SUBYEK SASARAN DAKWAH - bertambah dan berkurangnya iman serta potensipositiv manusia


SUBYEK SASARAN DAKWAH


A. Pendahuluan

        Dakwah merupakan suatu aktifitas yang mempersuasif manusia agar dapat menjalankan kehidupannya sesuai dengan tuntutan agama Islam atau jalan yang lurus menuju Allah agar mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat. Unsur atau bagian yang terpenting dalam aktifitas dakwah ialah orang yang menyampaikan pesan dakwah atau disebut dengan istilah da’i yang di dalam ilmu komunikasi disebut dengan komunikan. Tanpa adanya subyek dakwah maka pesan dakwah tidak dapat tersampaikan kepada mad’u atau induvidu maupun kelompok yang menerima dakwah. Karena pelaksanaan dakwah tidak akan bisa berjalan tanpa adanya subyek dakwah tersebut. Begitu juga subyek dakwah mempunyai peranan besar dalam menentukan keberhasilan suatu misi dakwah Islamiyah.
Tujuan utama dalam berdakwah ialah mengajak manusia untuk kembali kepada fitrahnya, yakni menjalankan kehidupannya agar selaras dengan tuntutan-tuntutan agama, serta menanamkan dan mengembangkan potensi fitrah yang dimilikinya guna untuk membentuk kehidupan yang lebih baik hingga tercapai kebahagiaan di dunia dan di akhirat. Tujuan dakwah tersebut serupa dengan tujuan bimbingan dan konseling Islam. Yang dimana  guna penerapan konseling Islam ialah agar manusia mempunyai relegius reference yaitu sumber pegangan agama dalam memecahkan setiap problem kehidupan.
Intisari dari semua penjelasan diatas sesungguhnya berkenaan dengan keimanan. Dalam aktifitas dakwah maupun aktifitas konseling, yang dimana pelaku dalam aktifitas tersebut ialah manusia, baik itu da’i, mad’u atau konselor maupun konseli. Manusia merupakan makhluk yang sifatnya baharu, yang terus mengalami perkembangan semasa hidupnya. Sehingga keimanan manusia itu juga ikut berkembang, baik itu semakin bertambah maupun berkurang. Hal ini disebabkan berbagai faktor, baik itu faktor internal maupun eksternal. Keimanan manusia yang bersifat fluktuatif itu bisa terjadi kepada siapa saja, baik itu da’i atau konselor maupun mad’u atau klien itu sendiri. Dengan keimanan yang dimiliki manusia itulah yang mempengaruhi pembentukan karakter manusia tersebut, yang kemudian berimplikasikan pada aktifitas atau perbuatan sehariannya dalam menjalankan kehidupannya yang mengarah kepada kebaikan atau keburukan.
Dalam tulisan ini akan diuraikan permasalahan mengenai keimanan pada diri manusia yang bersifat fluktuatif, yakni dapat bertambah maupun berkurangnya keimanan tersebut. Serta potensi positif yang dimiliki manusia yang juga merupakan faktor yang mempengaruhi pembentukan keimanan pada diri manusia.
B. Subyek Sasaran Dakwah
Subyek sasaran dalam berdakwah ialah manusia. Manusia merupakan makhluk yang bersifat dinamis, yang terus berkembang semasa hidupnya. Perkembangan manusia dimulai dari manusia masih dalam bentuk sel benih (sperma) hingga manusia itu lahir tumbuh dewasa dan berakhir dengan kematian. Secara biologis perkembangan manusia tersebut berakhir hingga kematian menimpanya. Namun tidak dalam pandangan Islam, manusia terus mengalami fase-fase kehidupan meskipun telah mati.
Dalam menjalankan kehidupannya manusia mempunyai kebutuhan-kebutuhan yang harus dipenuhinya, baik itu kebutuhan biologis maupun spritualnya. Spiritualitas adalah keyakinan dalam hubungannya dengan Yang Maha Kuasa dan Maha Pencipta, sebagai contoh seseorang yang percaya kepada Allah sebagai Pencipta atau sebagai Maha Kuasa. Spiritualitas mengandung pengertian hubungan manusia dengan Tuhannya dengan menggunakan instrumen (medium) sholat, puasa, zakat, haji, doa dan sebagainya. Dari pengertian tersebut dikenal pula dengan istilah keimanan. Keimanan seseorang sangatlah mempengaruhi segi kepribadian dan kesehatan mentalnya.  Pentingnya agama dalam kesehatan dapat dilihat dari batasan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tahun 1984 yang menyatakan bahwa aspek agama (spiritual) merupakan salah satu unsur dari pengertian kesehatan seutuhnya. Bila sebelumnya pada tahun 1947, WHO memberikan batasan sehat hanya dari tiga aspek saja, yaitu sehat dalam arti Fisik (Organobiologik), sehat dalam arti mental (Psikologik) dan sehat dalam arti sosial ;maka sejak tahun 1984 batasan tersebut sudah ditambah dengan aspek agama (spiritual) ,yang oleh American Psyciatric Assosiation dikenal dengan “bio -psyco-socio-spiritual”.
Mencintai dan membenci seseorang karena Allah adalah termasuk tanda-tanda iman. Umar bin Abdul Aziz menulis surat kepada Adi bin Adi yang berbunyi, “Sesunggunya iman itu terdiri dari kewajiban-kewajiban, syariat-syariat, hukum-hukum dan sunah-sunah. Barang siapa yang menyempurnakan semua hal tersebut maka telah sempurna imannya, dan barang siapa yang tidak menyempurnakannya maka belum sempurna imannya...”  Dari penjelasan tersebut dapat dipahami bahwa keimanan seseorang dapat bertambah apa bila ia menjalankan tuntutan-tuntutan agama. Dalam artian kata keimanan seseorang dapat bertambah apabila ia beribadah, dan begitu juga sebaliknya keimanan seseorang tidak akan sempurna (berkurang) apa bila ia jauh dari tuntutan agama tersebut dan melakukan maksiat pada Allah swt.
Keimanan pada diri manusia sangat menentukan pembentukan kepribadiannya. Keimanan juga mempengaruhi sehat atau tidaknya mental manusia. Hal ini sejalan dengan penjelasan Carl G. Jung yang dikutip  dari Samsul Munir (2010) menyatakan bahwa pasien-pasien yang diobati sebagian besar menderita penyakit dikarenakan tidak memperoleh cahaya dari nilai-nilai agama dalam diri mereka. Penyembuhan tidak dapat diperoleh kecuali apabila yang bersangkutan mendapatkan kembali cahaya dari nilai-nilai keagamaannya.  Dari penjelasan tersebut dapat dipahami bahwa keimanan mempengaruhi kesehatan mental seseorang, yang dimana ada korelasi antara penyakit kejiwaan dengan keimanan pada diri manusia tersebut. Keimanan memang harus diinternalisasikan kedalam kehidupan sehari hari, hingga dapat terbentuk konsep kehidupan yang lebih baik hingga tercapai kebahagiaan di dunia dan di akhirat.
1. Bertambah dan Berkurangnya Kualitas Iman pada Diri Manusia
Kualitas iman pada diri manusia dapat bertambah dan berkurang. Bertambahnya iman seseorang karena orang tersebut melakukan perkara-perkara ibadah, sedangkan berkurangnya iman pada diri manusia karena tidak terjaga dirinya terhadap kemaksiatan. Ayat yang berkenaan dengan penjelasan bertambah dan berkurangnya manusia ialah dijelaskan dalam QS. Ali Imran ayat 173, Al Anfal ayat 2, At Taubah ayat 9, Al Ahzab ayat 22 dan Muhammad ayat 17.
a. QS. Ali-Imran Ayat 173
1) Ayat dan terjemahan
   •• • ••              
Artinya: “(yaitu) orang-orang (yang mentaati Allah dan Rasul) yang kepada mereka ada orang-orang yang mengatakan: "Sesungguhnya manusia  telah mengumpulkan pasukan untuk menyerang kamu, karena itu takutlah kepada mereka", Maka Perkataan itu menambah keimanan mereka dan mereka menjawab: "Cukuplah Allah menjadi penolong Kami dan Allah adalah Sebaik-baik Pelindung". (QS. Ali Imran [3]: 173)
2) Tafsir Ayat
Sebagian ulama berkata, “yang dimaksud dengan orang-orang yang mengatakan: ‘Sesungguhnya manusia telah mengumpulkan pasukan untuk menyerang kamu’ adalah Nu’aim bin Mas’ud Al Asyja’i atau seorang badui dari Bani Khuza’ah seperti yang telah diriwayatkan oleh Ibnu Mardawih dari Abu Rafi’. Hal itu telah ditunjukkan oleh ism isyarah (kata tunjuk) yang disampaikan dalam bentuk tunggal dalam firman Allah, إِنَّمَاذَلِكُمُالشّيْطَنُ “Sesungguhnya mereka itu tidak lain hanyalah syaitan”.
Penulis kitab Al Iqtan berkata: Al Farisi mengatakan bahwa diantara yang mendukung maknanya sebagai satu, ialah firman-Nya “Sesungguhnya mereka itu tidak lain hanyalah syaitan”. Kata penunjuk (isyarah) terdapat dalam ayat tersebut ذَلِكُمْ kepada satu jika maknanya bersama, maka akan dikatakan innamaa ulaikum asy-syaithaan. Keterangan ini telah jelas dari lafazh satu ke lafazh yang lainnya.
3) Analisis Ayat
Dari isi kandungan QS. Ali Imran ayat 173 diatas dapat kita pahami bahwasannya keadaan orang-orang mukmin pada saat dikabarkan akan ada manusia yang telah mengumpulkan pasukan untuk menyerang kaum muslimin pada saat itu. Dan kaum muslimin terus ditakut-takuti dengan kabar itu, namun hal itu tidak membuat lemah kaum muslimin, dalam artian kata tidak mengurangi sedikitpun keimanan kaum muslimin pada masa itu, karena keteguhan hati kaum muslimin itulah yang membuat keimanan mereka semakin bertambah meskipun mereka ditakut-takuti dengan berita seperyi yang demikian itu. Mereka menjadi semakin kuat dan bertawakal kepada Allah atas segala urusan mereka.
b. QS. Al-Anfal Ayat 2
1) Ayat dan Terjemahan
                   
Artinya: “Sesungguhnya orang-orang yang beriman  ialah mereka yang bila disebut nama Allah  gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayat-Nya bertambahlah iman mereka (karenanya), dan hanya kepada Tuhanlah mereka bertawakkal”. (QS. Al-Anfal [8]: 2)
2) Tafsir Ayat
Di sini, Allah SWT menjelaskan sebagian sifat mereka yang menyandang predikat mukmin yaitu: Orang-orang mukmin yang mantap imannya dan kukuh lagi sempurna keyakinannya hanyalah mereka yang membuktikan pengakuan iman mereka dengan perbuatan sehingga antara lainapabila disebut nama Allah sekadar mendengar nama itu, gentar hati mereka karena mereka sadar akan kekuasaan dan keindahan serta keagungannya dan apabila dibacakan  oleh siapa pun kepada mereka ayat-ayatnya, yakni ayat-ayat itu menambah iman mereka karena memang mereka telah memercayai sebelum dibacakan sehingga, setiap ia mendengarnya, kembali terbuka lebih luas wawasan mereka dan terpancar lebih banyak cahaya ke hati mereka dan kepercayaan itu menghasilkan rasa tenang menghadapi segala sesuatusehinggga hasilnya adalah dan kepada tuhan mereka saja mereka berserah diri.
Ayat diatas tidak bertentangan dengan firmannya: orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tentram dengan mengingat Alllah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah lah hati menjadi tentram. (QS. Ar-Ra’d:28). Ia tidak bertentangan karna yang disini melukiskan tahap pertama dari gejolak hati orang-orang mukmin yang ketika itu merasa sangat takut akibat membayangkan ancaman dan siksa Allah, sedang ayat Ar’d tersebut menggambarkan gejolak hati mereka setelah itu, yakni ketika mereka mengingat rahmat kasih sayang Allah. Kedua kondisi psikologis ini ditampung oleh firman-Nya: “Allah telah menurunkan perkataan paling baik (yaitu) kitab (Al-Quran) yang serupa (mutu ayat-ayat-Nya) lagi berulang-ulang, gemetar karenanya kulit orang-orang yang takut kepada Tuhannya kemudian menjadi tenang kulit dan hati mereka di waktu mengingat Allah”. (QS. Az-Zumar: 23)
Menurut Syyid Quthub yang dikutip dalm kitab Al-Mishbah  kata وجلت قلو بهم  menggambarkan getaran rasa yang menyentuh qalbu seorang mkmin ketika diingatkan tentang Allah, perintah atau larangannya. Ketika itu, jiwanya dipenuhi oleh keindahan dan kemahabesaran Allah, bangkit dalam dirinya rasa takut kepadanya, tergambar keagungan dan haibahnya serta tergambar juga pelanggaran dan dosanya. Semua itu mendorongnya untuk beramal dan taat. وجلت قلو بهم  - menurut Quthub adalah apa yang digambarkan oleh Ummu Ad-Darda, wanita muslimah yang sempat melihat dan beriman kepada nabi SAW beliau berkata: “kegentaran hati serupa dengan terbakarnya jerami. Tidak lah anda mendengar suara getaran? Yang ditanya menjawab: “ya”...”Nah, saat engkau mendabatkan itu dalam hati mu, berdoalah kepada Allah, doa akan menghilangkannya (dan Allah akan menggantinya dengan ketenangan)”. Demikian Ummu Ad-Darda.
Dalam tafsir Muyassar  menjelaskan Orang-orang yang beriman dengan sempurna adalah mereka yang hati mereka takut saat nama tuhannya disebut, yang iman mereka bertambah saat mendengar ayat-ayatnya dibacakan, yang menyerahkan semua urusan mereka kepada Rab mereka dan hanyabertawakan kepadanya, bukan kepada selainnya.
Ayat ini mengisyaratkan keutamaan rasa takut (Al-khauf) terhadap Allah SWT. Sehingga hati bergetar saat namanya disebut. Ayat ini jga menerangkan bahwa iman itu betambah dan berkurang, dan tawakal kepada Allah SWT termasuk amalan terbesar yang membuahkan kemuliaan dan kekuatan.
3) Analisis Ayat
Dari ayat diatas dapat dipahami bahwasannya orang yang beriman ialah orang yang apa bila mendengarkan ayat-ayat Allah (Alquran) maka akan bergetar hati mereka karena takut kepada Allah SWT, yang demikian itu akan terus menambah keimanan mereka kepada Allah SWT dan mereka termasuk kepada orang-orang yang bertawakal kepada Allah SWT.
Isi kandungan surah ini menjelaskan keadaan hati orang yang beriman, yang dimana mempunyai kesamaan dengan ayat yang dijelaskan sebelumnya, yaitu QS. Ali Imran ayat 173, bawasaannya orang yang beriman itu ialah orang-orang yang teguh pendirian dan hatinya kepada Allah, dan terus istiqamah dijalan Allah meskipun mereka mendapatkan cobaan yang besar.
c. QS.At-Taubah Ayat 125
1) Ayat dan Terjemahan
•    •          
Artinya: “dan Adapun orang-orang yang di dalam hati mereka ada penyakit , Maka dengan surat itu bertambah kekafiran mereka, disamping kekafirannya (yang telah ada) dan mereka mati dalam Keadaan kafir.” (QS. At-Taubah [9]: 125)
2) Tafsir Ayat
Bagi orang-orang munafik, surah yang diturunkan ini malah menambah keraguan, kebingungan, dan kemunafikan mereka disamping kemunafikan yang sudah ada dalam diri mereka dan kekejian disamping kekejian yang sudah ada. Mereka tetap berada dalam kekafiran sampai masuk ke liang kubur bersamanya. Alquran menambah petunjuk kepada orang yang mendapat petunjuk. Sedangkan bagi orang yang tersesat maka Alquran tidak menambah apa-apa selain kesesatan.
Dalam tafsir Al-Mishbah  dijelaskan Adapun orang-orang yang di dalam hati mereka ada penyakit, yakni orang-orang munafik dan kafir, maka ia, yakni surah yang turun itu, menambah kekotoran ruhani mereka disamping kekotoran yang selama ini telah mengidap dalam jiwa mereka dan itu berlanjut hingga mereka mati dalam keadaan kafir dengan kekufuran yang sangat mantap. Ayat ini tidak menyatakan bahwa mereka adalah orang-orang kafir, namun secara tegas menyatakan bahwa ada penyakit di hati mereka. Mereka yang ada penyakit di dalam hatinya adalah orang kafir. Redaksi semacam ini dinamai oleh pakar-pakar bahasa إحتباك.
Kaum munafikin itu mengukur orang lain seperti diri mereka. Para munafik tidak akan bertabah keimanannya dengan turunnya ayat-ayat Alquran. Karena itu, mereka tidak mengetahui adanya penambahan iman dari siapapun saat mendengar ayat-ayat Alquran, bahkan memperolok-olokan hal tersebut.
Hati manusia bersifat elastis. Ia dapat melebar dan menyempit. Orang-orang bertakwa diperlebar hatinya oleh Allah untuk menampung lebih banya iman dan ketakwaan. Penambahan iman melalui ayat-ayat Alquran lahir karena Alquran mengandung mukjizat /bukti-bukti kebenaran sehingga setiap ayat yang turun atau berulang terdengar, ia menambah keyakinan pendengarnya tentang kebenaran informasinya dan bahwa ayatayatnya pasti bersumber dari Allah AWT. Ini dari saat ke saat menambah argumen atau dalil yang tadinya tekah dimiliki, apalagi setiap ayat dibaca atau didengar dengan tekun, terbuka lebar pula pintu hati dan akal sang mukmin untuk memperoleh kesan dan pesan baru yang belum diketahui sebelumnya. Rujuklah ke QS. Al-Anfal: 2 untuk memahami lebih jauh makna pertambahan iman itu.
3) Analisis Ayat
Ayat ini menjelaskan tentang manusia yang mempunyai penyakit di dalam atinya. Yang dimana penyakit yang dimaksudkan ialah yang berupa kekafiran, kemunafikan keraguan dan sebagainya. Sehingga dengan adanya penyakit hati di dalam hati manusia tersebut, maka ia sulit untuk mendapatkan kebenaran tau petunjuk di dalam hidupnya. Manusia yang mempunyai kriteria semacam ini berbeda jauh dengan manusia yang mempunyai kriteria sebagai manusia yang beriman, yang dimana manusia yang beriman apabila mendengarkan ayat Allah (petunjuk yang berupa ayat Alquran) maka manusia tersebut akan semakin beriman dan taat kepada Allah, namun manusia yang mempunyai penyakit di dalam hatinya ia akan semakin sesat dalam kehidupannya meskipun di datangkan kepadanya petunjuk atau ayat-ayat Allah hingga kematian menimpanya dan meeka tetap pada kekafirannya.
d. QS. Al-Ahzab Ayat 22
1) Ayat dan terjemahan
                     
Artinya: “dan tatkala orang-orang mukmin melihat golongan-golongan yang bersekutu itu, mereka berkata : "Inilah yang dijanjikan Allah dan Rasul-Nya  kepada kita". dan benarlah Allah dan Rasul-Nya. dan yang demikian itu tidaklah menambah kepada mereka kecuali iman dan ketundukan”. (QS. Al-Ahzab [33]: 22)
2) Tafsir Ayat
Ketika kaum mukmin melihat barisan pasukan sekutu yang telah mengepung kota madinah tersebut, mereka meyakini bahwa janji datangnya pertolongan Allah telah deekat. Mereka pun berkata, “inilah ujian dan pembersihan, serta pertolongan dan kemenangan yang telah dijanjikan oleh Allah dan rasulnya kepada kita. Allah telah menempati janjinya, sungguh benar berita yang dibawa oleh rasulnya.” Dengan menyaksikan kedatangan pasukan sekutu itu, keimanan mereka pada janji Allah hanya semakin tebal saja. Begitu pula penyerahan diri mereka pada ketentuannya, kerelaan mereka pada keputusan-Nya serta ketaatan mereka pada perintah-Nya.
3) Analisis Ayat
Ayat ini menjelaskan tentang keadaan hati orang yang beriman, yang ati mereka teguh dalam artian kata tetap istiqamah dengan keimanannya kepada Allah SWT mekipun dalam ayat tersebut dijelaskan bahwasannya mereka sedang menghadapi pasukan orang-orang kafir. Dalam situasi semacam itu keimanan mereka semakin kuat, mereka menyadari bahwa Allah bear-benar menguji atau memberi ujian kepada hambanya yang beriman, dan itu merupakan suatu ujian pembersihan, serta janji Allah terhadap kemenangan kaum muslimin itu nyata. Keimanan mereka semakin kuat atas penyaksian itu, dan mereka semakin bertawakal kepada Allah SWT.
Dari ayat tersebut juga dapat dipahami bahwasannya manusia yangmemiliki keimanan dalam dirinya, keimanan tersebut akan membuat manusia itu dapat menerima kesulitan apapun yang diterimanya dengan lapang dada sebgai ujian bagi dirinya, dan itu semakin memantapkan kualitas imannya.
e. QS. Muhammad Ayat 17
1) Ayat dan Terjemahan
        
Artinya: “dan oraang-orang yang mau menerima petunjuk, Allah menambah petunjuk kepada mereka dan memberikan Balasan ketaqwaannya”. (QS. Muhammad [47]: 17)
2) Tafsir Ayat


2. Beberapa Potensi Positif Manusia
Manusia merupakan makhluk yang mempunyai aspek-aspek kehidupan yang diantaranya ialah aspek jasmani dan ruhani. Aspek ruhani manusia ialah aspek yang menghubungan mansia itu dengan penciptanya, dengan diciptakannya qalbu yang menjadi perantaranya. Sejak manusia itu dilahirkan kedunia, manusia mempunyai potensi-potensi di dalam dirinya. Potensi tersebut berupa potensi untuk beragama (tauhid). Dalam kajian keislaman potensi tersebut dikenal dengan sitilah ¬fitrah. Pada bagian ini akan diuraikan ayat-ayat yang berkenaan dengan potensi positif manusia, diantaranya ialah surah Al-A’raf ayat 172, Ar-Rum ayat 30, Az-Zariyat ayat 56 dan Al-Isra’ ayat 70.
a. QS. Al-A’raf Ayat 172
1) Ayat dan Terjemahan
                         •      
Artinya: “dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): "Bukankah aku ini Tuhanmu?" mereka menjawab: "Betul (Engkau Tuban kami), Kami menjadi saksi". (kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: "Sesungguhnya Kami (Bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)”. (QS. Al-A’raf [7]: 172)
2) Tafsir Ayat
Ayat ini menunjukkan bahwa manusia diciptakan di atas fitrah tauhid (mengesakan Allah). Namun kemudian fitrah ini dirubah oleh akidah-akidah rusak yang datang setelahnya.
Menurut tafsir Muyassar ayat ini menerangkan bahwasannya Allah SWT mengeluarkan keturunan anak Adam dari tulang-tulang punggung mereka dan menjadikan mereka keturunan generasi demi generasi. Juga ketika Dia mengeluarkan mereka dari tulang punggung bapak mereka, lalu menetapkan pengakuan mereka atas ketuhanan-Nya yang disimpan-Nya dalam fitrah mereka, bahwa dia Allah SWT adalah Rabb pencipta dan pemilik mereka. Pada saat itu mereka menjawab “tentu kami mengakui hal itu”. Karena Allah telah memberi fitrah kepada hamba-hambanya untuk beragama yang lurus. Hanya saja fitrah terkadang berubah dan terganti oleh akidah-akidah rusak yang menyerbunya. Allah SWT melakukan hal ini supaya di hari kiamat mereka tidak mengingkari hal itu sedikitpun ataupun beralasan bahwa mereka tidak mengetahui hal itu dan mereka sudah lupa.
3) Analisis Ayat
Ayat ini menjelaskan tentang fitrah manusia, yakni Allah menetapkan pengakuan atas ketuhanan-Nya kepada anak adam yang kemudian disimpan di dalam fitrah tersebut.

b. QS. Ar-Rum Ayat 30
1) Ayat dan Terjemahan
         ••             ••     
Artinya: “Maka hadapkanlah wajahmu dengan Lurus kepada agama Allah; (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. tidak ada peubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui ”. (QS. Ar-Rum [30]: 30)
2) Tafsir Ayat
Dalam tafsir Al-Lubab  menjelaskan bahwa ayat ini bagai menjelaskan, “Setelah jelas bagimu duduk persoalan, wahai Nabi SAW. Atau siapapun engkau, maka pertahankanlah apa yang selama ini telah engkau lakukan. Hadapkanlah wajahmu serta arahkan semua perhatianmu kepada agama yang disyari’atkan Allah SWT. Yaitu agama Islam, dalam keadaan lurus. Tetaplah mempertahankan fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah itu. Itulah agama yang lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak memiliki pengetahuan.
3) Analisis Ayat
Ayat ini menjelaskan bahwasannya potensi positif yang ada pada diri manusia ialah fitrah. Yang dimana fitrah itu merupakan suatu potensi atau naluri manusia untuk beragama yaitu agama tauhid. Fitrah juga mempunyai pengertian suci, yakni sucinya hati dari segala keburukan. Dengan fitrah yang dimiliki manusia tersebut maka ia dapat merasakan akan penciptaan dirinya dan alam semesta ini yang merupakan atas kekuatan supra natural, yakni Allah sang pencipta.
Kinerja fitrah tersebut bersifat naluriah, yang dimana masing-masing manusia memilikinya meskipun ketika manusia tersebut tumbuh dewasa jauh dari fitrahnya. Sebagai contoh dari penjelasan itu ialah, bahwasannya jika seseorang sedang berada dalam situasi yang berbahaya, yakni mengancam keselamatannya tentunya secara naluriah manusia tersebut merasakan akan adanya kekuatan yang diluar kemampuan dirinya yang dapat menyelamatkannya. Meskipun tanpa disadarinya, manusia tersebut akan mengucapkan “oh my God” atau semacamnya meskipun manusia itu didak mempercayai adanya Tuhan. Manusia akan merasakan kekuatan fitrah tersebut dalam situasi takut atau tertekan.
Jika manusia tidak memiliki agama bukan berarti manusia tersebut tidak mempunyai fitrah, namun hal tersebut merupakan hasil dari pengaruh lingkungannya yang membuat ia jauh dari fitrahnya.
c. QS. Az-Zariyat Ayat 56
1) Ayat dan Terjemahan
        
Artinya: “dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku”. (QS. Az-Zariyat [51]: 56)
2) Tafsir Ayat
Pengertian dalam ayat ini sama sekali tidak bertentangan dengan kenyataan, bahwa orang-orang kafir tidak menyembah-Nya. Menurut tafsir Alquran Hidayatul Insan, inilah tujuan Allah SWT menciptakan jin dan manusia, dan Dia mengutus para rasul untuk menyeru kepadanya, yakni untuk beribadah kepada-Nya yang di dalamnya mengandung ma’rifat (mengenal) –Nya dan mencintai-Nya, kembali kepada-Nya dan mendatangi-Nya dan berpaling dari salain-Nya. Hal ini tergantung pada ma’rifat (mengenal-Nya) karena kesempurnaan ibadah tergantung sejauh mana pengenalannya kepada Allah, bahkan setiapnkali seseorang hamba bertambah ma’rifatnya maka ibadahnya semakin sempurna.
Untuk inilah Allah menciptakan manusia dan jin, bukan karena Dia butuh kepada mereka. Dia tidak menginginkan rezeki dari mereka dan tidak menginginkan agar mereka memberi-Nya makan, maha tinggi Allah yang maha kayanya dan tidak butuh kepada seorangpun dari berbagai sisi, bahkan semua makluk btuh kepada-Nya dalam semua kebutuhan mereka, baik yang penting maupun selainnya.
3) Analisis Ayat
Ayat ini menjelaskan tentang tujuan diciptakannya manusia dan jin, yakni untuk beribdah kepada-Nya. Yang kemudian Allah mengutus para Rasul-Nya untuk mengajarkan melaui kitab-kitab yang diturunkan Allah, mengenai tatacara beribadah yang baik dan benar.

d. QS. Al-Isra’ Ayat 70
1) Ayat dan Terjemahan
                    
Artinya: “dan Sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam, Kami angkut mereka di daratan dan di lautan , Kami beri mereka rezki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan”. (QS. Al-Isra’ [17]: 70)
2) Tafsir Ayat
Dalam Tafsir Al Lubab  menjelaskan bahwa ayat 70 menejelaskan sebab anugerah itu, yakni karena manusia adalah makhluk unik yang memiliki kehormatan dalam kedudukannya sebagai manusia, baik dia taat beragama maupun tidak. Sambil bersumpah, Allah menyatakan bahwa sungguh Allah telah memulikan anak cucu Adam dengan bentuk tubuh yang bagus, kemampuan berbicara dan berfikir, serta berpengetahuan dan Allah beri mereka kebebasan memilah daan memilih. Allah angkut mereka di daratan dan di lautan dengan aneka alat transportasi yang Allah ciptakan dan tundukkan buat mereka, atau yang Allah ilhami mereka pembuatannya, agar mereka dapat menjelajahi bumi dan angkasa yang kesemuanya Allah ciptakan buat mereka. Allah juga beri mereka rezeki dari yang baik-baik sesuai dengan kebutuhan mereka, lagi lezat dan bermanfaat untuk pertumbuhan fisik dan perkembangan jiwa mereka, dan Allah lebihkan  mereka dengan kelebihan yang sempurna atas banyak makhluk ciptaan-Nya.
Dalam tafsir Muyassar  menjelaskan Allah telah memuliakan keturunan Adam AS dibandingkan makhluk makhluk lainnya dengan diberikan akal fikiran diturunkan kitab-kitab diutusnya rasul-rasul, dan diberikan ilmu pengetahuan. Allah juga menundukan bagi mereka segala sesuatu yang ada di alam ini. Sebagai contoh, Allah menundukkan bagi mereka hewan-hewan gembalaan didaratan, atau perahu-perahu di lautan untuk alat transportasi serta mencari nafkah. Allah juga memberikan rezeki keada mereka berupa aneka makanan, miniman, dan pakaian.
Allah SWT menggugulkan keturunan Adam AS dari seluruh makhluk lainnya, dan Allah angkat derajat mereka diatas semua makhluk yang ada di Alam ini. Manusia adalah makhluk yang paling mulia sebelum dia menjadi kafir. Sebab, ketika manusia menjadi kafir maka kedudukannya menjadi paling rendah.
Dalam tafsir Al Mishbah  dijelaskan ayat ini menjelaskan sebab anugerah itu, yakni karena manusia adalah makhluk unik yang memiliki kehormatan dalam kedudukannya sebagai manusia baik yang taat beragama maupun tidak. Dengan bersumpah sambil mengukuhkan pernyataannya dengan kata (قد), ayat ini menyatakan bahwa dan  kami yakni Allah bersumpah abhwa sesungguhnya telah kami muliakan anak cucu Adam, dengan bentuk tubuh yang bagus, kemampuan berbicara dan berfikir, serta berpengetahuan dan kami beri juga mereka kebebasan memilah dan memilih. Dan kami angkut mereka didaratan dan dilautan denagn aneka alat transport yang Kami ciptakan dan tundukkan bagi mereka, atau yang kami ilhami mereka pembuatannya, agar mereka dapat menjelajahi bumi dan angkasa yang kesemuanya kami ciptakan untuk mereka. Dan kami juga memberi mereka rezeki dari yang baik-baik  sesuai kebutuhan mereka, lagi lezat dan bermanfaat untuk kebutuhan fisik dan perkembangan jiwa mereka, dan kami lebihkan mereka atas banyak makhluknya dari siapa yang telah kami ciptakan dengan kelebihan yang sempurna.
Ayat di atas tidak menjelaskan bentuk kehormatan, kemuliaan dan keistimewaan yang dianugerahkan Allah kepada anka cucu Adam AS. Itu agaknya untuk mengisyaratkan bahwa kehormatan tersebut banyak dan iantidak khusus untuk satu ras atau generasi tertentu, tidak juga berdasar agama atau keturunan, tetapi untuk dianugerahkan untuk seluruh anak cucu adam As. Sehingga diraih oleh orang perorang, pribadi demi pribadi.




DAFTAR PUSTAKA
Al Imam Al Hafiz Ibnu Hajar Al Asqalani. (2002). Fathul Baari, jilid 1, Jakarta: Pustaka Azzam
Aidh al-Qarni. (2007). Tafsir Muyassar, jilid 2, Jakarta: Qisthi Press
(2007). Tafsir Muyassar, jilid 3, Jakarta: Qisthi Press
M. Quraish Shihab. (2002). Tafsir Al-Mishbah, Volume 4, Jakarta: Lentera Hati
(2012). Tafsir Al Lubab, jilid 2, Tangerang: Lentera Hati
. (2012). Tafsir Al Lubab, jilid 3, Tangerang: Lentera Hati
Samsul Munir Amin. (2010). Bimbingan dan Konseling Islam, Jakarta: Amzah

Tidak ada komentar: