gowa mengadakan ekspansi ke Bone tahun 1611, namun ekspansi itu menimbulkan permusuhan antara Goa dan Bone[23]. Penyebaran Islam yang dilakukan oleh Gowa berhasil, hal ini merupakan tradisi yang mengharuskan seorang raja untuk menyampaikan hal baik kepada yang lain. Oleh karena itu kerajaan gowa menyampaikan “pesan Islam” kepada kerajaan-kerajaan lain seperti Luwu yang lebih tua, Wajo, Sopeng, dan Bone. Raja Luwu segera menerima “pesan Islam” it. Sementara itu tiga kerajaan: wajo, Soppeng, dan Bone yang terkait dalam aliansi Tallumpoeco (tiga kerajaan) dalam perebutan hegemoni dengan gowa-Tallo, Islam kemudian melalui peperangan. Wajo menerima Islam tanggal 10 Mei 1610 dan Bone tanggal 23 November 1611. Raja Bone yang pertama masuk Islam adalah yang dikenal Sultan Adam[24].
Akhirnya kerajaan ini terlibat peperangan melawan Belanda[25] selama hampir kurang lebih 50 tahun, dengan dipimpin oleh rajanya Sultan Hasanuddin. Dia berhasil membukukan kemenangan besar atas mereka serta berhasi menggabungkan sejumlah kepulauan ke dalam kerajaannya. Pada kesempatan yang lain Belanda sebenarnya gagal meraih kemenangan. Namun setelah melalui fitnah yang diembuskan  diantara raja dan pengikut-pengikutnya, akhirnya belanda berhasil mengalahkan kerajaan ini.

E.       Negara-Negara Islam di Asia Tenggara

1.             Perkembangan Islam di Indonesia
Islam di Indonesia mulai berembang mulai abad ke 1-5 H/7-8 M, cikal bakal kekuasaan islam telah dirintis pada priode abad ini, tetapi semuanya tenggelam dalam hegemoni maritim Sriwijaya yang berpusat di Palembang dan kerajaan Hindu-Jawa seperti Singasari dan MajaPahit di Jawa Timur[26]. Pada priode ini para pedagang dan mubaligh muslim hanya berbentuk komunitas-komunitas islam.
Islam tersebar di wilayah indonesia pada pertengahan abad ke 8 H/ 14 setelah berdirinya beberapa kerajaan Islam. Salah satunya adalah kerajaan Malaka yang memiliki peranan besar dalam penyebaran Islam di Indonesia. Setelah itu para dai menyebarkannya ke seluruh pulau-pulau Indonesia dan giat menyebarkannya sehingga Islam tersebar merata. Pada abad ke-10 H/ 16 M Indonesia jatuh ke dalam penjajahan Protugis. Kemudian dikuasai Belanda pada tahun 1230 H/1814 M.
Ilmuwan  Belanda lainnya, Muquette, menyimpulkan bahwa asal-usul Islam di Nusantara adalah Gujarat di pesisir selatan India. Dia mendasrkan kesimpulannya setelah mempertimbangkan gaya batu nisan yang ditemukan di Pasai, Sumatera Utara, khususnya yang bertanggal 17 Dzuhijjah 831 H / 27 September 1428 M, yang identik dengan  batu nisan yang ditemukan di makam Maulana Malik Ibrahim (1419 M) di Gresik, Jawa timur. Dia menyatakan lebih lanjut bahwa corak batu nisan yang ada di Pasai dan Gresik sama dengan yang ditemukan di Cambay, Gujarat. Dia berspekulasi bahwa dari penemuanpenemuan itu, batu nisan Gujarat tidak hanya diproduksi untuk pasar lokal,   tetapi juga untuk pasar luar negeri termasuk Sematera dan Jawa. Oleh karena itu, berdasarkan logika linier, Moquette menyimpulkan bahwa karena mengambil batu nisan   dari Gujarat, orangorang Melayu-Indonesia jugamengambil Islam dari wilayah tersebut. Dengan logika linier yang lemah itu tidak heran kalau kesimpulan Muquette ditentang oleh Fatimi yang berpendapat bahwa salah jika mengaitkan seluruh batu nisan yang ada di Pasai, termasuk batu nisan Malik Al-Shalih, dengan Cambay. Menurut   penelitiannya sendiri, gaya batu nisan Malik Al-Shalih sangat berbeda dengan corak batu nisan Gujarat dan  prototype  Indonesianya.  Fatimi berpendapat bahwa pada  kenyataannya bentuk batu nisan itu sama dengan yang  ada di Bengal. Oleh karena itu, sama dengan logika linier Moquette, Fatimi ironisnya menyimpulkan bahwa semua batu nisan itu  pasti diimpor dari Bengl. Ini menjadi alasan utamanya untuk menyimpulkan lebih lanjut bahwa asal-asul Islam di Kepulauan Melayu-Indonesia adalah daerah Bengal (kini, Bangladesh).
Agaknya teori Fatimi sangat terlambat untuk menolak teori Moquette karena ada sejumlah pakar lain yang telah mengambil alih  kesimpulan Moquette. Yang menonjol diantara mereka adalah Kern, Bousquet, Vlekke, Gonda, Schrieke dan Hall. Namun, sebagian diantara mereka memberikan tambahan argumentasi untuk mendukung Moquette.   Ahli sastra Melayu, William Winstedt, misalnya menunjukkan  batu nisan yang sama di Bruas, tempat sebuah kerajaan melayu Kuno di Perlak, Semenanjung Malaya. Dia menyatakan bahwa semua batu nisan di Barus, Pasai dan Gresik diimpor dari  Gujarat, maka Islam pasti pula dibawa dari sana. Dia juga menulis bahwa sejarah melayu mencatat adanya kebiasaan lama di daerah Melayu tertentu untuk mengimpor batu nisan dari India.
Sosiolog asal Belanda, Schrieke, mendukung teori itu dengan menekankan perananpenting yang dimainkan oleh para pedagang Muslim Gujarat dalam perdagangan di Nusantara dan sumbangan mereka terhadap penyebaran Islam. Namun, sebagian ahli lain memandang teori yang menyatakan asal-usul Islam di Nusantara adalah Gujarat tidak terlampau kuat.  Marison, misalnya berpendapat bahwa beberapa batu nisan di bagian tertentu Nusantara mungkin berasal dari Gujarat, tetapi tidak selalu berarti bahwa Islam juga dibawa dari sana ke kawasan ini. Marison membantah teori tersebut dengan menunjukkan kenyataan bahwa selama masa Islamisasi Samudera  Pasai, yang penguasa   Muslim  pertamanya  meninggal  pada 698 H / 1298 M.
Gujarat masih merupakan kerajaan Hindu yang menunjukkan sikap bermusuhan terhadap orang-orang Muslim. Baru pada tahun 699 H / 1298 M wilayah Cambay  dikuasai   oleh kaum Muslim. Jika Gujarat merupakan pusat para juru dakwah Islam dalam melakukan perjalanan menju kepulauan Melayu-Indonesia, maka Islam pasti telah tegak  dan tumbuh subur di Gujarat sebelum kematian Malik  al-Shalih, persisnya, sebelum  698H  /1297 M. Morrison lebih jauh mencatat,bahwa meskipun kaum Muslim menyerang Gujarat beberapa kali pada 415 H / 1024 M, 574 H / 1178 M dan 695 H / 1197 M, para raja Hindu mampu mempertahankan kekuasaan disana sampai 698  H / 1297 M. Kesimpulannya,   Morison mengemukakan teorinya bahwa Islam diperkenalkan dikepulauan Melayu-Indonesia oleh parajuru dakwah Muslim dariCoromandelpadaakhirabad ke-13.
Penting dicatat bahwa menurut Arnold, Coromandel dan Malabar bukan satu-satunya tempat asal kedatangan Islam, melainkan juga dari wilayah Arab. Dalam pandangannya, padagang Arab juga membawa Islam ketika mereka menguasai perdagangan  Barat-Timur semenjak awal abad ke-7 dan ke-8. Meskipun tidak ada catatan sejarah ihwal  penyebaran Islam oleh mereka, adalah patut diduga bahwa dalam satu hal atau lainnya mereka terlibat dalam penyebaran Islam kepada kaum  pribumi. Argemen ini tampaknya lebih masuk akal jika orang mempertimbangkan, misalnya, fakta yang disebutrkan sebuah sumber di  Cina bahwa menjelang perempatan ketiga abad ke-7 seorang Arab pernah  menjadi  pemimpin pemukiman Arab  Muslim di pesisir Barat Sumatera. Beberapa orang Arab ini  melakukan kawin campur dengan penduduk pribumi sehingga  kemudian  membentuk nucleus  sebuah komunitas Muslim yangpara anggotanya, ungkap Arnold telah memeluk Islam.
Menurut Hikayat raja-raja Pasai yang  ditulis setelah 1350 (Hill, 1960:58-60), seseorang bernama Syaikh Ismail datang dengan perahu dari Makkah lewat Malabar menuju Pasai, tempat dia menonversi Merah silau, penguasa  daerah  tersebut ke dalam Islam. Merah Silau kemudian menggunakan gelar Malik Al-Shaleh, meninggal Dunia  1297 M. Kira-kira satu abad kemudian, sekitar 1414 M, menurut  sejarah  Melayu (yang dikompilasi setelah 1500), penguasa Malaka juga diislamkan oleh Sayyid Abd Al-Aziz, seorang Arab berasal dari Jeddah. Sang penguasa, Parameswara  menggunakan nama dan gelar Sultan Muhammad Syah tidak lama setelahmasukIslam (Djajadining,1982:12).
Ada empat hal utama yang ingin disampaikan historiografi tradisional lokal   semacam ini. Pertama, Islam di Nusantara dibawa langsung dari tanah Arab. Kedua,   Islam diperkenalkan oleh para guru atau Juru Dakwah ‘profesional”. Ketiga, orang-orang yang pertama kali masuk Islam adalah para penguasa. Keempat, sebagian besar para juru dakwah “professional” datang di Nusantar  pada abad ke-12 dan ke-13. Orang-orang Muslim dari luar memang telah ada di Nusantara sejak abad pertama Hijriah, sebagaimana yang dinyatakan oleh Arnorld dan ditegaskan oleh kalangan ahli Melayu-Indonesia, tetapi jelas bahwa hanya setelah abad ke-12 pengaruh Islam dikepulauan Melayu menjadi lebih jelas dan kuat.  Oleh karena itu, Islamisasi  tampaknya baru  mengalami percepatan khususnya selama abad ke-12sampaiabad ke-16
2.             Perkembangan Islam di negara Malaysia
Islam masuk ke wilayah ini lewat jalan pedagang-pedagang Arab. Disebutkan bahwa mereka samai ke Malaka pada tahun 675 H / 1276 M. Raja Malaka masuk Islam melalui tangan mereka, dan mengganti namanya menjadi Muhammad Syah, lalu diikuti oleh rakyatnya. Malaka merupakan kerajaan islam pertama di sana.
Islam sampai ke Malaysia belakangan dari sampainya Islam di Indonesia yang sudah terlebih dahulu pada abad ke tujuh[27]. Berdasarkan keterangan ini, maka asal usul masuknya Islam ke Malaysia berdasar pada yang dikemukakan Azyumardi Azra bahwa Islam datang dari India, yakni Gujarat dan Malabar.
Sebelum Islam datang wilayah Asia Tenggara, Malaysia adalah berada di jalur perdagangan dunia yang Menghubungkan kawasan-kawasan di Arab dan Indiadengan Wilayah China, dan dijadikan tempat persinggahan sekaligus pusat perdagangan yang amat penting. Maka tidak heran jika wilayah ini juga menjadi pusat bertemunya berbagai keyakinan dan agama (a cross-roads of religion) yang berinteraksi secara kompleks lengkap[28].
Pada abad ke-10 H / 16 M, Protugis menginvansi Malaysia, kemudian diikuti oleh orang-orang Belanda ( 1051-1210 H / 1641-1795 M). Lalu Malaysia tunduk kepada penjajahan Inggris pada tahun 1230 H / 1814 M. Orang-orang Jepang sempat menguasai negeri ini selama Perang Dunia II. Kemudian wilayah ini kembali kepada Inggris setelah perang usai. Malaysia kemudian mengumumkan kemerdekaannya pada tahun 1377 H / 1957M  dan mendirikan Federasi Malaysia yang terdiri dari  11 provinsi. Sabah dan Serawak serta Singapura tergabung ke dalam wilayah ini. Kemudian Malaysia mengumumkan negeri itu sebagai Monarki Konstitusional pada tahun 1383 H / 1962 M[29].
Azyumardi Azra menyatakan bahwa tempat asal datangnya islam ke Asia Tenggara termasuk di Malaysia, setidaknya ada tiga teori. Pertama teori yang menyatakan bahwa Islam datang langsung dari Arab (Hadramaut). Kedua, islam datang dari india, yakni Gujarat dan Malabar. Ketiga Islam datang dari Benggali (Banglades).
Pola pertama Islam masuk ke Nusantara termasuk Malaysia melalui jalur perdagangan dan ekonomi yang melibatkan orang dari berbgai etnik dan ras yang berbeda-beda bertemu dan berinteraksi, serta bertukar pikiran tentang masalah perdagangan, politik, sosial, dan keagamaan. Seiring itu pola kedua mulai menyebar melalui pihak penguasa dimana istana sebagai pusat kekuasaan berperan dibidang politik dan penataan kehidupan sosial, dengan dukungan ulama yang terlibat langsung dalam biroksasi pemerintahan, hukum Islam dirumuskan dan diterapkan, kitab sejarah ditulis sebagai landasan legitimasi bagi penguasa muslim.
Memasuki abad ke-20, bertepatan dengan masa pemerintahan Inggris, urusan-urusan agama dan adat Melayu lokal di Malaysia di bawah koordinasi sultan-sultan dan hal itu diatur melalui sebuah departemen , sebuah dewan ataupun kantor sultan. Setelah tahun 1984, setiap negara bagian dalam federasi Malaysia telah membentuk sebuah departemen urusan agama. Orang-orang muslim di Malaysia juga tunduk pada hukum Islam yang ditetapkan sebagai hukum status pribadi, dan tunduk pada yurisdiksi pengadilan agama (mahkamah syariah) yang diketua hakim agama. Bersamaan dengan itu, juga ilmu pengetahuan semakin mengalami perkembangan dengan didirikannya perguruan tinggi Islam dan dibentuk fakultas dan jurusan agama[30]. Perguruan tinggi kebanggaan Malaysia adalah Universitas Malaya yang kini kita kenal Universitas Kebangsaan Malaysia.
Memasuki masa pasca kemerdekaan, jelas sekali bahwa pola perkembangan Islam tetap dipengaruhi oleh pihak penguasa (top down). Sebab, penguasa atau pemerintah Malaysia menjadikan Islam sebagai agama resmi negara. Warisan undang-undang Malaka yang berisi tentang hukum Islam yang berdasarkan konsep Qur’aniy berlaku di Malaysia. Malaysia merupakan negara yang multi etnis, terdiri atas orang Melayu, Cina, India, dan Pakistan. Mayoritas penduduknya beragama Islam, dan bahkan Islam merupakan agama resmi negara. Namun agama-agama lain dapat diamalkan dengan aman di Malaysia.
Dengan adanya perhatian pemerintahan terhadap Islam dan konstitusi negara yang banyak menguntungkan kepentingan umat Islam dan dengan adanya lembaga-lembaga dan organisasi Islam, pendidikan-pendidikan Islam serta kegiatan-kegiatan dakwah Islam, maka perkembangan Islam di Malaysia memiliki prospek yang sangat cerah.
3.             Perkembangan Islam di Negara Thailand
Di Muangthai (Thailand) terdapat sekitar 2,2 juta kaum muslimin atau 4% dari penduduk umumnya. Muangthai dibagi menjadi 4 propinsi, yang paling banyak menganut Islam yaitu di propinsi bagian selatan tepatnya di kota Satun, Narathiwat, Patani dan Yala. Pekerjaan kaum muslimin Muangthai cukup beragam, namun yang paling dominan adalah petani, pedagang kecil, buruh pabrik, dan pegawai pemerintahan. Agama Islam di Muangthai merupakan minoritas yang paling kuat di daerah Patani pada awal abad ke-17 pernah menjadi salah satu pusat penyebaran Islam di  Asia Tenggara dan menghasilkan ulama besar seperti Daud bin Abdillah bin Idrisal-Fatani.
Umat Islam memiliki sejarah yang panjang dalam kerajaan thailand. Hubungan mereka dengan masyarakat Thailand serta peran mereka dalam negara dapat ditelusuri kezaman kerajaan ayyuthaya. Kedatangan Islam di negri Mughtai telah terasa pada masa kerajaan Sukhathai diabad ke-13, yang merupakan buah dari hubungan dagang yang dibagun oleh para saudagar muslim. Hal ini bermula dari dua orang bersaudara dari persia yaitu Syeikh Ahmad dan Muhammad syaid yang juga disebut Khaek Chao Sen (satu cabang mazhab syiah), menetap di kerajaan tersebut yang terus melakukan perdagangan sekaligus menyebarkan agama Islam. Sebelum berdirinya kerajaan Ayyuthaya sebagai pengganti kerajaan Shukhotai setelah yang terakhir ini runtuh pada abad ke-14, Islam telah memiliki kekuatan politik yang sangat besar. Perdagangan merupakan perintis proses islamisasi dan perkembangan politik kerajaan-kerajaan martim diwilayah kepulauan di abad ke-15, 16, dan 17. Perdagangan juga pulalah yang merupakan faktor dominan yang mendekatkan Islam dengan kerajaan Ayyuthaya.
Sekelompok Islam lainnya, yang menjadi penduduk mayoritas di negeri ini sekarang tinggal di empat provinsi bagian selatan, yaitu Pattani, Yala, Naratiluat, dan Satul. Juga termasuk bagian dari provinsi Shongkala. Seluruh provinsi ini dahulunya masuk wilayah kerajaan Pattani pada abad ke-12, sebelum kerajaan Sukhotaiberdiri. Daerah ini merupakan wilayah muda di negara Thailand, baik secara politik maupun administratif. Pencaplakan yang dilakukan oleh kerajaan Thailand telah melahirkan masalah utama mengenai minoritas muslim di Thailand. Orang-orang muslim yang berasal dari pattani yang dibawa ke Bangkok oleh tentara Thailand sebagai tawanan perang pada awal masa perang pertama dan kedua. Dan orang-orang ini lah kemudian menjadi bagian utama dari masyarakat Islam di Thailand Tengah dan sebagian dari mereka tetap memelihara budaya dan bahasa mereka[31].
Secara historis kelompok masyarakat muslim telah ada sejak awal berdirinya negara Thailand dan memiliki peran penting dalam masyarakat. Pada perkembangan selanjutnya Mughtai ikenal secara luas sebagai negara yang mengalami perkembangan yang sangat cepat dibidang ekonomi sosial, budaya. Sementara itu, komunitas muslim merupakan komunitas minoritas yang secara umum dianggap salah satu yang paling konservatif dan tradisional dari masyarakat Thai sehubungan dengan lingkungan yang sedang mengalami perubahan. Unyuk itu relegio kultural merupakan identitas yang paling penting dalam jaringan hubungan umat Islam dan Budha di Thailand. Karena perkembangan dan dinamisasi masyarakat muslim Thailand banyak diwarnai oleh masalah tersebut.
4.        Perkembangan Islam di Negara Filipina
Hampir semua silsilah bermula pada masa raja sipad (Bahasa Sansekerta: Raja Shiripaduka). Pada masa pemerintahan di pulau Jolo, datanglah seorang muslim bernama Tuanku Masha’ika kee suatu tempat yang disebut Maimbuang (bagian selatan pulau Jolo). Sebuah batu nisan atas nama Maqhealhe ditemukan di Badatto, tidak jauh dari Jolo pulau Sulu. Penemuan batu nisan inilah yang dijadikan salah satu bukti Arkeologis masuk dan berkembangnya Islam di Filipina, pada waktu itu masyarakat pulau Jolo masih mengatut Animisme dan Dinamisme.
Masuknya agama Islam di pulau Mindanao adalah di dalam abad kelima belas juga. Yang mula-mula membawanya ialah ‘Syarif’ Kebungsuan yang datang dari negeri Johor. Kapten Thomas Forst, yang menulis ceritanya dalam tahun 1775 M. Mengakui bahwa orang Arab yang mula-mula masuk pulau Mindanao 300 tahun yang lalu, adalah keturunan-keturunan syarif dari Mekah[32].
Dalam catitan sejarah pulau Sulu (Filipina) memeluk islam, yang datang ke sana ialah Sayid Abdul Aziz yang dahulu telah mengislamkan Sultan Muhammad Syah di Melaka (permaisura itu juga). Kemudian itu datanglah penyair Islam yang kedua, orang Arab juga, namanya Abu Bakar. Dia datang kesana sudah melalui Palembang dan Brunei. Sesudah dia barulah datang seorang bangsawan dari Minangkabau, bernama Rajo Bagindo.
Para peneliti sejarah menyebutkan bahwa Islam masuk ke wilayah Filipina melalui jalan Sumatra dan Melayu, ini dimulai Sekitar Tahun 270 H / 883 M[33].
BAB III
PENUTUP
A.      Kesimpulan
Berdasarkan uraian tulisan mengenai masuk dan berkembangnya kebudayaan Islam di Asia Tenggara, maka dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya Islam masuk ke Asia Tenggara melalui jalur perdagangan yang di bawa oleh para pedagang muslim Arab, India maupun dari Cina.
Islam masuk ke Asia tenggara mulai dari abad ke 1 H/ 7 M yang dibawa oleh pedagang-pedagang muslim yang berlayar ke Asia Tenggara, yang pertama kali berlabuh di pesisir pulau Sumatra tepatnya di Pesisir Pasai (Aceh). Islam kemudian berkembang menjdi kerajaan kerajaan islam pada abad ke 8 H / 14 M. Diantara kerajaan-kerajaan Islam di Asia Tenggara yang memiliki peranan besar dalam perkembangan Islam di Asia Tenggara ialah kerajaan Samudra Pasai, kerajaan Malaka, kerajaan Aceh Darussalam, kerajaan Demak, kerajaan Banten, kerajaan Mataram Islam, kerajaan Gowa (Gowa-Tallo), serta kerajaan semenanjung melayu. Islamisasi di Asia Tenggara dengan cara damai dan berangsur, melaui beberapa saluran Islamisasi, diantaranya saluran perdagangan, saluran perkawinan, saluran tasauf, saluran pendidikan, saluran kesenian, dan saluran politik. Islam mudah diterima dalam masyarakat Asia tenggara karena islam memiliki keistimewaan diantaranya adalah Konsep Tuhan yang esa, keadilan hak individu dan masyarakat, kehidupan yang harmoni, menyinggung akhlak mulia, berfikir secara rasional, memandang derajat sesama makhluk tanpa perbedaan derajat, serta tidak bersifat memaksa. Kedatangan islam membawa pengaruh yang sangat besar dalam kehidupan sosial, ekonomi maupun politik di kawasan Asia Tenggara.
B.       Saran
Berdasarkan pemaparan kesimpulan diatas, penulis memberikan beberapa uraian saran untuk dijadikan bahan pertimbangan, diantaranya ialah
1.      Untuk mengetahui asal-muasal agama Islam di Asia tenggara maka perlu diketahui sejarah dan bukti-bukti dari peradaban isam.
2.      Untuk melestarikan sejarah Islam, maka perlu sekali diketahui dan dipelajari dan mencari informasi tentang sejarah peradaban islam.

DAFTAR PUSTAKA

Al-Usairy, Ahmad. (2013). Sejarah Islam Sezak Zaman Nabi Adam Hingga Abad XX. Jakarta: Akbar Media.
Hamka, Prof.Dr. (2006). Sejarah Umat Islam. Singapura: Pustaka Nasional Pte Ltd.
Yatim, Badri. (2008). Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.
Tjandrasasmita,  Uka,  (Ed.). (1984). Sejarah  Nasional  Indonesia  III. Jakarta:  PN  Balai Pustaka.
Supriyadi, Dedi. (2008). Sejarah Peradaban Islam. Bandung: Pustaka Setia.
Zuhairini. (1986). Sejarah pendidikan Islam. Jakarta: Proyek Prasarana dan Sarana Perguruan Tinggi Agama, Direjen Pembinaan Kelembagaan Agama Islam.
Hasbullah. (2001). Sejarah Pendidikan Islam. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.
Thohir, Ajid. (2002). Perkembangan Peradaban Islam di Kawasan Dunia Islam. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.
Ilaihi, Wahyu, dan Hefni, Harjani. (2007). Pengantar Sejarah Dakwah. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.


[1] Dr. Badri Yatim, M.A,sejarah peradaban Islam dirasah Islamiyah II,(Jakarta:PT RajaGrafindo Persada,2008),hlm. 200.
[2] Ibid., hlm. 201
[3] Ibid., hlm. 201.
[4] Kedatangan  ahli  tasawuf di Indonesia diperkirakan terutama sejak abad ke-13 yaitu masa perkembangan dan persebaran ahli-ahli tasawuf dariPersia dan India. Perkembangan tasawuf yang paling  nyata adalah di  Sumatra  dan  Jawa  yaitu  abad  ke-16  dan  ke-17. (Uka Tjandrasasmita (Ed.), Sejarah Nasional Indonesia III,  (Jakarta:  PN Balai Pustaka,  1984), hlm. 218)
[5] Dr. Badri Yatim, M.A, op.cit., hlm. 203.
[6] Uka Tjandrasasmita (Ed.), op.cit., hlm. 205.
[7] Dr. Badri Yatim, M.A, op.cit., hlm. 203-204.
[8] Prof. Dr. Hamka, op.cit., hlm. 703.
[9] Ibid, hlm.704.
[10] Daerah yang berada di bawah kekuasaan Malaka kebanyakan terletak di Sumatera diantaranya: Kampar, Minangkabau, Siak, dan kepulauan Riau-Lingga. (Uka Tjandrasasmita (Ed.), op.cit., hlm. 18).
[11] Ahmad Al-Usairy, Sejarah Islam sejak zaman Nabi Adam hingga abad xx, (Cet, XI; Jakarta: AKBAR MEDIA, 2013), hlm. 337.
[12] Uka Tjandrasasmita (Ed.), op.cit., hlm. 19.
[13] Ahmad Al-Usairy, op.cit., hlm. 337.
[14] Dedi Supriyadi, Sejarah Peradaban  Islam, (Bandung: Pustaka Setia, 2008), hlm. 195.
[15] Ahmad Al-Usairy, op.cit., hlm. 449.
[16] Badri Yatim, op.cit., hlm. 209.
[17] Ahmad Al-Usairy, op.cit., hlm. 449.
[18] Di Jawa berdasarkan cerita tradisional dan babad-babad, yang mendapat gelar wali dianggap sebagai pembawa dan penyebar Islam di daerah-daerah pesisir. Tidaklah semua wali yang tergolong Wali sango atau wali sembilan berasal dari negeri luar. Bahkan sebagian besar dari wali sango menurut cerita dalam babad-babad berasal dari Jawa sendiri. (Uka Tjandrasasmita (ED.), op.cit., hlm. 197.)
[19] Ahmad Al-Usairy, op.cit., hlm. 450.
[20] Uka Tjandrasasmita (Ed.), op.cit., hlm. 9.
[21] Ahmad Al-Usairy, op.cit., hlm. 450.
[22] Ibid., hlm. 451.
[23] Ada dua  kemungkinan mengapa Kerajaan Goa-Tallo mengadakan ekspansi diantaranya  :1) kemungkinan diakibatkan oleh dorongan agama Islam yang baru masuk. 2) kemungkinan karena kekayaan  yang diperoleh dari  perdagangan yang ramai di pelabuhannya yang merupakan pelabuhan transit. (Uka Tjandrasasmita (Ed.), op.cit., hlm. 31.
[24] Dr. Badri Yatim, op.cit., hlm. 224.
[25] Ahmad Al-Usairy, op.cit., hlm. 451.
[26] Dr. Badri Yatim, op.cit,. hlm. 194.
[27] Zuhairini, Sejarah pendidikan Islam (Cet. II; Jakarta: Proyek Prasarana dan Sarana Perguruan Tinggi Agama, Direjen Pembinaan Kelembagaan Agama Islam, 1986), hlm. 133.
[28] Hasbullah, Sejarah Pendidikan Islam, (Cet, IV; Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2001), hlm. 17
[29] Ahmad Al-Usairy, op.cit., hlm. 507.
[30] Ajid Thohir, Perkembangn Pradaban Islam di Kawasan Dunia Islam, (Cet. I; Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2002), hlm. 268-269.
[31] Wahyu Ilahi dan Harjani Hefni, “Pengantar Sejarah Dakwah” (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2007), hlm. 161-164.
[32] Prof. Dr. Hamka, op.cit., hlm. 678.
[33] Ahmad Al-Usairy, op.cit., hlm. 337.



1 komentar:

azhar anjir mengatakan...

terima asih maqalahx