Metode Ilmiah Filsafat
Metode Ilmiah umum
Metode ilmiah yang bersifat umum
masih dapat dibagi menjadi dua, yaitu metode analitiko sistensis dan metode
non-deduksi.
1.
Metode Analitiko-Sintesis.
Metode analitiko-sintesis merupakan
gabungan dari metode analisis dan metode sintesis.[1]
Metode analisis ialah cara penanganan terhadap barang sesuatu atau sesuatu
objek ilmiah tertentu dengan jalan memilah-milahkan pengertian yang satu dengan
pengertian yang lainnya. Pengetahuan analitik a priori misalnya, defenisi
segitiga yang mengatakan bahwa segitiga merupakan suatu bidang yang dibatasi
oleh tiga garis lurus yang saling beririsan yang membentuk sudut-sudut yang
berjumlah 180 derajat.
Pengetahuan analitik a posteriori
berarti kita dengan menerapkan metode analisis terhadap suatu bahan yang
terdapat di alam empiris atau dalam pengalaman sehari-hari memperoleh suatu
pengetahuan tertentu. Pengetahuan yang diperoleh dengan menerapkan metode
sintesis dapat berupa pengetahuan sintesis a priori dan pengetahuan sintesis a
posteriori.
Metode sintesis ialah cara
penanganan terhadap suatu objek tertentu dengan cara menggabungkan pengertian
yang satu dengan pengertian yang lainnya sehingga menghasilkan sesuatu
pengetahuan yang baru.
A posteriori menunjuk kepada hal-hal
yang adanya berdasarkan atau terdapat melaui pengalaman atau dapat dibuktikan
dengan melakukan sesuatu tangkapan
indrawi. Pengetahuan sintesis a posteriori itu merupakan pengetahuan yang
diperoleh dengan cara menggabung pengertian yang satu dengan yang lain yang
menyangkut hal-hal yang terdapat dalam alam tangkapan indrawi atau yang adanya
dalam pengalaman empiris.
2.
Metode Non-Deduksi.
Metode non-deduksi merupakan
gabungan dari metode deduksi dan metode induksi.[2]
Metode deduksi ialah cara penanganan terhadap suatu objek tertentu dengan jalan
menarik kesimpulan mengenai hal-hal yang bersifat khusus berdasarkan atas
ketentuan hal-hal yang bersifat umum.
Metode induksi
ialah cara penanganan terhadap suatu objek tertentu dengan jalan menarik
kesimpulan yang bersifat umum atau yang bersifat lebih umum berdasarkan atas
pemahaman atau pengamatan terhadap sejumlah hal yang bersifat khusus.
Metode Penyelidikan Ilmiah
Metode penyelidikan ilmiah dapat
dibagi menjadi dua, yaitu metode penyelidikan yang berbentuk daur atau metode
siklus empiris dan metode vertical atu yang berbentuk garis lempang atau metode
linier.[3]
1.
Metode Siklus Empiris
Metode siklus empiris ialah suatu cara penanganan terhadap suatu objek
ilmiah tertentu yang biasanya bersifat empiris-kealaman dan yang penerapannya
terjadi di tempat yang tertutup, seperti di dalam laboratorium dan sebagainya.
Secara singkat dapatlah dikatakan
bahwa penerapan metode siklus empiris itu berupa pengamatan terhadap sejumlah
hal atau kasus yang sejenis, kemudian berdasarkan atas pengamatan itu kita menarik
kesimpulan yang bersifat sementara berupa ‘hipotesis-hipotesis’ dan dalam babak
terakhir, kita menguji atau mengadakan pengujian terhadap hipotesis-hipotesis
itu dalam berbagai eksperimen.
2.
Metode linier
Metode linier atau metode vertikal
digunakan dalam penyelidikan yang pada umumnya mempunyai objek material berupa
hal-hal yang pada dasarnya bersifat kejiwaan, yaitu yang lazimnya berupa atau
terjelma dalam tingkah laku manusia dalam berbagai bidang kehidupan. Penerapan
metode ini apabila dikatakan mengambil bentuk garis tegak lurus berarti suatu
proses yang bertahap-tahap, dan apabila dikatakan mengambil bentuk garis
lempang berarti proses yang bersifat setapak demi setapak.
Penerapan metode semacam ini diawali
dengan pengumpulan bahan-bahan penyelidikan secukupnya, kemudian dikelompokkan
menurut pola atau bagan tertentu. Dalam babak terakhir kita menarik kesimpulan
yang umum berdasarkan atas pengelompokkan bahan itu dan apabila dipandang perlu
kita pundapat pula mengadakan peramalan atau prediksi yang menyangkut objek
penyelidikan yang bersangkutan. Penyelidikan semacam ini biasanya dilakukan di
alam bebas atau di alam terbuka, yaitu kelompok manusia tertentu.
[1] Drs. Surajiyo, Filsafat Ilmu, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008),
hlm. 36.
[2] Ibid., hlm. 36-37.
[3] Ibid., hlm. 37.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar